Bab 56

465 27 0
                                    

Happy Reading!!

***

“Tapi udah aman ‘kan untuk perjalanan ke Indonesia?” Kai bertanya pada sang bidan yang baru saja selesai memeriksakan kandungan Laura.

“Tidak apa-apa, kandungan Ibu Laura kuat kok, Pak, Anda tidak perlu khawatir,” jawab si bidan dengan senyum ramahnya. Kai menghela napas lega begitu juga dengan Laura yang duduk di samping pria tercintanya itu.

Selesai dengan pemeriksaan dan bertanya-tanya lebih lanjut perihal kehamilan, Laura juga Kai memutuskan untuk pamit dari ruangan bidan itu dan pulang ke rumah dengan berjalan kaki karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh, di tambah tidak adanya kendaraan selain sepeda, itu pun sudah di gunakan Leo yang katanya ingin berkeliling, berpamitan kepada orang-orang yang selama ini menjadi kenalannya.

Laura tidak sama sekali keberatan untuk berjalan kaki, toh ini pun digunakannya untuk berlama-lama dengan sang suami. Berjalan bersampingan sambil bergandengan tangan dan diiringi canda juga tawa. Menikmati indahnya kebersamaan selagi bisa, karena di Indonesia nanti tidak akan banyak waktu yang mereka miliki dan habiskan bersama mengingat Kai yang pastinya harus bekerja. Begitu juga dengan dirinya sendiri yang pasti akan mulai sibuk mengurusi rumah sakitnya yang sudah hampir selesai di bangun.

Laura belum memberi tahu suaminya tentang hal ini, belum juga berbicara untuk niatnya yang akan kembali bekerja. Tapi Laura berharap Kai tidak akan menentang karir-nya.

Bukan soal uang, tapi semua keinginan Laura ini berniatkan untuk penyelamatan, pengobatan, dan menyembuhkan para anak-anak yang malang. Itu adalah cita-citanya sejak remaja dulu. Dan Kai tahu akan hal itu, semoga saja Kai tidak berubah pikiran untuk memberinya izin.

Yang, resepsi kita mau dilanjutkan apa gimana?” tanya Kai menarik halus Laura untuk duduk lebih dulu di kursi panjang yang ada di pinggir jalan, menghadap salah satu rumah warga yang asri dengan bunga-bunga bermekaran menghiasi pekarangan yang tidak seberapa luas.

“Aku gak terlalu ingin sama pesta-pesta seperti itu, lagi pula tanpa resepsi pun sekarang aku udah jadi istri kamu, udah hamil juga. Tapi kalau para orang tua memang mau, ya, gak masalah,” Laura mengangkat singkat kedua bahunya melirik sang suami di sampingnya.

“Terus bulan madu kita ke Santorini gimana?”

“Bisa-bisanya mikirin bulan madu di saat aku udah hamil gini,” delik Laura. “Enam bulan loh, Ay, kita di sini. Kamu gak anggap ini bulan madu?”

“Ya, tapi kan waktu itu kamu sendiri yang mau bulan madu ke Santorini,”

“Memang, tapi sekarang aku-nya udah hamil. Aku malas kalau harus bepergian terus. Cape, Ay, ke Santorini-nya lain kali aja deh,”

“Produksi yang ke dua, ya, Yang?” kata Kai mengedipkan sebelah matanya.

Pletak!

Satu geplakan Laura berikan pada tangan kekar Kai tanpa aba-aba, membuat laki-laki itu terkejut, namun kemudian tertawa puas karena berhasil membuat istri cantiknya itu memberenggut kesal.

“Yang satu aja belum lahir udah rencana produksi ke dua. Kamu emang benar-benar minta di mutilasi!” ujar Laura dengan delikan tajamnya.

Kai bukannya ngeri, tapi malah justru semakin terpikal hingga perutnya merasa kram karena terlalu puas menertawakan wajah merah kesal istrinya yang terlihat semakin cantik dan menggemaskan.

“Cita-citaku kan punya anak banyak, Yang, jadi setahun satu bolehlah,” lagi kedipan jahil itu Kai layangkan dan kembali membuat Laura melayangkan geplakannya, di tambah dengan cubitan panasnya untuk kali ini.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang