bab 39

631 29 1
                                    

Happy Reading!!!

***

"Papi mau makan disini apa di rumah Bunda?” tanya Laura menghampiri sang papi di kamarnya. Pria tua itu sudah rapi dengan pakaian yang Laura siapkan. Tinggal memasangkan dasinya, dan tugas itu di ambil alih oleh Laura.

“Di sebelah aja, Papi gak ridho liat abang kamu damai hidupnya,” Laura terkekeh mendengar jawaban dari pria tua kesayangannya itu.

“Kejam banget jadi mertua,” ucap Laura masih dengan kekehannya dan tangan sibuk menyimpulkan dasi di kerah kemeja Leo.

“Cuma sama Si Rapa doang, sama Kai Papi gak berani, dia nyeremin,” bisik Leo di akhir kalimatnya, takut-takut menantunya satu itu mendengar.

Kali ini Laura menyemburkan tawanya, tahu alasan kenapa sang papi berbicara seperti itu karena kejadian di hari pernikahan beberapa waktu lalu masih membuat Leo trauma. Leo sudah mengakui pada Kai dan Laura tentang bagaimana rasa takutnya saat mendapati emosi dan kemarahan menantunya itu, dan Leo juga mengatakan bahwa dirinya tidak akan sekali-kali lagi mencari gara-gara terlebih membuat drama seperti kemarin. Itu tentu saja membuat Kai merasa bersalah dan berkali-kali meminta maaf.

“Suami Ela gak senyeremin itu kok, Pi. Kai itu lembut, cuma ya emang gitu kalau udah di usik. Buasnya muncul.”

“Terlebih jika itu menyangkut kamu, ya?” tebak Leo, dan dengan malu Laura mengangguk. “Tapi Papi bersyukur, karena dengan begitu artinya dia akan menjaga kamu dari apa pun yang membahayakan. Baik-baik sama Kai, ya, Dek. Jika masalah mulai menghampiri kalian, jangan di biarkan berlarut, jangan saling mengedepankan ego dan emosi. Kalian harus bekerja sama dalam menjalani rumah tangga, karena ini bukan lagi menyangkut diri masing-masing. Kalian sudah menjadi satu, apa yang dilakukan bukan lagi untuk kamu atau Kai, tapi untuk kalian.”

Laura mengangguk, menerima baik nasihat dari sang Papi yang jarang-jarang sebijak ini, karena keseringan kalimat Leo tidak berfaedah.

“Terima kasih sudah percaya sama Kai, Pi, terima kasih juga karena selama ini Papi sudah menjaga Ela dengan baik, menyayangi Ela sepenuh hati dan tetap berdiri meski pijakan Papi tidak sekokoh ketika masih ada Mami. Terima kasih tidak menyerah, dan terima kasih untuk segalanya. Ela yakin Papi pasti akan sembuh dan hidup dengan baik seperti sedia kala. Jangan memendamnya sendiri lagi, ya, karena itu akan semakin menyiksa hati Papi. Ada Ela yang siap mendengar keluh kesah dan kesedihan Papi,” Laura tersenyum mengatakan semua itu, lalu mengecup pipi kiri pria tercintanya dan mengajak pria itu untuk sarapan.

Niat yang tadinya ingin ke rumah sebelah urung, karena Laura membawanya ke ruang makan yang sudah di isi Kai dengan secangkir kopi hitamnya. Sampai detik ini Leo masih berusaha mencerna kalimat putrinya, ia masih tidak mengerti tapi sudah dapat menebak bahwa kemungkinan sang putri tahu apa yang disembunyikannya selama ini.
Melirik, Leo mendapati senyum putri bungsunya yang manis dan menenangkan, senyum yang sama dengan yang Luna miliki.

“Jika itu benar kamu, maafkan aku yang sudah menyiksa diriku selama ini, Lun. Aku janji akan sembuh.” Batin Leo sambil menatap Laura yang sedang melayani suaminya.

***

“Nanti siang jangan ke rumah sakit, ya,” Laura membuka suara saat mereka sudah berada di perjalanan menuju tempat Laura kerja.

“Kenapa?” heran Kai.

“Aku yang ke restoran kamu. Sesekali boleh ‘kan aku hampirin suami aku di tempat kerja?” tanya Laura melirik suami tampannya yang sibuk dengan kemudi.

Sekilas Kai menoleh, merasa takjub sekaligus tersentuh. Penantiannya benar-benar tidak sia-sia. “Tentu. Kapan pun kamu bisa datang, Yang,” jawab Kai dengan raut bahagianya. Satu tangannya yang menganggur terulur mengusak rambut Laura

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang