Happy Reading!!!
****
Di belahan benua lain keadaan berbeda dengan manisnya penyatuan yang Laura dan Kai lakukan. Miko, yang tak lain head chef kebanggaan Kai di restorannya menggerutu tidak ada habisnya karena rasa lelah, pusing dan juga kesal mengenai pekerjaan yang tidak ada habisnya. Tidurnya tidak cukup, waktu istirahatnya hilang dan rencana mencari calon istri gagal gara-gara bos sekaligus sahabatnya itu melimpahkan semua pekerjaan kepadanya, mulai dari memastikan restoran tetap ramai, pelanggan puas, sampai laporan bulanan harus Miko kerjakan sendiri.
Seharusnya Andra dan Rasya membantu, tapi nyatanya kedua orang itu jarang datang dengan alasan yang selalu sibuk. Tidak jarang Miko mengeluh dan mengancam untuk menghancurkan restoran setiap kali menghubungi Kai yang amat jarang di respons.
Saat ini jam sudah menunjukkan angka sebelas malam, tapi Miko masih berkutat di kantor Kai untuk mengurus laporan mengingat ini sudah akhir bulan dan Miko harus segera menyerahkannya pada Indah, supaya gaji karyawan cepat turun begitu juga gajinya yang memang Kai janjikan tiga kali lipat dari yang seharusnya. Miko memang senang saat menerima bayarannya itu, setidaknya dengan uang tersebut ia bisa membahagiakan orang tuanya yang hanya dari kalangan sederhana, tapi mengingat bagaimana repotnya ia bekerja seketika itu juga Miko merasa ingin kabur dan membawa semua penghasilan restoran milik sahabatnya itu.
"Gue benci lo, Kaivan!" teriak Miko seraya menutup laptop di depannya lalu menghempaskan tubuh lelahnya pada sandaran kursi kerja yang cukup nyaman. Miko baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang ia harus pulang, tapi sayangnya tubuhnya terlalu lelah hingga membuat Miko malas untuk bergerak dan akhirnya memutuskan untuk sejenak beristirahat sebelum nanti melakukan perjalanan menuju apartemen yang sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja. Tapi tetap saja jika urusannya dengan lelah, jarak sedekat apa pun akan terasa malas di jalani. Dan Miko mengutuk Kai gara-gara membuatnya seperti ini.
Drett .... Drettt ...
Baru saja Miko memejamkan mata untuk istirahat sejenak, suara getar ponsel yang diletakannya di atas meja kerja Kai mengganggu niatnya itu. Dan Miko semakin mendengus saat melihat siapa si penelepon yang mengganggunya itu.
"Apa?!" bentak Miko kesal. "Lo emang bener-bener deh Kai. Sialan!" ujarnya memaki si penelepon yang malah terdengar tertawa di seberang sana. "Manusia kejam emang lo, Kai. Tega banget nyiksa gue kayak gini. Pulang sini lo cepetan, cape gue," keluh Miko kemudian masih dengan nada kesal yang tidak pernah Miko sembunyikan pada sahabatnya.
Beruntung mereka sudah mengenal sejak lama, dan Kai sudah bukan pria temperamen dan emosian lagi. Karena jika sampai itu terjadi tidak akan mungkin Miko masih baik-baik saja di saat makian selalu dilayangkan dengan penuh kekesalan pada sahabat sekaligus bosnya itu.
"Gue gak bisa pulang cepat, Ko, sorry," suara sesal yang di berikan Kai tidak membuat Miko luluh sama sekali, Miko malah akan melayangkan makiannya lagi jika saja Kai tidak dengan cepat melanjutkan kalimatnya, "istri gue hamil, kondisinya gak terlalu memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh. Gue gak mau hal buruk terjadi di perjalanan. Jadi sorry banget kalau gue harus lebih lama ngerepotin lo."
Miko bungkam, berusaha mencerna apa yang dikatakan Kai dari seberang sana sebelum kemudian umpatan yang sering sekali Miko lantunkan beberapa bulan ini meluncur dari mulutnya. Namun tentu saja itu bukan ditujukan untuk ketidak sukaannya, tapi karena Miko terlalu bahagian mendengar kabar kehamilan Laura, ibu bos yang diketahuinya begitu baik dan cantik. Miko sempat menyayangkan kenapa Laura harus menikah dengan Kai yang catatan keburukannya sudah memenuhi lembar kertas portofolio.
"Sekarang mana istri lo, gue mau ngucapin selamat," nada Miko sudah berubah riang, kekesalannya melambung entah ke mana, karena yang ada sekarang dirinya tak sabar ingin segera mengucapkan selamat pada istri dari sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Ex-Boyfriend
General FictionBaca Lengkap dan Gratis di NovelToon. Menikah memang impian setiap insan, entah itu muda atau tua. Harapannya adalah menikah dengan sosok yang di cinta, sosok yang di damba dan sosok yang sempurna dari segi manapun. Tapi bagaimana jadinya jika menik...