Bad Girl 33

1 1 0
                                    

Melihat seseorang didepannya membuat cia merubah raut wajahnya. "ngapain lo?" tanya cia jutek.

Kebetulan sekali, cia mengharapkan seseorang membawa makanan, dan kini sudah ada allan yang menenteng sekantong plastik makanan.

"Ajakin dulu masuk kek" ujar allan datar. Cia memutar bola matanya dan mempersilahkan allan masuk.

Setelah masuk, allan menyodorkan plastik yang dibawanya. "Buat?" tanya cia pura pura tidak tahu.

"Gue tau lo belum makan" sahut allan.

Cia pun menerimannya dan meletakannya dimeja makan, tak lupa mengajak allan untuk makan bersama, tidak ada penolakan dari allan. Dan kini, mereka tengah makan bersama.

Hening terjadi saat makan bersama, Allan menghabiskan makanannya terlebih dahulu dan beralih menatap cia.

"Udah makan, kita jalan" celetuk allan membuat cia tersedak. Dengan cepat, allan menyodorkan minum dan langsung disambar oleh cia.

"Gasalah denger gue?" tanya cia masih tidak percaya.

"Ga" sahut allan singkat membuat cia berdecak sebal.

"Lo ngajaknya gak niat ah" kata cia kesal sambil menyenderkan punggungnya dikursi makan.

"Mau gak nih?"

Cia terdiam sejenak, seharusnya ia mau, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Tangan allan beralih menggenggam tangan cia. "Mau kan?" tanyanya.

Deg...
Cia baper, demi apapun cia baper. la lemah hanya dengan tatapan allan. Tatapannya seperti memohon sambil meyakinkan.

"Gue siap siap dulu ya" ujar cia sambil beranjak ke kamarnya.

Allan tersenyum senang mendengar itu dan ikut beranjak menuju sofa. Sambil menunggu, ia memainkan ponselnya.

"Ayo lan" ajak cia yang sudah siap dengan kaos hitam dan celana putihnya. Cute. Tak lama, mereka pun melenggang menuju pusat perbelanjaan.

"Tumben banget sumpah lo ajak gue main" kata cia sambil melihat lihat seisi mall.

"Lo pasti jenuh dirumah terus" sahut allan. Cia hanya manggut manggut.

"Eh lan, fotoin gue disana dong" pinta cia. Mereka pun pergi menuju tempat yang cia maksud.

"Nih" cia menyodorkan ponselnya.

"Pake hp gue aja, hp lo burik pasti" celetuk allan padahal sebenarnya ia ingin memiliki foto Cia di hpnya.

"enak aja, hp gue kamera nya 6 asal lo tau anjir" ketus cia kesal dan langsung bergaya karena allan sudah stand by dengan kameranya.

Tak hanya sekali, tapi beberapa kali jepretan yang allan tangkap membuat cia puas dan beralih untuk belanja. Lama berbelanja, kini cia sudah menenteng beberapa kantong belanjaan.

"Haduhh capek nih keliling mall, beli es krim yuk lan" ajak cia dan allan hanya mengangguk. Mereka kini tengah beristirahat di kedai ice cream.

Cia yang menikmati ice cream nya, dan allan yang sibuk dengan ponselnya.

"Gaenak jalan sama lo mah, gue dikacangin" cia menyindir allan yang sibuk sendiri.

"Liat notif ig lo" pinta allan. Dengan cepat, cia membuka apk nya dan terkejut.  Notifikasinya dipenuhi komen+like setelah Allan menandainya dalam sebuah postingan. Pipi cia memanas, senang karena fotonya diposting oleh danial athallan.

"otw terkenal lo" sahut allan santai.

"Gak lo posting muka gue juga gue mah udah terkenal" cia menjulurkan lidahnya.

"Tapi kalo gue gak posting muka lo orang-orang gabakal tau kalo lo punya gue" sambung Allan sukses membuat pipi cia semakin seperti kepiting rebus.

Sibuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam, cia menabrak sesuatu didepannya.

Brukk..
Cia menabrak seseorang sampai terjatuh, dengan cepat allan membantu cia untuk berdiri. Bukannya berdiri, cia malah menatap seseorang yang menabraknya. Fathur terkejut melihat cia, dan cia lebih terkejut melihat dengan siapa fathur sekarang. Dengan cepat cia bangkit dan menatap fathur tajam.

"Jelasin" cia to the point, ia meminta penjelasan dari fathur, bagaimana bisa ia bersama rebecca?

"Papa abis..." fathur terbata bata.

Sedangkan rebecca memberi fathur kode yang entah apa artinya. Allan hanya diam menunggu jawaban dari keduanya.

"Papa tadi ketemu sama dia, dia sendiri dan butuh bantuan. Papa masih inget sama dia karena waktu itu kamu bully, papa masih kasihan. Yaudah, papa ajak pulang bareng" ujar fathur.

'Kenapa harus rebecca lagi sih?' Gumam cia sambil tersenyum kecut.

"Bagus banget ya, anak orang diajak pulang bareng. Anak sendiri didiemin!" emosi cia sudah memuncak.

"Bukan gitu maksud papa"

"Mau anter dia pulang kan? Yaudah sana" ujar cia membuat fahtur terdiam. "Kenapa diem?" sambungnya.

"Papa bukan bermaksud diemin kamu sayang" kata fathur mulai mendekat.

"Apa? Papa emang diemin cia, begitu juga mama! Papa gaada bedanya sama mama" pekik cia.

Dengan cepat fathur menggenggam lengan cia. "Jangan sama samain papa sama orang itu!" ucap fathur penuh penekanan.

"Terserah! Dan satu lagi, gausah panggil cia dengan sebutan 'sayang'. Karena pada kenyataannya papa gak sayang sama cia!" ketus cia membuat fathur marah.

"Udah cia, ini di mall" bisik allan sambil mencoba menenangkan cia.

"Pergi, bawa manusia itu dan cia gak akan pernah mau ketemu sama papa kalo papa masih punya rasa kasihan sama dia!" Tanpa menjawab, fathur melenggang sambil mengajak rebecca.

Rebecca pun mengikuti langkah fathur, namun sebelum benar benar pergi, rebecca menghampiri cia dan membisikan sesuatu. Cukup lamaa, membuat cia terdiam, dan rebecca melenggang.

Cia membalikan badan dan tiba-tiba memeluk allan erat, terdengar isakan kecil. Allan mengelus puncak kepala cia dan membalas pelukannya.

"Ssttt.... Kok nangis?" tanya allan.

Cia mendongak dengan mata yang berkaca kaca. "Lo percaya gak kalo.. gue bilang.... Rebecca ternyata adik gue?" tanya cia sambil sesegukan membuat allan mengernyit.

"Adik?"

•••••••••••

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang