Adis tak bisa mengendalikan amarahnya lalu pergi begitu saja.
"Ehh dis lo mau ke mana?" Al meneriaki adis yang sudah keluar dari rumah qyki, namun tak di denger oleh adis.
"Dia pasti mau nyusulin si teo" Ujar qyki.
"Ikutin jangan?"
"Kita liatin aja dulu, adis bener pergi apa enggak" Ucap cia, lalu pergi keluar bersama yang lainnya menunggu adis lewat.
Sedangkan adis, dia pergi ke rumahnya, tepatnya ke halaman belakang tempat ia sering latihan karate dan di sana ada samsak, adis langsung saja memukulinya tanpa menghiraukan tangannya yang mungkin akan terluka karna tak memakai pelindung.
"Ahhhhhk!!! Anjiing!" adis terus memukulnya dengan kuat sambil berteriak tak karuan. Beberapa saat kemudian adis berhenti karena merasakan tangannya yang sakit.
"Hahhh.... Ini yang gue takutin, akhirnya gue harus rasain ini juga kan" Suara adis mulai menurun. Lalu dia mengeluarkan ponselnya yang sudah dia ambil saat dilempar tadi, ia menelfon teo.
Tuttt.... Tutttt... Tutttt....
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."Lo kemana yo?"
Tuttt.... Tuttt... Tutttt....
Adis terus berusaha menelepon teo, namun nihil teo tak kunjung mengangkatnya.Mba ijem yang melihat itu mendekati adis. "Non itu tangannya sayang loh, tangan bagus gini malah di bikin luka, sini mba obatin ya" Mba ijem mengambil tangan adis dan menyuruhnya duduk lalu mengobati lukanya. Tak ada perlawanan atau kata-kata yang lontarkan oleh adis, dia hanya diam. di
"Nah udah selesai, jangan marah-marah non, kalo sering malah suka jelek deh"
"Hemm... Mba nih bisa aja" Adis tersenyum.
"Hehe udah mba siapin makan siang, ayo makan dulu" "Iyah bentar lagi ya mba, adis masih mau di sini dulu"
Mba ijem hanya tersenyum dan mengangguk, lalu pergi. Adis hanya membalasnya dengan anggukan. Tak lama hp adis berdering, dan teo lah yang meneleponnya.
"Halo?" tanya teo dari sebrang sana. "Kamu di sana kan?" tanyanya lagi setelah lama tak mendapat jawaban.
"Ya" akhirnya adis menyahut.
"Maaf ya tadi gak keangkat, aku bantu temen dulu soalnya"
"Kamu di mana?" adis malah bertanya dan menghiraukan ucapan teo.
"Ini jalan pulang, eh ya ada apa kamu nelepon aku sebanyak itu? Khawatir yaa?" Goda teo.
"Aku pengen ketemu, sekarang" Ucap adis lalu mematikan teleponnya sepihak.
'Kok perasaan gue gak enak ya?' Gumam teo dari sebrang sana.
Setelah mematikan teleponnya adis bergegas mengambil kunci motornya lalu pergi keluar.
Cia, qyki, dan al yang masih nunggu di sana dari tadi langsung menghampiri adis yang hendak keluar dari rumahnya. Di sana sudah tak ada afka dan Nathan.
"Dis!" Panggil al.
"Lo mau ke mana?"
"Gue harus cari tau masalah ini, kalian gak perlu ikut, gue bisa sendiri kok"
"Lo yakin?" Tanya qyki memastikan.
"Ya gue yakin, kalo ada apa-apa pasti gue kabarin kalian"
"Oke, inget dis lo harus tenang dan dengerin penjelasan teo, lo inget kan jangan terpengaruh, mungkin ini permainan mahda" ucap al.
"Ya gue tau kok, gue pergi ya" Lalu adis pergi dengan motornya.
"Ikutin jangan?" Tanya al.
"Gak perlu, dia udah dewasa" Ujar cia. Al dan qyki hanya mengangguk. Tak lama adis sampai di taman anggrek dan di sana sudah ada teo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen FictionCantik, populer, kaya raya. 3 hal yg sudah melekat kuat pada 4 gadis ini. Gadis yg kerap di bilang nakal, bandel, bahkan bitch. Tapi mereka tidak mempedulikan itu, mereka hidup atas kemauannya masing masing. Tak peduli banyak yang menghujat. Ini h...