Bad Girl 35

1 1 0
                                    

Kak cia..." panggil seseorang membuat cia berhenti dan menoleh dengan tatapan berapi api, ia sudah tau tujuan rebecca memanggilnya.

Rebecca sengaja memanggil dan menghampiri cia didepan banyak orang.

"Gue gak punya adik" ujar cia dengan nada rendah.

"Kok lo gak mau ngaku sih?" tanya rebecca dengan nada menjengkelkan. "Malu ya? Udah gue bilang lo salah berhubungan sama gue, ck!" sambungnya dan pergi.

Demi apapun cia kesal, akhir akhir ini amarahnya mudah tersulut. Ditambah masalahnya yang kian memanjang.

"Gue anter ke kelas" seseorang meraih tangannya dan mengajak cia berjalan bersama.

Adis, al, dan qyki membiarkan allan menemani cia sampai ia benar benar tenang. Sambil berjalan cia menatap allan, setelah kejadian waktu itu cia tak pernah melihat allan lagi, baru kali ini. "Kemana aja lo?" tanya cia masih menatap allan.

"Gue tau mood lo kacau, gue gamau ganggu lo dulu" jawab allan.

"Justru karna mood gue kacau gue butuh lo!" kata cia dengan nada sedikit naik. Tersadar ia sedikit menyentak allan, dengan segera cia minta maaf.

"Sorry, lo bener. Mood gue lagi berantakan, dan lo..... Bukan siapa siapa" ujarnya lalu menunduk.

Allan ikut diam mendengar itu, ada benarnya juga. Allan sudah lupa saat cia memutuskan untuk tidak memiliki hubungan apapun dengannya.

Allan menghela nafas "Udah sampe, belajar yang bener" ujar allan.

Cia menoleh dan tersadar, ia sudah sampai didepan kelasnya. Saat menoleh ke arah allan, orang itu sudah tak ada. Cia masuk ke kelasnya dan disusul temannya.

"Ekheem.... Cia, lo gak bisa gini terus laah, gue gasuka liatnyaa. Lo pasti bisa bangkit dari semua ini" ujar al sedikit merubah rautnya menjadi sedih.

"Iya, gue ngerti lah perasaan lo. Tapi gue gasuka aja liat lo kayak gini" sambung qyki.

"Gue tau caranya" kata adis membuat semua menoleh dan mendekat.

"pertama. Lo harus cuek, apapun yang dia sebarin tentang lo, lo harus bodoamat" sambung adis. Cia menaikan sebelah alisnya.

"Caranya?" tanya cia polos.

"Aelah, gimana aja si allan nyuekin lo waktu itu" ujar al membuat cia mendelik. "hehe, sorry" sambung al.

"Yang kedua?" tanya cia lagi.

"Jangan baperan, sekali lagi apapun yang dia omongin, jangan pernah masukin ke hati. Karena itu yang bakal bikin emosi lo naik, dan berniat buat ladenin dia" kata adis.

"Masukin kemana dong?" tanya qyki membuat adis menoyor kepalanya.

"Yang ketiga?"

"Biasa aja. Sebisa mungkin lo harus keliatan biasa, sesering seringnya dia gangguin lo. Kalo lo gak respon sama sekali, dia bakal capek sendiri." papar adis.

"Mantep juga tuh nasehatnya" kata qyki tertawa ringan. Sedangkan adis, menepuk nepuk dadanya bangga.

"Gue coba" kata cia sambil tersenyum.

••••••••••


Kringg... Kringg...
Kantin terlihat penuh dengan siswa yang tengah mengisi perut kosongnya. Begitu juga dengan 4 gadis ini, mereka sudah stay menunggu pesanannya datang.

"ini, silahkan" kata mang ari tukang bakso, dan pergi. Al menatap sekitar, ia mencari afka. "Afka kemana sih! akhir akhir ini jarang ngabarin gue" rengek al.

"Haaiii sayang" dan yang datang bukan afka, melainkan teo si playboy cap badak. Teo dengan seenaknya merangkul adis.

"apaansih, lo bau!" kata adis membuat teo melepas rangkulannya.

"Sembarangan lo. Btw, rambut lo panjangan tuh, ke salon yuk?" ajak teo membuat adis terkejut.

"Ngapain banget gue ke salon sama lo, gue bisa sendiri!" sahut adis menatap teo sinis. Sedangkan cia dan qyki fokus pada makanannya.

"Eh teo... Liat afka gak?" tanya al masih mencari afka.

"Tadi sih lagi rapat sama anak futsal. Ada si allan juga" sahut teo membuat cia menoleh.

"Bukannya afka anak basket?" tanya qyki.

"Gue denger sih, dia ngegantiin anak futsal yang cedera dan gabisa ikut main. Padahal masih jagoan gue, kenapa harus si afka yang diambil?" kata teo membuat al manggut manggut.

"Btw, allan kan anak futsal, afka anak basket, nathan anak organisasi, lo anak apa?" tanya adis.

"Anak setan" celetuk cia tiba tiba membuat semuanya tertawa kecuali teo.

"Mulut lo kasar!" ketusnya dan meminum jus milik adis, sontak adis terkejut. "Teeooo!" pekiknya.

"Woyy!! Gak ngajak ngajak" teriak afka yang datang tiba-tiba.

"Akhirnya lo dateng, tuh bini lo nyariin" kata adis menunjuk al. Dengan cepat afka menghampiri al.

'Kok allan gak kesini sih? Apa dia kesel sama kata kata gue tadi pagi? Eh ngapain juga kesini, kan bukan siapa-siapa' Gumam cia.

"Eh tapi gue belum pesen makan nih" kata afka, "Yaudah pesen dulu geh" pinta al dan afka pun berdiri untuk beranjak.

Saat berbalik, naya tidak sengaja menabrak afka sambil membawa es teh manis. Semua terkejut apalagi al.

"Aduhh... Maaf afkaa, gue gak sengajaa" kata naya merasa bersalah sambil mengusap dada afka yang basah karena es teh manis.

Melihat itu tentu saja al cemburu. Dengan cepat al menghampiri naya. "Lo kalo jalan liat liat dong!" pekik al membuat satu kantin hening.

"Ya gue kan gak sengaja, gimana si lo!?" naya membalas al tak kalah kencang.

"Aal....Udah, gue gapapa" afka mencoba melerai.

"Gue maafin, lo boleh pergi" sambung afka pada naya dengan nada rendah.

"Gue minta maaf banget ya, gue bener bener gak sengaja" kata naya sambil meraih tangan afka untuk memohon.

"Oy gausah pegang-pegang gitu juga kali" cia bersuara melihat apa yang naya lakukan.

Rasanya berlebihan untuk sekedar minta maaf apalagi ada al disana. Afka tidak mau memperpanjang, ia mengangguk dan melepas genggaman naya. Naya pun pergi masih dengan rasa bersalah. Semua yang ada di kantin pun kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Terus lo gimanaa?" tanya teo pada afka yang bajunya basah.

"Taulah, gue cuma bawa baju basket anjir" sahut afka yang terlihat kesal, tapi afka adalah orang yang mudah menyembunyikan kekesalan bahkan kesedihan, dengan terpaksa afka harus izin mengganti bajunya.

Sepeninggalan afka, al masih mendumel sendiri. "Gue tau afka mantannya, tapi gausah pegang peganga gitu, apalagi sampe ngusapin dadanya!" ketus al.

"Dia gak sengaja alqueenaaa" qyki mencoba menenangkan, begitu juga adis dan cia.

'Gue tau dia sengaja!' Gumam al ketus dalam hati.

••••••••••

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang