20.11
Cia memejamkan matanya di atas kasur, ia mencoba mengingat kejadian tadi. Tak terasa, senyumnya tercetak begitu saja. Lalu ia membuka matanya dan menoleh ke samping, ada bunga pemberian allan disana.
"Aduh... Mimpi apaa gue semalem?" ujarnya masih tidak percaya.
Cia tak ingin menyia nyiakan momen bahagianya sendirian, ia mencari ponsel dengan tujuan memberi tahu temannya agar ke rumahnya sekarang.
Bacot grup
Allcia.
Woy rumah gue sini, ada berita uwwu nihLama tak mendapat jawaban membuat cia menelfon adis.
"Dis, dirumah gue banyak makanan nih. Kuyylah"
"Aduh.... Gak enak badan nih gue" Cia mengernyit, sejak kapan adis bisa merasakan yang namanya tak enak badan? "Kok bisa? Gue jenguk ya?" kata cia membuat adis menjawab cepat.
"Eh..ehh gausah! Enggak, gue gak papa elah. Gausah dijenguk gitu, takutnya gue corona kan ribet nanti nular ke lo"
Cia terkejut "Lo kalo ngomong suka ngawur bangsat!"
"yaudah terserah lo, udah ya. Gue mau istirahat nih gak kuat, bye cia"
Tuutt...
Adis mematikan telfonnya sepihak. Cia beralih menelfon qyki."Lagi ngapain qy? Sini ke rumah gue"
"Ee.. Anuu maaf banget cia, gue lagi sama nathan nih"
"Oohh, yaudah"
Tuutt...
Cia memutar bola matanya malas, ia mau curhat pada siapa lagi? Sedangkan al masih dirumah sakit. Dengan kesal ia melempar ponselnya.Tersadar besok hari senin, dengan cepat cia mencari posisi ternyaman untuk membawanya ke alam mimpi. Dan tak lama, cia sudah tertidur pulas.
••••••••••
Senin, 27 April.
Waktu istirahat sudah terdengar sedari tadi. Tapi cia dan qyki masih diam di kelasnya. Adis? Gadis itu tertidur.
"Laper woy!" ujar cia. Qyki yang sibuk dengan ponselnya menyahut. "Lo duluan aja, gue gak laper nih"
Cia menghela nafasnya, dan menghampiri bima, lalu menarik kerah bajunya. "Eh eh... Kenapa nih?" tanya bima kaget.
"Anter gue ke kantin, gak mau tau pokoknya lo harus mau!" Cia menatap bima tajam, apa boleh buat? Bima hanya bisa menurut kemauan cia.
Dijalan, ia bertemu rebecca, gadis itu tersenyum. Kini gangguannya tak terlalu banyak seperti kemarin kemarin. Dan sepertinya rebecca sudah capek mengganggu cia.
'Dia senyum? Gak salah liat gue?' Gumamnya dan tidak memperdulikan lagi.
Dikantin.
"Buruan makannya cia" kata bima yang masih sabar menunggu cia makan. Cia mengangkat sebelah tangannya. "San....tuy""Eh kalo boleh tanya, hubungan lo sama si allan gimana?" tanya bima membuat cia diam.
"Cuma temen, dan gak akan lebih dari temen keknya" sahutnya lalu kembali makan. Bima menganggukan kepalanya.
"Bayangin si Allan nembak lo" celetuk bima sambil menatap cia.
"Gue kayang di tengah lapang kalo bener"
"Nah lo, gue pegang omongan lo"
"Yaa pegang aja, gabakal kejadian juga lagian"
Bima mendapat telfon membuat cia menoleh.
"Hah!? Serius lo?" bima menaikan nadanya."Oke oke.. Gue sama cia kesana sekarang" cia penasaran saat bima menyebut namanya.
"Kenapa bim?" tanya cia yang sudah penasaran sedari tadi.
"Allan, dia berantem sama teo di lapang" ucap bima, sontak cia terkejut.
Tak mau membuang waktu, mereka langsung berlari ke lapangan. Dengan nafas tersenggal, cia menatap sekitar lapang. Tidak ada siapapun kecuali murid yang lalu lalang. Ia mengernyit dan menoleh ke arah bima, orang itu tersenyum.
"Mana bim?!" tanya cia kesal karena bima malah tersenyum dan tidak menjawab ucapannya.
"Bima!" pekik cia kesal. Dan kini ia benar benar malu, semua orang tengah menatapnya.
"Surpriseee!" lagi lagi bima membuat cia mengernyit. Bima menghela nafasnya melihat cia yang tidak peka sama sekali. "Liat belakang kek" pinta bima dan cia membalikan badannya.
Sudah ada adis, qyki, teo, afka, nathan, dan....Allan, mereka tersenyum ke arahnya. Cia tidak mengerti, benar benar tidak mengerti.
Allan mendekat membuat cia tambah deg degan. "Hai, udah kaget belum? Oiya, gue sayang sama lo" celetuknya membuat cia melotot.
Astaga, to the point sekali anak ini.
"Gue mau lo ada disini buat gantiin Alvi" kata Allan sambil menunjuk dadanya.'Anjinggg?? Gue gak salah denger? Jantung gue rasanya mau lepas dari tempatnya' Pekik cia dalam hati. Allan memundurkan tubuhnya dan sepersekian detik kemudian, teman temannya memperlihatkan setangkai bunga, dan allan yang melebarkan kertas bertuliskan 'Mau jadi pacar gue?'
Semua orang yang melihatnya terpekik.
Cia menaikan sebelah alisnya. "Becanda lo" ujar cia tidak percaya.
"Gue serius Allcia" Allan berusaha meyakinkan cia. Hening sejenak. Entah apa yang cia rasakan, gadis itu malah berkaca-kaca. Dengan cepat ia menjawab.
"Mau laaan, mauuu!" ucapnya sambil menahan isak tangis. Ya, tangis bahagia.
"Yeaaaaa!!!!" teriak Allan mendengar jawaban cia. "Makasih oyy" kata allan untuk semua temannya yang ikut membantu rencananya.
Qyki dan adis menghampiri cia. "Gimana? Kaget gak lo?" tanya adis membuat cia mendelik.
"Gue tau ini rencana kalian, tai!" ujar cia masih memegang dadanya yang berdetak 10X lebih cepat. Adis dan qyki hanya tertawa.
"Buruan lo kayang" celetuk bima, cia menatapnya bingung. "Gue masih inget ya omongan lo di kantin beberapa menit yang lalu" ucapnya membuat Cia tersadar dan tertawa.
"Aduh gimana ya bim, kayaknya-
"Hei! Ada apa ini?" teriak bu mira.
Tersadar ini masih di sekolah, semuanya langsung bubar sambil menahan tawanya. Kesempatan emas bagi cia untuk kabur dari Bima. Namun allan malah menarik cia ke belakang sekolah. Mereka saling menatap satu sama lain, tak lupa dengan senyum yang masih mengembang. "Makasih udah nerima gue" kata allan.
•••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen FictionCantik, populer, kaya raya. 3 hal yg sudah melekat kuat pada 4 gadis ini. Gadis yg kerap di bilang nakal, bandel, bahkan bitch. Tapi mereka tidak mempedulikan itu, mereka hidup atas kemauannya masing masing. Tak peduli banyak yang menghujat. Ini h...