Bad Girl 49

1 1 0
                                    

"Ciaaa?" Panggil allan lembut. Tak lama cia mulai membuka matanya."Kamu udah sadar?" Tanya allan memastikan sambil tersenyum.

"Aku di mana?" Tanya cia sambil menatap sudut sudut ruangan.

"Di rumah sakit, kamu mau minum?" Cia nengangguk pelan.

"Pelan-pelan minumnya" allan menyodorkan segelas air dengan sedotan.

"Cuma kamu disini? Yang lain?" tanya cia masih dengan suara lemahnya.

"Lagi pada pulang, ada yang sakit gak? Apa perlu aku panggilin dokter?"

Cia menggeleng dan menatap allan. "Kamu kenapa bisa berantem sama revan sih?" saat seperti ini masih sempat sempatnya cia bertanya hal itu. Allan terdiam sejenak, saat allan ingin menjawab tiba-tiba pintu pun terbuka dengan kencang.

"Lancang ya kamu! Saya sudah bilang jauhi anak saya!" Bentak fatur sambil menarik allan. Selain fatur, Rebecca pun ada di sana.

"Pa.. Papa apa-apaan sih?! Awww" Cia meringis saat mencoba bangkit dari tidurnya, luka diperutnya masih basah.

"Kamu diem cia, ini urusan papa sama anak brengsek ini!" ujar Fathur.

"Yang papa maksud anak brengsek tuh pacar cia, gimana cia bisa diem?!" Cia marah, namun suaranya masih lemah.

"Udah cia, jangan gitu dia papa kamu, aku pergi dulu" Ujar allan hendak pergi.

"Gak! kenapa kamu harus pergi? Yang harusnya pergi itu mereka!" kata cia sambil melirik sinis pada fatur dan Rebecca.

"Ka cia gak boleh gitu dong, ini tuh papa kakak loh" Rebecca pura pura membela Fathur.

"Apa kata lo? Gak salah? Mana ada orang tua yang nelantarin anak nya, terus gak pernah mikirin kebahagiaannya?" Celetuk cia berhasil membuat fatur geram.

"Jangan kurang ajar kamu cia! Ini semua pasti karna temen-temen kamu sama cowo ini kan? Jadi kamu semakin gak hormat sama papa?!" Fathur mengepalkan tangannya, tidakkah ia sadar jika putrinya baru sadar dari sakit?

Qyki, adis, dan al yang baru datang menyaksikan perdebatan itu.

Cia menghela nafasnya, ia mencoba menguatkan dirinya untuk berdebat dalam kondisi seperti ini. "Kok papa salahin mereka? Gini deh pah, dari dulu yang selalu ada buat cia siapa? Terus yang bikin bahagia cia siapa? Bukan papa kan? Terus sebenernya papah tuh papah cia apa BUKAN?" Cia menekan kata terakhirnya, lalu meringis saat merasakan nyeri kembali.

Fathur dibuat emosi, kenapa cia mudah sekali membuat Fathur emosi, tangannya yang mengepal terangkat dan

Plakkk!!
Fatur berhasil menampar putri pertamanya, dalam kondisi yang masih terbaring. Allan menahan tangan Fathur seketika, matanya menatap ayah beranak dua itu tidak percaya.

"Ciaa!" Pekik al dan adis.

Cia memegang pipinya yang memanas, lalu menoleh dengan senyum hambar. "Kali ini papa buktiin kalo papa bukan lagi orang tua cia!"

"papa bener-bener gak sengaja cia, papa terlalu emosi tadi" Ucap fatur tak percaya dengan kelakuannya tadi.

"Pergi pa...." Pinta cia sambil memalingkan wajahnya.

Fatur diam membeku.

"Lebih baik om pergi" Ucap qyki.

"Maksud kamu apa usir saya hah?!" ucap fatur sambil melirik qyki, adis dan al yang masih di ambang pintu.

"Om, sekarang bukan hal yang tepat kalo om tetep di sini, mending om pergi dulu terus tenangin fikiran om" Ucap al lembut.

Hening seketika.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang