Al melangkah mendekati cia tanpa menghiraukan kedua orangtuanya.
"Tenang, jaitan lo masih basah nanti gak sembuh-sembuh" Ujar al sambil menatap mata cia.
"Kali ini kalian gak perlu ikut campur, ini urusan keluarga saya" ucap fatur
"Kita juga keluarga cia om, bisa kita duduk baik-baik? Gak perlu kan sampe harus teriak-teriak terus tengangga denger?" Adis mencoba menenangkan keduanya.
"Udah ayo duduk om, tante" al menarik keduanya untuk duduk didepan cia.
"Kita mungkin gak ngerti apa arti keluarga, tapi coba deh om sama tante kali ini aja dengerin cia, gak semuanya tentang ke egoisan kalian aja, dan kita gak akan ikut campur" Ujar qyki.
"Lo yang kuat, keluarin semua yang lo rasain selama ini cia, mereka ortu lo gak ada salahnya mereka tau anaknya lemah" Bisik al sebelum keluar.
Heninggg.
Mereka masih terpaku dengan pikirannya masing-masing. Cia mengangkat kepalanya dan menghirup napas dalam-dalam.
"Mah, pah, kalian tau gak cia di sini ke sepian? Setelah kejadian itu, mamah pergi ninggalin cia gitu aja, rasanya hidup cia berantakan, di tambah lagi papa gak pernah peduli sama cia setelah itu" cia membuka topik pembicaraan yang sudah pasti ia pun sulit untuk membicarakannya.
"Cia berusaha cari kabar mama tapi hasilnya nihil, setiap cia tanya soal mama ke papa, pasti papa langsung bentak cia, setelah itu cia berusaha hidup tanpa bayang-bayang seorang ibu" cia menghentikan ucapannya sejenak, rasanya ia ingin menangis sekarang.
"Terus buat pertama kalinya cia cari gara-gara sama temen sekelas waktu itu, papa langsung datengin cia, dari situ cia mikir kalau cia nakal, papa bakal selalu datang meskipun buat ngedatangin BK. Papa selalu ada, tapi buat kerjaan sama wanita lain" Mengalirlah air mata cia.
"Sayang... " raisa maupun fathur tak tega.
"Papa kayak gitu setelah perempuan itu dateng, perempuan yang ternyata adalah ibu dari orang yang cia benci"
Fatur diam, selama ini dia hanya mengejar harta dan banyak perempuan untuk mencintainya.
"Semua salah papa cia, papa minta maaf" Ucap fathur sambil menunduk, rasanya malu untuk menatap anaknya sendiri.
"Mungkin semuanya bukan salah papa aja, mama juga salah gak pernah nengok kamu ke sini, mama juga yang gak bisa buat papa kamu setia sama mama. Asal kamu tau cia, mama lakuin itu supaya saat mama jemput kamu, mama udah jadi orang yang layak buat bawa kamu" Raisa pun angkat bicara.
Fathur mendekati cia lalu berlutut didekatnya "Papa minta maaf ya"
"Papa jangan kayak gini, berdiri pah"cia mencoba mengangkat fathur dari berlututnya.
"Enggak sampe kamu bisa maafin papa"
"Iya... Cia maafin papa kok pah, tapi papa berdiri jangan kayak gini" Fatur langsung mendekap cia, sangat erat.
"Papa emang jahat sama kamu, papa pasti bakalan nebus semuanya" Tangis keduanya pecah.
"Allcia, mama gak akan pergi lagi dari kamu mulai sekarang, tolong maafin mama juga ya" Ucap raisa sambil menggenggam tangan cia.
"Iya mahh" Ucap cia dengan senyuman.
"Boleh mama peluk?" Cia membalas dengan anggukan.
"Ahhhh ini yang mamah nantikan bertahun-tahun, bisa peluk anak mama ini" Raisa memejamkan mata saat memeluk cia bersamaan dengan Fathur.
"Udah dong mah jangan nangis" raisa melepas pelukannya.
"Kamu juga jangan nangis lagi ya, mama sama papa mulai sekarang bakalan rawat kamu dengan baik, walaupun gak seperti dulu" Ucap raisa sambil mengulus kepala cia.
"Kalian baikan kan?" tanya cia membuat keduanya diam sejenak, lalu tersenyum.
"Kita baikan ya mas, demi cia" Ujar raisa pada fathur. Setelah itu mereka saling memberikan senyuman.
"Oh ya gimana keadaan kamu? Mamah cari kamu kemaren ke RS, tapi kamu udah pulang" raisa teringat akan keadaan cia dan kini raut wajahnya berubah.
"Cia udah baikan kok mah"
"Syukur deh, abis ini kamu harus banyak-banyak cerita sama mamah tentang apa yang kamu lewatin selama ini ok?" raisa mengelus puncak kepala cia.
"Oke" Balas cia dengan senyuman.
Alangkah bahagianya cia hari ini, tidak ada saling bentak namun berganti dengan senyuman. Tak lama, teman teman cia mencoba untuk masuk. Mereka melihat pemandangan yang sudah lama tak mereka lihat.
"Ahhh kalian pasti sahabat-sahabat cia?" tanya raisa mereka. yang sadar dengan kedatangan
"Tante pasti lupa sama kita" Ujar al. "Kita sahabat cia dari kecil tan" sambungnya.
"Ahhhh?! Alqueena?" raisa akhirnya mengingat wajah al, mengingat al yang wajahnya lebih bule dari ketiga temannya memudahkan ia untuk menebak.
"Dan kalian qyki dan adis, kan?"
"Iya tan" Keduanya memberikan senyuman.
"Wahh kalian tambah cantik aja, tante ampir gak kenal kalian" raisa tersenyum manis.
"Hehe gimana kabar tante?" qyki buka suara.
"Baik dong"
"Adis, al, qyki..." Panggil fatur. Ketiganya menoleh.
"Om minta maaf sama kalian"
"Iya om gak papa, kita ngerti kok om itu sebenernya sayang sama cia, cuma caranya aja yang salah" Qyki membalas ucapan fathur.
"Kita juga laper nih tan, ada makanan gak?" tanya al polos dan dibalas toyoran oleh adis.
"Otak lo makanan mulu sat!" bisik adis geram.
Raisa menoleh ke arah dapur " Biar tante liat dulu ya, atau sekalian aja tante buatin"
"Eh tan, kalo gitu biar qyki bantu yuk" qyki mendekat dan diangguki raisa. Sedangkan cia. "Lo pada gak sekolah?"
"Iya, kalian kan harusnya sekolah?" fathur baru sadar jika ketiga orang ini harusnya berada di sekolah.
"Bolos dongg" sahut adis bangga.
"Kok? Kenapa gak izin aja?" tanya fathur geleng geleng.
"Kelamaan, iya kalo diizinin." sahut adis. Cia tertawa mendengar ucapan adis. Dari situlah, satu satu orang yang kembali ke hidupnya. cia sayang
••••••••••
20.03
Raisa sedang dikamar cia, ia membantu memberi cia obat. "Cepet sembuh ya" ujarnya.
"Kamu tinggal di mana raisa?" Tanya fatur yang ada di sana juga.
"Di hotel mas, saya baru sampe dua hari yang lalu"
"Kalo gitu mama tinggal aja bareng cia di sini" ajak ciaa.
"Ahh kan di sini ada papa kamu, kita gak mungkin bisa tinggal bareng"
"Gak papa kamu tinggal aja di sini kalo cia yang minta aku gak keberatan, lagi pula aku jarang pulang" fathur yang memegang segelas kopi menyimpannya di atas meja.
Raisa tampak menimang, ia juga rindu rumah ini sebenarnya. Tak mau membuat cia kecewa, ia mengangguk.
"Papah bisa jagain Rebecca?" ucapan cia mampu membuat fathur dan raisa menoleh.
"Kamu udah tau?" raisa menatap cia tidak percaya.
Dan cia tersenyum getir. "Iya, dia katanya sakit, cia yakin itu juga bagian dari kurangnya kasih sayang papa. Papa mau kan jagain dia? Atau papa beli rumah lagi aja trus tinggal bareng dia, pasti dia gak akan cari gara-gara lagi sama cia, cia gak berharap bisa berhubungan baik sama dia, tapi setidaknya cia juga ngerasain sedikitnya apa yang dia rasain"
Menoleh ke arah raisa sebentar kemudian mengangguk. "papa juga banyak salah sama dia, papa bakalan sering-sering jenguk kamu ke sini kok, jadi sekarang belajar yang bener ya"
Lagi lagi cia tersenyum, walau ia tahu masalahnya bari selesai satu. Masih banyak beribu ribu masalah lagi kedepannya. Tapi rasa syukurnya hari ini melebihi rasa sakitnya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Fiksi RemajaCantik, populer, kaya raya. 3 hal yg sudah melekat kuat pada 4 gadis ini. Gadis yg kerap di bilang nakal, bandel, bahkan bitch. Tapi mereka tidak mempedulikan itu, mereka hidup atas kemauannya masing masing. Tak peduli banyak yang menghujat. Ini h...