Bad Girl 47

1 1 0
                                    

Fathur, al, dan bima memasuki ruangan cia. la melihat adis dan qyki yang awalnya berbincang bincang, kini terdiam.

Fathur berdehem. "Selama ini, kalian teman yang salah buat cia. Saya mau kalian jangan bergaul dengan anak saya lagi" ujarnya sukses membuat al,adis,qyki,dan bima menoleh.

"Maksud om apa ya?" tanya qyki tidak terima.

"Kalian harusnya bawa cia pulang, bukannya biarin cia belain cowok gak bener itu!!" ujar Fathur kembali emosi.

"Maaf maaf aja nih om, yang namanya celaka gak ada yang tau. Mau kita bawa cia pulang, mau kita biarin, tetep aja itu rahasia tuhan" adis angkat bicara untuk membela temannya.

"Dan satu lagi, Allan cowok baik baik, jangan liat orang dari luarnya om" timpal bima.

Fathur tersenyum kecut. "Tau apa kalian hah?"

"Kita tau semuanya om, walaupun statusnya cuma temen, tapi saya rasa kita lebih tau tentang cia daripada om" sahut qyki terlihat tenang, namun kemarahan tercetak jelas diwajahnya.

"Keputusan om tadi diluar buat jauhin cia dari allan juga salah besar" ucap al yang melihat kejadian tadi.

"Kesalahan terbesar saya adalah, membiarkan anak saya bergaul dengan kalian dan mencintai orang yang salah!" Fathur meninggikan suaranya.

Hening sejenak.

"Cia sayang sama allan, om. Begitu juga allan. Secara tidak langsung om ngejauhin cia dari orang yang dia cintai, apa itu gak bikin cia sakit hati?" al mencoba mengingatkan Fathur.

Terdiam, adalah hal yang dilakukan Fathur sekarang.

"Om gak tau kan? Diluar sana banyak yang benci sama cia, dan cuma kita yang selalu ada kalau cia dijahatin!" kata adis yang kini bangkit.

"Sekarang om pengen kita jauhin cia. Sedangkan ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan dan selingkuhannya, om juga jauhin cia dari pacarnya. Bayangin kehidupan cia kedepannya tanpa kita, siapa yang bakal jagain dia?! Bayangin aja dulu, sebelum kita bener bener pergi dari hidup cia!" sambung qyki lalu melenggang diikuti adis dan al.

Fathur benar benar tersentak dengan ucapan qyki. Pekerjaan? Selingkuhan? Ya, Fathur selalu memprioritaskan keduanya tanpa memikirkan cia.

Sebelum benar benar pergi, bima mendekat ke arah Fathur. "Liat aja betapa bencinya cia saat tau om lakuin ini semua" bima sedikit berbisik, namun terkesan mengancam.

Fathur mengepalkan tangannya mendengar ucapan ucapan menohok dari semua teman cia. Kini tinggal Fathur dan Cia disana.

Fathur merasa pusing, ia terlalu gegabah untuk mengambil keputusan. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang bertumpu pada sisi ranjang.

"pah" seseorang menepuk pundaknya membuat Fathur mendongak. "Maaf rebecca telat datang" sambungnya, lalu meletakkan kantong kresek berisi buah, dll.

Melihat Fathur yang diam saja membuat rebecca bingung. "Papa kenapa?" rebecca yang kebingungan akhirnya bertanya.

"Menurut kamu, apa papa salah jauhin cia dari pacarnya?" Fathur bertanya pada orang yang salah.

Mendengar itu rebecca sedikit tersenyum. "Nggak lah, bagus malah. Kak cia itu salah milih pacar pa, jadi bagus kalau papa jauhin mereka" sahut rebecca.

'Pasti bagus lah, siapa yang gak seneng liat kak allan sama si cia putus?' Ujar rebecca dalam hati.

Fathur masih dalam diamnya, entah ia sedang memikirkan apa.

"Mmm... Papa mau apel? Jeruk? Biar rebecca kupasin ya" tawarnya lalu bangkit untuk mengambil buah.

"Kamu emang perhatian, beda banget sama cia yang suka cuek sama papa" Rebecca tersenyum senang sekaligus bangga. Dirinya dinilai lebih baik dari allcia dimata Fathur. Selama di rumah sakit, rebecca akan selalu mencuri perhatian Fathur.

"Kesel banget gue sama papanya si cia! Omongan nya tuh gak pernah disaring dulu!" geram adis yang kini berada di Cafe dekat RS.

"Iya, gue juga kesian tadi liat si allan" sambung al dengan wajah sedihnya.

"Emang om Fathur ngomong apa sama allan?" tanya qyki lalu memakan kentang goreng pesanannya.

Bima berdehem, ia sudah bersiap untuk bercerita. "Jadi dia minta allan buat jauhin cia, terus dia bilang sesuatu yang bikin si Allan sakit hati banget"

Qyki memajukan tubuhnya.

"Apaan tuh?" tanyanya

"Kalau allan masih tetep sama cia, allan bakal bikin cia menderita. Gimana gak sakit hati coba? Gue aja yang dengernya udah pengen nangis"

"Lebay! Tapi bener juga sih!" sahut adis yang kini bersandar pada sandaran kursi.

"Kita beneran bakal jauhin cia?" tanya al polos.

"Kagak lah, mikir aja lu!" ketus adis ngegas membuat al mendelik.

"Btw, gue masih nanya nanya. Siapa yang laporin ini ke om Fathur ya?" Tanya qyki membuat adis, al, dan bima terdiam.

"iya juga ya?" ujar adis yang baru sadar.

"Gue yakin, gak cuma kita yang ada di basecamp waktu tadi" qyki menebak dan tebakannya tepat.

"Al, lo mau jadi detektif gak?" tawar bima. Al memutar bola matanya malas, ia yakin ia akan disuruh untuk mencari tahu siapa yang melapor ke Fathur. Secara, skill stalk-nya al juara.

Melihat ekspresi al, ketiganya tertawa.

••••••••••

"HAHAHA!! Rasaiin tuhh. Makannya jangan pernah deketin cowok cowok kita, iya gak?" ujar mahda tertawa keras di kamar angles.

"Gue kesian banget liat allan sedih gitu, tapi gue seneng sih kalau sedihnya allan gara gara ninggalin si cia" celetuk chelsea yang sedang maskeran.

"Tapi lo yakin allan bakal mutusin cia?" tanya angles.

"Gue yakin, soalnyaa hubungan yang gak direstuin orang tua itu cuma sia sia" sahut mahda dengan bangganya.

Angles manggut manggut, ponselnya berbunyi dan dengan cepat ia membukanya. Angles yang sedang memakan snack langsung tersedak. Sontak temannya menoleh dan bertanya.

"Lo kenapa sih?" tanya chelsea.

"Kata Stefi, besok kita harus dateng ke tempat geng motor. Bakal ada adis" kata angles dengan nada ketakutan.

"Tenang aja, kita kan selalu punya ide buat ngejatuhin orang" sahut mahda dengan senyum liciknya.

Temannya hanya ngikut mahda saja, karena memang mahda orang yang paling pintar bicara serta licik diantara angles dan chelsea.

•••••••••••

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang