Bad Girl 55

1 1 0
                                    

Dirumah cia.

Akhir akhir ini rumah cia selalu ramai, entah karena kedatangan orangtuanya, atau mereka yang berniat menjenguk.

"Bikinin sup geh, princess laper nih" titah al pada qyki membuat gadis itu menaikan sebelah alisnya.

"Lo pikir gue babu?"

Al mendelik lalu bangkit dari kasur cia, ia melangkah keluar menuju dapur. Qyki geleng geleng melihat tingkah al yang manja nya minta ampun.

"Kalo gue pencet sakit gak?" tanya adis sambil menekan perut cia. Sontak cia menepis tangan adis.

"Sakit lah tolol!" ketus cia dan dibalas kekehan adis. Tidak ada allan disini, ia sedang ada acara.

"Cowo kalian pada kemana? Sombong banget gak jenguk gue" tanya cia.

"Nathan rapat, bentar lagi bakal ada pelatihan osis" sahut qyki. "Kalo si buaya darat?" cia menoleh ke arah adis.

"Ketemuan sama temennya" sahut adis. Cia yang awalnya bersandar kini memajukan tubuhnya. "cewek?"

"Gatau" adis menggedikkan kedua bahunya cuek.

"Kok bisa gatau sih? Lo harus tau dia ketemu siapa dodol!" ujar cia sedikit memajukan tubuhnya.

"Gue harus belajar percaya cia, kali kali jangan kepo urusan dia" adis beralih memainkan ponselnya.

Cia menghela nafasnya, "Ya lo juga harus pandang orang, orang kayak si teo lo percaya gitu aja?!"

"Yaudah sih biarin aja!" Qyki memutar bola matanya melihat adis dan cia mulai adu bacot.

Cia hendak membalas namun teriakan al menghentikannya. Al masuk membawa nampan yang penuh. "Berisik woy! Makan dulu nih, kalian rese kalo lagi laper"

Hening terjadi selama kurang lebih 10 menit, mereka fokus dengan makanannya. Adis, gadis itu memang terlihat santai santai saja saat makan. Namun dalam hatinya ia menggerutu.
'Gue harus percaya, teo gak nakal, nggak pokoknya' Gumamnya.

Nathan masih diruang osis sekarang, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Rapat hari ini mampu membuatnya pusing, apalagi mahda yang entah kenapa akhir akhir ini selalu dekat dengannya.

"Woy nat, gak balik?" tanya rio salah satu pengurus osis. Nathan menggeleng, "Bentar lagi" sahutnya.

Rio mengangguk nganggukkan kepalanya lalu pamitan. Lagi lagi, nathan memikirkan ucapan mahda tadi.

"seandainya masih ada kesempatan, lo mau balik sama gue?"

"Gaakan pernah ada kesempatan"

"Ohya? Liat aja nanti hihi"

Pertanyaan mahda terngiang ngiang, nathan merasa risih dengan segala tingkah mahda, tapi ia merasa ucapannya tidak main main. Mendengar saat tragedi cia ditusuk mahda ada dilokasi, ia pikir mahda adalah cewek yang nekat.  Lamunannya buyar saat qyki menelfonnya.

"udah beres ya?"

Nathan tersenyum lebar, "kok tau?"

"Soalnya diangkat, kalo gak diangkat pasti masih rapat"

"Kamu di tempat cia?"

"hmm"

"Perlu aku jemput? Main gitu?"

"Boleh deh, ati ati"

Nathan mematikan sambungan telfonnya dan memakai jaket denim nya. Ia bergegas menuju parkiran, dengan cepat ia melajukan kendaraannya ke rumah cia.

Sesampainya di depan rumah cia, ia melihat qyki diteras sudah menunggu sambil sesekali tertawa dengan cia dan al. Ya, adis sudah pulang terlebih dahulu.

"Misi, pakeeett!!" teriak nathan, sontak ketiganya menoleh ke arah nathan. Cia menahan tawanya melihat tingkah lelaki itu.

"Tuh, kurir pribadi udah jemput. Pulang sono!" titah al pada qyki. Qyki tertawa dan namitan setelah itu menghampiri nathan pamitan, setelah itu menghampiri nathan.

"Mau kemana?" tanya qyki.

"Ke tempat biasa aja" sahut nathan dengan senyum manisnya. Entahlah, ia selalu ingin tersenyum pada qyki.

Melihat qyki mengangguk nathan menancap gas dan sesekali bersenda gurau diperjalanan. Sampai akhirnya..

"Nat, pinjem hp dong" pinta qyki.

"Ambil aja, di saku jaket" sahut nathan yang masih fokus pada jalanan.

Qyki meraih ponselnya yang berada didalam saku jaket nathan, tak perlu susah untuk membuka kata sandinya, karena ia sudah tahu. Mata qyki terpaku melihat pesan dari mahda. Dengan cepat ia membukanya.

Mahda.
Nat, aku seneng banget. Pelatihan osis nanti kita barengan!

Qyki menoleh sebentar ke arah nathan.

'Kenapa nathan gak bilang sama gue?' Gumam qyki. la mengscroll pesan dari mahda. Yaampun, bahkan selama ini mahda selalu memberinya pesan meski nathan tidak pernah membalasnya.

Rasa curiga menjalar didiri qyki, namun sebisa mungkin ia menepisnya. Baru saja tadi ia menasehati adis, ia mengalaminya sekarang.

'Ini cuma ngomongin osis qy, lo gak boleh su'udzon'. Batinnya sambil memejamkan mata, mencoba menenangkan fikirannya agar tidak berfikir yang macam-macam.

Sebuah ide terlintas di otak qyki, ia membalas pesan mahda seolah olah natahn yang membalasnya.

Nathan.
Lo seneng? Gue sih nggak.

Tak lama, mahda membalasnya.

Mahda.
Kok nggak? Kita bakal punya banyak waktu berdua.

Qyki geram membaca balasan mahda, sehina itukah dia jadi perempuan? la bahkan mendekati seseorang yang sudah punya pasangan.

Nathan.
Lo bau, males gue deket deket sama lo!

Qyki tertawa saat mambaca pesan yang dia kirimkan, dengan cepat qyki menghapus chattnya pada mahda agar nathan tidak membacanya.

Sedangkan dari sebrang sana mahda mengernyit, ia tidak habis pikir nathan akan membalasnya seperti itu.

Setelah dirasa puas, qyki mengembalikan ponsel nathan. Ia menatap keluar jendela, moodnya jadi kacau gara gara pesan mahda.

'Kalo barengan, berarti ketemu terus dong?' Gumamnya kesal. Setelah sekian lama memandang luar, qyki menangkap sosok teo tengah keluar dari cafe dengan wajah ketusnya.

Cafe nya terlihat sepi, hanya ada motor teo, dan 1 motor lainnya. Melihat itu qyki mengernyit.

'Bukannya teo bilang mau ketemu temen temennya? Kok kayak sendiri sih?' Batinnya curiga.

••••••••••

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang