Seokjin dan Myungeun menjadi orang pertama yang meninggalkan café untuk menikmati keindahan alam yang sangat indah dan menyejukkan ini. Dapat membuat semua orang mepelaskan penat dengan begitu leganya sebelum melakukan rutinitas seperti mana biasanya.
"Sudah lama bukan kita tidak berduaan begini," ujar Seokjin memecahkan keheningan antara dirinya dan istri.
Myungeun hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya, dengan menundukkan kepalanya sembari berjalan berdampingan dengan sang suami. Tanpa aba-aba tangan Seokjin meraih tangan Myeungeun yang kosong dan hanya menggoyangkan berlawanan dengan arah jalan mereka berdua.
Tidak ada perlawanan dari sang istri melainkan balasan dengan menggenggam tangan suaminya itu dengan lembut. Sambil menikmati alam Seokjin sedikit menarik Myungeun agar lebih mendekat dengannya dan tidak lupa ia memberikan usapan-usapan kecil pada tangan mungil seorang Myungeun.
"Seokjin oppa," Panggil Myungeun dengan sangat lembut, Seokjin langsung menatapnya dan berdeham sebagai respon.
"Mau duduk disana?" Tanya Myungeun dengan menunjuk sebuah bangku yang kemungkinan terbuat dari bebatuan yang diberikan semen tepat dibawah pohon.
Seokjin melihat kearah tunjukkan tangan Myungeun, "Boleh, apa kau lelah berjalan?" tanya Seokjin.
Keduanya langsung berjalan kearah yang mereka ingin tuju itu, "Tidak, aku hanya ingin bersantai. Terakhir kita duduk-duduk ditaman berdua itu saat masih menyembunyikan hubungan kita,"
Mendengar itu Seokjin tersenyum lumayan lebar dengan sangat begitu senangnya. Ia senang karena Myungeun memiliki ingatan yang kuat akan kenangan-kenangan yang mereka lalui, walaupun terkadang suka melupakan hal kecil.
"Apa lagi yang kau ingat tentang kita dulu?" tanya Seokjin dengan masih berjalan berdampingan namun matanya tidak lepas dari wajah sang istri yang sama sekali tidak menatapnya.
Ya sedari tadi Myungeun hanya menunduk atau melihat kedepan dimana ia ingin menerka apakah tempat yang mereka tuju sudah dekat atau belum. Semenjak menikah Myungeun lebih dewasa dan lebih realistis lagi, tidak ada Myungeun yang manja dan selalu merengek pada Seokjin ketika tidak bisa melakukan apapun.
Seperti sekarang, entah mengapa Myungeun lebih banyak diam ketimbang Seokjin. Sejak tadi pun Seokjin yang membuka pembicaraan entah itu hal penting atau tidak. Kini keduanya telah duduk dengan tangan yang masih bertautan.
"Myungie," kini gantian Seokjin yang memanggil sang istri dengan sangat lembut.
Dan kali ini keduanya saling menatap dengan penuh kasih sayang dan penuh kehangatan. Sekitar beberapa menit keduanya hanya saling menatap dan saling melemparkan senyuman yang mungkin mereka sebenarnya tengah berbicara dari hati kehati mereka.
"Terimakasih ya," ucap Seokjin tiba-tiba.
"Untuk?" balas Myungeun dengan ekspresi bingung.
Bukannya menjawab, Seokjin justru menarik Myungeun kedalam rangkulan seduktif pada pinggang Myungeun dengan lumayan erat, yang seakan memberitahu bahwa perempuan ini adalah miliknya seorang.
"Astaga lega sekali, kapan terakhir kali kita begini," racau Seokjin saat merengkuh badan Myungeun dengan penuh afeksi ini.
"Sudah sangat lama pokoknya," balas Myungeun dan ia pun melingkarkan tangannya tepat di pinggang Seokjin.
Keduanya kembali terdiam dalam keheningan masing-masing, entah mengapa dengan diam dan dengan saling membalas dekapan ini seperti tengah memberikan energy baru dan memberikan jawaban dari segala apa yang mereka pikirkan saat ini.
"Oppa, sepertinya aku siap jika oppa mau menambah anak lagi," ucap Myungeun dengan begitu penuh keyakinan.
Seokjin mendengarnya ini langsung mendaratkan kecupan pada kening Myungeun, "Aku tidak pernah memaksakan jika kamu memang ingin punya anak dua saja pun tidak menjadi masalah bagiku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Married Life
General FictionKisah ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang Idol setelah menikah? Bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Apakah mereka tetap dalam kehidupan idol? Atau mereka memutuskan untuk hidup layaknya orang biasa?