Sebuah Nama

63 8 0
                                    

Mungkin sekitar beberapa menit lalu, seorang perawat memberikan si anak pertama pada Jiyeon dan Jimin, yang mana bayi mungil nan cantik itu kini sudah berada di dekapan sang ibu. Jiyeon sedang belajar menggendong lebih dulu dan akan dilanjutkan dengan menyusui, tadi sudah diajarkan oleh seorang perawat itu sebelum akhirnya ia mencoba sendiri sekarang dengan bantuan Jimin pastinya.

"Ih sakit, hiks" gumam Jiyeon dengan sedikit isakan.

"Mana yang sakit?" tanya Jimin yang terlihat sangat khawatir.

"Semuanya, saat si pertama menghisap putingku semua badan terutama bagian jahitanku sakit," ucap Jiyeon dengan sedikit berkaca-kaca.

Jimin yang melihat itu bingung awalnya harus melakukan apa, tapi akhirnya ia mengelus punggung Jiyeon dengan lembut sambil memberikan kecupan hangat di puncak kepala Jiyeon.

Tangan Jimin yang satunya membantu Jiyeon untuk menyanggah bayi mereka dan memberikan usapan lembut di bagian kepala sang anak.

"Nak, pelan-pelan ya eomma mu kesakitan," bisik Jimin yang diyakini Jiyeon juga mendengarnya.

"Masih sakit?" tanya Jimin pada Jiyeon yang mana hanya dijawab gelengan.

"Sudah mendingan Jim,"

Mendengar itu Jimin sedikit lega, walaupun ia tidak bisa membantu banyak setidaknya membuat istrinya dalam keadaan nyaman dan tetap terjaga kewarasannya itu sudah lebih dari cukup.

Hal ini ia pelajari selama Jiyeon hamil dari beberapa hyungnya, waluapun istri-istri dari hyungnya tidak semua mengalami baby bluse tapi ia dapat banyak ilmu baru perihal kelahiran dan membesarkan anak.

Terlebih lagi Jimin tahu Jiyeon perempuan yang seperti apa, jadi pesan dari para hyungnya adalah mengerti dan memahami istri setelah melahirkan itu penting.



'Suami yang siaga atau suami yang hebat adalah suami yang bisa memahami istrinya. Perempuan itu unik, tapi jika sudah memilih untuk memikatnya tandanya kita siap dengan apapun yang ada pada diri mereka,' pesan Seokjin beberapa bulan setelah ia menikah.

'Cintanya laki-laki harus lebih besar pada perempuan karena dengan itu kalian akan mensyukuri apa yang ada diperempuan yang kalian cinta,' ini bukan pesan dari siapa-siapa tapi kutipan ini pernah disampaikan oleh seseorang yang cukup berpengaruh.



Selagi Jiyeon tengah menyusui si pertama, Jimin dengan sigap memberikan usapan lembut di punggung Jiyeon dan terkadang ia memberikan pijatan disana.

Sekitar lima menit kurang lebih si pertama sudah tertidur dengan lelap, Jimin meraih si bayi pertama untuk diletakkan kembali ke box bayinya.

"Mau sekarang?" tanya Jimin sesaat sudah meletakkan bayinya dengan nyaman.

Kei yang tengah memandang Box bayi, beserta bayinya itu seperti tengah menimang-nimang apakah ia akan pergi atau besok saja biar sipertama ada yang menjaga.

"Jim, bisakah tanyakan pada perawat apakah si pertama bisa kita bawa saja? Walaupun ia masih bayi, setidaknya ia juga tahu kalau adiknya sedang berjuang" tanya Jiyeon dengan hati-hati.

Jimin sedikit berpikir dengan ucapan Jiyeon, pasalnya ruang nicu itu bukan ruangan biasa yang dapat di kunjungi oleh bayi yang bisa dikatan sebagai belum kuat dalam imunnya.

"Aku yakin setidaknya sang adik juga tahu bukan hanya eomma dan appanya saja yang menunggu melainkan juga kakaknya, aku juga ingin kamu menamai keduanya saat keduanya berada dlama jangkauan yang dekat, bukankah kamu sudah ada nama untuk mereka?" timpal Jiyeon lagi.

Idol Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang