Sejujurnya, gue itu nggak marah sama Alvin, tapi gue itu malu sama fans girl gue. Bisa saja, kan, mereka pada geli? Dih, amit-amit.
Btw, kebetulan besok udah lebaran, nggak apalah sesekali balas dendam sama anak monyet di bulan penuh berkah ini. Lagian, berani melawan seorang Bagas Budiman. Intinya, dalam kamus kehidupan gue, darah di bayar darah, nyawa di bayar nyawa, malu di bayar malu.
Marilah saatnya jiwa kejantanan gue naik.
"Mana hp gue?!" bentak gue, dengan menampilkan ekspresi sangar, biar Siti sama Jamal langsung kicep.
"Gak usah bentak-bentak juga anjir!" Diluar ekspetasi, Jamal asal-asalan menonjok kepala gue sampai oleng, kepentok kedua gunung kenyal milik Siti. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan, ya, Tuhan.
"Ish, Bagas mesum!" Teruntuk kedua kalinya kepala gue ditampol Siti pakai kekuatan biawaknya. Akibatnya pandangan gue pada muter-muter kayak habis naik biang lala bareng bayangan sendiri.
Sekejap gue menetralkan pandangan supaya kembali normal seperti biasa, barulah gue menatap Jamal sama Siti bergantian. Jari telunjuk gue terangkat dan menunjuk mereka berdua satu-persatu. "Kalian kira ini kepala gue bola pingpong apa?!"
"EMANG IYA?! KENAPA?! MAU MARAH?!" Jawaban serentak Jamal dan Siti mengolah hati gue makin tertohok. Bisa-bisanya samaan gitu ngomongnya. Wah, cocok, nih, kisah mereka buat cerita baru gue di Wattpad, judulnya 'Cewek titan Vs Cowok sangean' Ayok tepuk tangan dulu buat Bagas Budiman dengan karya barunya nanti.
"Tau, ah, kesel gue sama lo pada!" Tanpa mempedulikan ekspresi tak suka dari mereka berdua, gue mencari ponsel gue yang ternyata terselip di bawah bantal. Lihat, barang gue aja disukai sama benda lain, apalagi gue yang manusia. Beh, jadi rebutan ciwi-ciwi, bukannya kepedean tapi emang kenyataannya begitu.
Sesuai keinginan buat balas dendam, gue mencari-cari foto kami dulu waktu pentas disney. Dari tadi gue scroll terus sampai ketemu sudah target yang akan gue gunakan sekarang juga.
Oh Alvin, kasian, ya, lo sebentar lagi bakal kena mental.
@BagasBadBoy
❤Disukai oleh @Azam ganteng, @_Raditya056, @HenHen00, @CC_Riana, @Jaka_33 dan 1.467 lainnya ...
Ada Jasmine berotot guys, mana ada bulunya lagi. Takut weeeh, aaaa tolong! @Alvin good boy, @Jaka_33, @HenHen00, @Azam ganteng, @_Raditya056, @Jems√
Komentar :
@_Raditya056 : Anjing WAHAHAHA!
@HenHen00 : Gas jangan Gas, mending lu diem aja, dah, pokoknya! AWOKAWOK NGAKAK!
@Azam ganteng : Anjir, Vin gimana Vin, mental aman? Wkwkwk.
@IstiNiangsih : Humor gue sebatas ada bulunya, bengek tolong😭
@Audrey cans√ : Astaghfirullah akhi😭
@Alvin good boy : MAK TOLONGIN ALVIN MAK!
Balasan :
@BagasBadBoy : Makan, tuh, otot!
@HenHen00 : Makanya, lain kali jangan buat war, jiakh! Wk.Gue tersenyum sungging atas responnya Alvin, pasti, tuh, anak lagi mandi kembang tujuh rupa. Gue cuma mau bilang "MAMPUS!"
"Ya ampun Bagas lo ini berdosa sekaleh HA HA HA HA ...!!!" Pundak kiri gue ditepuk-tepuk Jamal keras banget kayak ditipuk batu segede gaban, refleks aja gue langsung menepis tangannya yang bau petai.
"Jangan sentuh gue!" ujar gue agak masih rada-rada kesal sama mereka.
Gue melirik Siti yang mendekati gue dan main pegang tangan gue sembarangan. "Yaak ... Bagas jangan marah, dong, ntar jeleknya bertambah." Entah kenapa otak gue ngeleg akibat ucapan Siti. Sebentar gue mencerna, wah berani-beraninya!
"WOI SITI!" teriak gue kencang, habisnya salah Siti juga. Toh udah ngatain gue jelek, eh, orangnya main kabur aja.
"Ya ampun kalian ini, mau magang atau lagi debat pilkada, sih? Kamu juga Bagas, suara kaya knalpot gitu pake teriak-teriak segala, nggak malu emang kamunya?" Teguran keras bak miras dari Bu Puput menghantam jiwa raga gue, mana Bu Puput lagi geleng-geleng kepala lagi melihat kelakuan gue yang suka malu-maluin.
Ucapan beliau mengharuskan gue segera menundukkan kepala sambil mainin jari. Biar kesannya kayak bocil, supaya Bu Puput tidak mengurangi nilai evaluasi gue.
"Hah, yasudah, sana kamu temenin Siti sama Jamal. Ibu mau masak dulu, kalau ada yang tidak tau harga jualnya, langsung aja tanya ke ibu di dapur. Jangan asal main jual-terima aja, ngerti kamu?" Gue mengangkat kepala guna menoleh ke samping, dan tidak menemui Jamal di sisi gue, perasaan tadi dia di samping gue, ya, nggak, sih? Gila, dah, punya teman nggak ada yang pedulinya.
Sesudah mengumpat Jamal dengan kata sumpah serapah di hati, gue menatap Bu Puput dan mengangguk mengiyakan ucapan beliau.
"Bagus." Disaat Bu Puput pergi ke dapur, gue berjalan kecil menuju Jamal yang lagi duduk melayani bapak-bapak berkaos oblong plus pakai celana jeans di depan. Sedangkan Siti yang gue lihat sedang menakar beras, mungkin buat tuh bapak-bapak.
"Gimana, ya, Mal?
"Yo ndak tau, kok tanya saya toh, Pak,"
Karena penasaran pada bahas apa, gue langsung duduk di kursi plastik samping nih bapak-bapak. "Apanya yang gimana, Pak?"
Si bapak berkumis tipis noleh ke arah gue sebentar, lalu main buang muka. Anggap saja gue ini layaknya debu. Alias tak dianggap.
"Nih coba liat." Oke, gue ternyata salah sangka. Rupa-rupanya, nih, bapak memperlihatkan kue berukuran kecil yang masih ada di dalam toples janda.
Bingung salahnya dimana, gue secara terang-terangan meluncurkan pertanyaan. "Apanya, Pak? Nih, kue udah basi gitu? Terus mau dikasih ke saya gitu, biar saya yang makannya? Bapak mau matiin saya?" Pertanyaan dodol dari gue membuat bapak, Jamal, sama Siti pada nepuk jidat mereka masing-masing.
"Tolol amat, sih, lo! Maksudnya, tuh, kue buatan istrinya, nih, bapak, terus lo liat sendiri, kan, bentuknya kayak babi. Nah, jadi bapak ini bingung, apa kuenya halal atau haram? Masalahnya itu, kan, babi." Penjelasan Jamal mengolah gue manggut-manggut di tempat.
"Yaelah gitu doang, toh. Gini, Pak, kalau menurut bapak, nih, kue haram, coba deh bapak bacain kue ini kalimat syahadat, agar masuk agama Islam. Nah, jadi halal, nih, kue."
"Mal, Sti, teman kalian ini tamatan TK mana?"
"Jamban, Pak." Seperti biasa, Jamal sama Siti lagi-lagi pada serempak ngomongnya. Ketika gue mau buka mulut, gue melihat ada dua cewek yang berpakaian seksi berlalu di depan toko.
"OI CEWEK UUUT ...!!!" Entah ke sambar apa, gue mau ngejar tuh cewek-cewek bau diskotik. Niatnya mau tanya, harga, tuh, sendal berapaan, ya. Soalnya mau beliin buat CakCak.
Keburu mereka berdua udah nggak bisa gue jangkau lagi, yaudah, deh, gue balik aja lagi. Tapi, nih, ada tapinya, gue berasa mati kutu sekarang. Mau tau apa penyebabnya?
"CC--Ca, l--lo k--kok bisa ada di sini?"
Duh Bagas-Bagas, lo bodoh!
Di hadapan gue Caca berdiri sambil menatap gue tanpa ukiran senyum manisnya. Fiks, dia pasti ngira kalau gue kegatelan sama cewek begituan.
"Ca, lo mau kemana?" Gue mengacak-acak rambut lantaran Caca menghindar dari gue. Disaat gue mau ngejar, hati gue kayak ditusuk-tusuk. Bayangkan saja jadi gue, melihat cewek yang ditaksir selama ini malah dijemput sama cowok lain.
Gue ingetin wajah, tuh, cowok.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA [End]✓
Teen FictionStory 4 (Bromance, no BL!) ❝𝓚𝓲𝓽𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪-𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓶𝓮𝓵𝓲𝓱𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓾𝓽𝓪 𝔀𝓪𝓻𝓷𝓪. ❞ "Lebih baik disembunyikan, daripada diungkapkan." 🄳🄾🄽 🄲🄾🄿🅈 🄼🅈 🅂🅃🄾🅁🅈 🄿🄻🄴🄰🅂🄴‼️