•Jamal POV
Keesokan harinya, gue bersama Siti berkunjung ke rumah Bagas, guna mengantarkan beberapa baju dan benda-benda miliknya yang ada di kost. Tiba di rumahnya, kami berdua dipersilahkan masuk ke kamar Bagas, setelah kami meminta ijin kepada orang tuanya. Kami berdua hanya ingin mengingat kamar ini, dimana kami bertiga bersenang-senang disini sambil saling bertukar cerita.
Rencananya gue sama Siti mau pergi ke rumah masing-masing, dikarenakan kami sudah tidak mengkost lagi. Bukan hanya karena terbayang-bayang terus kenangan indah bersama Bagas, namun kita sudah lulus sekolah, dan tinggal melanjutkan ke perguruan tinggi. Beruntung gue masih bisa masuk ke salah satu universitas, dan Siti juga satu universitas dengan gue. Gue salut sama dia, selama ini dia menabung demi masa depannya, ternyata kegigihannya itu membuahkan hasil.
Pintu kamar terbuka lebar, terpampang jelas kamarnya yang rapi. Gue menarik nafas panjang lalu dihembuskan secara perlahan, gue tidak boleh meneteskan air mata di tempat ini. Siti menatap gue sambil tersenyum teduh, menandakan bahwa dirinya akan selalu ada di samping gue. Senyumnya itu pun gue balas juga.
"Jamal, ini ada album yang Bagas titipkan untuk kalian berdua." Tiba-tiba saja Om Arthur ada di belakang kami, spontan saja kami memutar badan ke belakang. Menjumpai beliau yang menyodorkan sebuah album. Gue mengambil album tersebut, memperhatikan luar dan belakangnya yang polos tanpa kata atau dekorasi.
"Dia harap kalian menyukainya, Om tinggal dulu ya?"
Kami menganggukkan kepala, kemudian Om Arthur sudah hilang dari pandangan. Kami berdua memilih duduk di atas ranjang, untuk membuka apa isi dari album itu. Halaman pertama di buka, ada tiga foto kami bertiga. Foto pertama adalah foto yang diambil di toko Bu Puput. Foto kedua di ambil di taman, dan ketiga di ambil dari pameran dulu. Di atas ketiga foto tersebut ada tulisan Bahasa Inggris dua kata.
Best Friends
Ya, Bahasa Inggris itu mengartikan bahwa kami sahabatnya. Gue membuka halaman berikutnya, di situ ada foto gue, entah bagaimana bisa dia memilikinya. Di bawah foto gue, ada kalimat yang tertera.
Jems, sebelumnya gue minta maaf asal ambil foto lo tanpa ijin. Lo ingat nggak waktu kita mau ke cafe malam itu, yang gue minta fotokan? Pasti ingat 'kan? Waktu di cafe gue minjam HP lo, dan lo nanya mau ngapain. Sebenarnya alasan gue meminjam HP lo itu karena gue mau mengirim foto yang lo ambil saat perjalanan ke cafe itu ke nomor gue. Supaya tidak ketahuan, gue menghapus pesan itu di opsi untuk saya, bukan untuk semua orang.
Maaf kalau lancang, gue mencetak foto lo dan menaruhnya ke album yang sangat biasa ini. Gue hanya ingin terus mengingat lo, karena lo adalah sahabat terbaik gue, yang selalu menemani gue disaat sedih ataupun bahagia. Beruntung di hidup ini gue dipertemukan dengan seseorang yang sangat peduli kepada sahabatnya, dan tidak pernah menghilang disaat lagi kesusahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA [End]✓
Teen FictionStory 4 (Bromance, no BL!) ❝𝓚𝓲𝓽𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪-𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓶𝓮𝓵𝓲𝓱𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓾𝓽𝓪 𝔀𝓪𝓻𝓷𝓪. ❞ "Lebih baik disembunyikan, daripada diungkapkan." 🄳🄾🄽 🄲🄾🄿🅈 🄼🅈 🅂🅃🄾🅁🅈 🄿🄻🄴🄰🅂🄴‼️