"Huh!" Gue merebahkan diri diatas kasur, menatap langit-langit kamar tanpa hiasan. Polos, warna putih. Sepolos diri ini, hahaha garing.
Sehabis pertengkaran tadi siang, mood gue langsung down. Dari ekor mata, gue dapat melihat gerak-gerik Jamal yang sedari tadi bolak-balik mencari sesuatu, sampai-sampai dia garuk-garuk kepala. Gue langsung ubah posisi duduk, menonton Jamal yang masih saja seperti setrika.
"Nyari apa, Mal?"
Jamal menoleh ke arah gue. "Lo liat HP gue nggak?"
"Hah?" Mata gue tertuju ke arah tangannya, lagi memegang benda yang dia cari dari tadi.
"Itu apa?" tunjuk gue ke tangannya. Jamal mengikuti arah pandang gue, dia sedikit mengangkat tangan kanannya yang lagi megang HP.
"Anjing, kok lo ngumpet, sih?! Segitu nggak sukanya dipegang sama gue? Jawab, gue butuh penjelasan!"
Stres emang. Benda mati diajak bicara, mana disalah-salahin lagi. Padahal dia sendiri yang pelupa. Dasar remaja pikun.
"Jawab!"
"Sudah malam Mal, jangan stres dulu." Gue merolling eyes sekejap, lalu merebahkan diri lagi. Rebahan is the best, nikmat mana yang engkau dustakan.
"Hehe iya." Jamal ikutan rebahan di samping gue, dia membuka aplikasi penggemar sejuta umat manusia. Ya, tiktok. Kerjaannya buka tiktok buat nyari tutor bikin cemilan yang ngirit duit. Emang rajin teman gue yang satu ini, sedangkan gue buka tiktok buat hiburan. Sekalian liat yang bohay-bohay.
Ah, sial, sebentar lagi ini mata mau kepejam. Gue kelupaan, belum mandi. Pantas aja, badan serasa lengket. Mau tidak mau, gue turun dari atas ranjang dengan malas. Sebelum masuk kamar mandi, gue mencari-cari handuk gue warna abu-abu. Setelah di obrak-abrik sana-sini nggak nemu juga. Dimana, ya, kiranya dia sembunyi?
"Mal."
"Hm."
Baru aja mau nanya, handuk yang dicari-cari ada juga. Mana gue ingat, naruh tuh handuk di atas lemari. Untung mata gue jeli juga. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, gue melirik Jamal yang asyik nonton video. Senyum jahil mengembang di kedua sisi bibir.
"Mal."
"Hm," dehemnya, sama sekali nggak ada niatan menoleh ke arah gue.
"Mal."
"Hmmm ..."
Sambil menahan tawa, gue jadi makin mengusili dia. "Mal."
"Hmmm ...!"
"Mal!"
"Apasih anying?!" Jamal menyingkirkan ponselnya, dan menatap gue dengan tajam.
"Hai." Gue melambaikan tangan ke arahnya. Sebelum dia mengamuk, melempari muka gue dengan sendal. Buru-buru gue berlari cepat ke kamar mandi.
"Asu lu Bagas!"
'Bruk!
Tawa yang ditahan tadi memecah seketika. Gue makin tertawa keras, ketika sudah masuk kamar mandi, pintu langsung gue tutup. Akibatnya, Jamal jadi bertabrakan dengan pintu. Dan menimbulkan suara yang lumayan keras.
"Awas aja lu Gas!"
Gue masih tertawa terpingkal-pingkal di dalam kamar mandi, sambil menahan perut yang sakit akibatnya. Gue meletakkan handuk, lalu mulai mandi. Mengingat Jamal kepentok tadi bikin gue cekikikan lagi.
Dua jam kemudian...
Malam ini gue, Jamal, sama Siti lagi ingin main keluar. Bukan main dugem, tapi nongkrong di cafe dekat sini. Cukup jalan kaki aja buat sampai kesana.
"Mal, fotoin gue dong!"
Gue menyerahkan HP ke Jamal. Sebelum take foto, gue memperbaiki rambut biar kece. Terus pasang topi, biar makin berdamage.
"Sudah?"
Gue megacungkan jempol, tanda sudah siap. Cukup mengeluarkan jurus full senyum.
'Ckrek!
"Mana liat!" ucap gue antusias. Mendatangi Jamal.
"Keren nggak?"
Gue mengambil alih HP di genggaman Jamal, luar biasa sekali hasil jepretannya. Biar ngeblur, tapi estetik. Ginilah enaknya jadi orang good looking, sekali jepret hasilnya tetap bagus.
"Buset, keren banget gue!"
Jamal mengibaskan diri, bangga. Nggak salah gue minta foton sama dia. "Siapa dulu, dong? Jems gitu loh!"
"Iya-iya, lo yang terbaik. Ti, mau di fotoin nggak?" tawar gue ke Siti yang diam-diam aja dari tadi. Gue lihat dia lagi fokus scroll foto biasnya. Taehyung.
"Nggak, Siti anti kamera," tolaknya, tanpa mengalihkan pandangannya.
"Heleh!" Kompak gue sama Jamal mengucapkan kata yang sama.
"Lo mau difotoin nggak Mal?"
"Nggak usah, gue bisa sendiri."
Jamal merogoh HP miliknya di kantong celana. Dia membuka kamera biasa, pakai kamera belakang.
'Ckrek!
"Nah sudah deh, ayo kita lanjut jalan. Kemaleman ntar."
"Bentar, dong, gue mau liat foto lo tadi."
"Liat aja sendiri, ayo Ti lanjut jalan. Jangan terlalu berharap sama bias, dia aja nggak tau kalau lo hidup." Jamal menyerahkan ponselnya ke gue.
"Ih Jamal gitu amat!"
Siti mengejar Jamal yang lebih dulu jalan. Gue membuka foto di HP Jamal, dan menemukan hasil jepretannya tadi.
Buset, nih, anak, bisa-bisanya sekali jepret pakai kamera belakang bisa sebagus ini hasilnya. Kalau gue pakai kamera belakang harus di take beberapa kali biar bagus. Jadi iri gue, nanti, ah, belajar foto pakai kamera belakang.
"Jamal, Siti tungguin gue woy!" teriak gue ke mereka berdua yang sudah mulai menjauh.
"BURUAN!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA [End]✓
Teen FictionStory 4 (Bromance, no BL!) ❝𝓚𝓲𝓽𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪-𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓶𝓮𝓵𝓲𝓱𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓾𝓽𝓪 𝔀𝓪𝓻𝓷𝓪. ❞ "Lebih baik disembunyikan, daripada diungkapkan." 🄳🄾🄽 🄲🄾🄿🅈 🄼🅈 🅂🅃🄾🅁🅈 🄿🄻🄴🄰🅂🄴‼️