"Eh, btw, nama buat adek lo apa, Zam?" Gue sama yang lain, mengangguk mengiyakan pertanyaan Hendra. Menunggu-nunggu jawaban dari Azam, yang lagi mengupil, terus dijilat dan di celupin. Itulah cara makan Oreo.
"Anji Nugraha."
Minuman yang baru gue teguk langsung nyembur ke luar, bertepatan dengan ucapan Azam barusan. Mereka pada kompak noleh ke arah gue yang terbatuk-batuk. Siti dengan tangan besinya, menepuk-nepuk punggung gue begitu kencangnya. Seakan-akan, organ dalam tubuh mau dia keluarkan sekaligus.
"Uhuk, uhuk, uhuk ..."
"Lo kenapa Gas?"
Mengabaikan pertanyaan tidak berguna oleh Alvin, gue berusaha membuat diri menjadi netral lagi. Dan alhamdulilah, gue masih diberi umur. Walaupun kedua mata memerah, kayak habis minum gaduk. Atau lebih tepatnya, seperti habis minum alkohol. Karena, kata gaduk itu berasal dari tempat kelahiran gue, yaitu Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
"Haduh si Alvin pake tanya lagi, nggak liat apa?" Jamal dengan nada tingginya dibalas Alvin akan cengengesan.
Setelah kembali normal, gue sedikit menepuk-nepuk dada. Lalu berdehem, biar cool lagi.
"Lo serius Zam? Mau kasih nama itu buat adek lo? Nggak kasian apa?" Pertanyaan sekaligus gue mendapat tatapan tanya dari mereka. Keliatan dari dahinya mengerut. Terutama Azam, yang bengong. Emang dasarnya sih nih anak, otaknya Lola, alias Loading Lama.
"Emang kenapa, Gas?" tanya Siti kepo, begitu juga dengan yang lain. Ini kawan-kawan gue nggak ada satupun yang seserver otaknya.
Sebelum bicara, gue menghembuskan nafas berat. "Gini, ya, sobat, Azam bilang nama adeknya Anji Nugraha. Kalian kepikiran nggak, kalau disingkat namanya jadi apa?"
Mereka tampak berfikir. Gue menyilangkan dada, sambil merebahkan punggung ke sofa yang ada di belakang gue. Tersenyum memandangi mereka yang lambat dalam berfikir. Dua dari mereka yaitu Adit tiba-tiba saja tertawa dengan tawa khasnya. Seperti tawa kuntilanak. Disusul dengan Hendra, yang ketawanya mirip psikopat.
"Ahihihi ... Ahihihi ... Ahihihi ... Hihihihi ... Hihihihi ..."
"Xixixi ... Xixixi ... Xixixixi ... Xixixixi ..."
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak, sedangkan yang lain kebingungan, sambil melirik gue, memberi kode apa alasannya. Belum sempat gue menjawab, Jamal juga ikutan ketawa, ala monyet.
"Awokawok ... Awokawok ... Awokawok ..."
Siti, Azam, sama Alvin makin dibuat bingung. Karena penasaran yang bergejolak hebat pastinya, Siti tak kuat lagi menahannya. Begitu juga dengan Azam, dan Alvin.
"Apasih kalian? Siti nggak paham ini, kok pada ketawa? Lucunya dimana?"
"Tau lo pada, nggak jelas banget. Apa salahnya sama nama adek gue?"
"Emang apaan, Gas?" Alvin memajukan dagunya ke arah gue, serta kedua alis yang naik-turun. Sedangkan mereka yang tadi ketawa mulai mereda, meski masih terdengar kikikan geli.
Gue geleng-geleng kepala menanggapi tiga curut ini, yang masih aja gagal paham.
"Nih, ya, gue kasih tau, namanya Anji Nugraha. Kalau disingkat, jadi Anjing. Paham kalian bertiga?" Tak sampai bermenit-menit, mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Sedangkan yang lain pada ketawa lagi, sama halnya dengan gue.
Diluar dugaan, Azam 'lah yang paling keras tawanya, dibanding kita-kita. Gue kira dia marah, eh, taunya malah kebalikannya. Sampai-sampai air matanya keluar.
"Ha-ha-ha ... Kok gue nggak kepikiran, ya? Hahahaha ..."
"Buruan Zam suruh orang tua lo ganti namanya," ujar Jamal, masih terkekeh.
"Iya-iya, ntar gue kasih tau."
"Eh Azam, kayaknya film Shiva udah mulai, deh. Siti numpang nonton dong, ya, ya, boleh, ya?" Dengan jurus mata yang berbinar-binar, Siti menangkupkan kedua tangannya. Sedangkan Azam beberapa kali berkedip-kedip, lalu menganggukkan kepalanya. Tanda setuju itu.
Secepat kilat Siti berlari ke belakang, hingga terdengar gedebag-gedebug langkah kakinya. Gue sama yang lain terheran-heran, semenjak kepergiannya.
"Apa yang Siti suka dari, tuh, kartun? Sudah tau Shiva itu anak yang egois, nggak mau menerima kenyataan bahwa dirinya bocil, dan belum disunat." Lagi-lagi ucapan gue barusan mengundang tawa mereka. Heran, dah, mereka ini punya humor tipis sekali.
"Hah ..." Di samping gue, Alvin menghembuskan nafasnya, sampai bau jigongnya menusuk hidung gue.
"Buat kalian yang pernah nge 'hah' ke gue, kalian nggak akan tau betapa baunya mulut kalian," sindir gue, khusus untuk Alvin yang lagi menguap. Dimana dia tidak menghiraukan, ucapan gue.
Yang lain cuma tertawa kecil, melihat Alvin yang masih tidak bergeming. Dasar, tuan berbibir besar. Cocok sekali sama cewek berpantat besar tadi.
"Eh, kalian, gue kemarin tiba-tiba aja pusing, terus mimisan, itu kenapa, ya?" tanya Adit, seraya mencomot kue putri salju.
"Halah gitu doang nggak tau kenapa," ucap Hendra, angkat suara. Sedari tadi cuma diam ayam aja tuh anak. Pasalnya, nih, anak orangnya agak pendiam. Tapi kalau ngomong serius, pedasnya melebihi cabe sebakul.
"... Itu karena gejala kemiskinan. Miskin, makanya suka pusing," lanjutnya, membuat kami pada mengelus-elus dada.
Sudah gue bilang, kalau ngobrol sama Hendra mending hati-hati, dah. Daripada sakit hati yang didapat. Emang benar-benar si Hendra, kalau ngomong nggak tanggung-tanggung. Sampai membuat Adit jadi tersedak. Sesegera mungkin Jamal menuangkan air dari teko ke dalam cangkir Adit yang tandas itu. Hingga isinya terpenuhi lagi dengan satrup jeruk.
"Astagfirullah kamu ini bersoda sekali, eh, berdosa." Adit mencolek pipi Adit yang duduknya memang berdekatan.
Dari yang gue lihat, Hendra melayangkan tatapan setajam silet ke Adit. Melihatnya, kami pada berbagi pandang. Tatkala, si Hendra adalah anak karate. Sekali pukul, kelar.
"Eeee ... Maaf, maaf. Nggak usah natap gue kayak gitu, lah, njir, ngeri!" Adit bergidik ngeri, mengolah gue sama yang lain tertawa.
"Btw, Gas, gue mau kasih tau sesuatu sama lo. Mungkin ini ngecewain hati lo." Tiba-tiba saja suasana berubah jadi serius. Gue menatap Azam lamat, menanti-nanti kelanjutannya. Sama halnya dengan mereka, pada fokus pandangan ke Azam seorang.
"Ini menyangkut ..."
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA [End]✓
Teen FictionStory 4 (Bromance, no BL!) ❝𝓚𝓲𝓽𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓪-𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓶𝓮𝓵𝓲𝓱𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓾𝓽𝓪 𝔀𝓪𝓻𝓷𝓪. ❞ "Lebih baik disembunyikan, daripada diungkapkan." 🄳🄾🄽 🄲🄾🄿🅈 🄼🅈 🅂🅃🄾🅁🅈 🄿🄻🄴🄰🅂🄴‼️