2. Awal Hidup Baru

10.7K 701 6
                                    

------------------ Happy Reading ------------------

Kaluna kini sudah berada di salah satu mal di ibukota. Ia mulai memilih seragam sekolah terlebih dahulu.

" Selamat datang kak. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya salah satu karyawati mall itu.

" Emm iya mba. Saya mau beli seragam SMA dua pasang jangan lupa warnanya yang putih abu-abu ya bukan yang merah putih," ujar Kaluna. Karyawati itu pun mengangguk dan mulai mencari seragam itu.

" Ini kak seragamnya. Silakan," ujar karyawati itu sambil menyerahkan dua buah plastik berisi seragam.

Kaluna menerima seragam itu dengan muka berseri.
" Terimakasih mba. Saya langsung bayar di kasir ya," ujarnya lalu melenggang pergi.

Setelah selesai membeli seragam, Kaluna melanjutkan belanjanya. Kini ia akan membeli baju-baju yang simple di kalangan remaja kecuali model mini atau dress terbuka.

Dengan cepat ia mengambil beberapa hodie, sweater rajut, celana kulot ribbon, jumpsuit dan beberapa kaos yang oversize. Ia lalu membayarnya di bagian kasir.

"Oke. Semuanya udah gue beli. Sekarang waktunya pulang dan siap-siap buat sekolah besok," ujar Kaluna riang.

***

Suara alarm yang terdengar begitu keras itu sangat menggangu. Mata gadis cantik itu perlahan membuka. Tangannya berusaha mengambil jam weker yang berada di meja belajar dekat ranjangnya itu dan langsung mematikan alarmnya.

Ia menguap lebar lantaran masih terasa ngantuk. Ia perlahan mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada ujung ranjang. Ia melihat keadaan sekelilingnya. Sesaat ia mengingat sesuatu.

" Biasanya kalo pagi-pagi bunda yang selalu bangunin gue, bukan pake alarm gini," gumam Kaluna lirih mengingat kejadian dimana ia selalu dibangunkan oleh ibunya selama ini. Tapi kini, di tubuh Kaluna, ia harus terlatih bangun sendiri.

Perlahan-lahan ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu. Di kehidupan sebagai Kiana, ia adalah seorang yang taat beribadah. Sebesar apapun kenakalannya, ia tak akan melupakan sholat dan mengajinya.

Selesai sembahyang subuh, Kaluna langsung bergegas mandi. Begitu selesai mandi, ia memakai seragam barunya itu. Ia memberikan sedikit polesan di wajahnya setipis mungkin agar tidak terlihat berlebihan. Ia lalu bercermin.

" Perfect," gumamnya. Setelah semuanya siap, ia langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi terlebih dahulu.

Di ruang makan, tampak ayah dan ibu kandung Kaluna sudah bergabung dan kini mereka tengah sarapan di meja makan. Kaluna mengembangkan senyumnya lalu berjalan menghampiri mereka.

" Morning," sapa Kaluna lalu duduk di kursi samping mamanya.

" Morning too, sayang," jawab papa dan mama Kaluna berbarengan.

" Wow, kamu sangat cantik pagi ini, sayang," ujar papa Kaluna yang bernama Marchel.

" Ouh tentu saja. Kaluna kan emang cantik dari lahir, mewarisi kecantikan dari Mama. Iya kan, Ma?" Ujar Kaluna.

" Jelas dong. Kaluna kan cantik kayak Mama," ucap mama Kaluna yang bernama Nesha tersenyum senang melihat putrinya sudah mau dekat dengannya. Dari dulu Kaluna memang selalu cuek kepada kedua orang tua dan kakaknya itu.

" Cepetan makan. Mau berangkat bareng gak?" Tawar Alvaro yang sedari tadi diam.

" Mau!" Seru Kaluna bersemangat. Alvaro yang mendengar itu langsung tersenyum tipis melihat perubahan adiknya itu.

" Yaudah cepetan. Telat dikit aja gue tinggal," ujar Alvaro.

" Haish," gumam Kaluna kesal, dan dibalas dengan kekehan dari Alvaro.

Sedangkan Marchel dan Nesha senang melihat keakraban di keluarganya kembali tercipta. Selesai sarapan, Kaluna pun berangkat sekolah bersama kakaknya. Sebenarnya Alvaro sudah kuliah, tetapi kampusnya itu searah dengan sekolah Kaluna.

***

Kaluna telah sampai di sekolahnya. Ia tersenyum menatap gedung sekolah nya yang megah itu.

" SMA Antariksa," gumam Kaluna lirih membaca nama sekolah nya yang tertulis besar di depan gerbang sekolah.

Ia pun melangkahkan kakinya memasuki area SMA Antariksa. Begitu ia menginjakkan kakinya di area lapangan depan sekolah, sudah banyak tatapan mata dari orang-orang yang berada disitu. Mereka menatap dirinya sinis seakan sangat membencinya.

Sedangkan Kaluna hanya cuek saja membiarkan tatapan sinis itu yang mengarah padanya. Ia sampai terlupa suatu hal. Ia tidak tahu kelas Kaluna!

Ia pun hanya berjalan mondar-mandir karena tak tahu harus berbuat apa. Murid-murid menatapnya bingung dan bertanya-tanya. Hingga tiba-tiba terdengar teriakan yang memanggil namanya.

" KALUNA!" teriak seorang gadis yang kini sedang berlari ke arahnya.

" Lo ngapain kesini astaga? Lo pikun sama kelas lo, hah?" Tanya gadis itu.

" Nih cewek siapa? Sahabatnya Kaluna?" Tanya Kaluna dalam hati.

" Emm sengaja gue mau jalan-jalan dulu, hehe," jawabnya.

" Yaudah yuk ke kelas. Gue tau kalo lo pasti mau ketemu Darren? Kan bisa nanti jam istirahat," ujar gadis itu. Sedangkan Kaluna hanya mengangguk-angguk. Ia membaca name tag di seragam gadis itu.

" Difa Maulidya. Tuh kan bener dugaan gue. Nih cewek pasti sahabatnya Kaluna," gumamnya dalam hati.

Mereka pun berjalan menuju ke ruang kelas 11 IPS 1.

" Eh kenapa gue gak duduk sama lo?" Tanya Kaluna kaget ketika melihat ia tidak satu bangku dengan Difa.

" Lah kan lo duduk sama Daren. Lo lupa? Oh atau jangan-jangan lo amnesia gara-gara jatuh dari tangga waktu itu?" Tanya Difa khawatir.

" Bukan amnesia lagi, tapi dah pindah nyawa kali," batin Kaluna.

Kaluna menggeleng.
"Oh iya. Wajar aja lah, kan gue udah lama gak berangkat sekolah lagi gara-gara nginep di rumah sakit," jawab Kaluna. Ia berharap Difa percaya dengan ucapannya itu. Dan ya, Difa mengangguk percaya.

" Dif, gue boleh gak duduk sama lo aja?" Pinta Kaluna.

" Boleh aja sih. Tapi beneran? Biasanya lo kan pengen nempel-nempel sama Darren terus," tanya Difa memastikan.

" Beneran. Gue lagi pengen nge-jauh dari Darren dulu," jawab Kaluna.

"Hah? Seriusan lo? Alhamdulillah, akhirnya lo sadar juga, Kal," ujar Difa senang.

" Iya. Gue sadar, mungkin emang Darren gak akan pernah bales perasaan gue," ujar Kaluna dengan mimik sedih yang dibuat-buat.

" Yang sabar ya, bestie. Gue kan selalu ada di samping lo. Gue seneng banget tau denger lo mau jauhi si duren itu," ujar Difa mengelus pelan pundak Kaluna.

" Eh tapi lo masih ada rasa ke Darren?" Tanya Difa.

Kaluna terdiam sejenak.
" Kalo gue jawab gak ada perasaan lagi, ntar terlalu mencurigakan gak sih?" Batinnya bertanya-tanya.

" Emm masih sih. Tapi gue mau berusaha buat lupain dia. Lo bisa bantuin gue kan?" Tanya Kaluna. Ia menatap mata Difa lekat.

" Pasti dong. Gue pasti bantuin lo buat ngelupain si duren itu," jawab Difa. Sedangkan Kaluna tersenyum tipis.

" Oh iya, btw kok penampilan lo berubah gini? Mulai dari rambut lo sampai seragam lo semuanya berubah?" Tanya Difa.

" Iya. Gue sekarang mau tampil kayak gini aja. Emang kenapa, jelek ya?"

" Eh enggak kok astaga. Malah lo keliatan cantik banget. Gue sampe pangling pas liat lo," ujar Difa mantap. Kaluna tersenyum senang mendengar ucapan Difa.

" Sesi perkenalan udah selesai. Kini gue bisa bebas ngejalani hidup ini sebagaimana kehidupan gue sebagai Kiana," batin Kaluna dengan senyum miringnya. Ia akan memulai aksi dan tingkahnya seperti yang ia lakukan di kehidupan asli nya.

-

Terimakasih sudah membaca cerita ini
Jangan lupa follow akun author dan vote cerita ini ya..
Bye
Salam author~

6 Agustus 2022

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang