34. Usai Insiden

2.7K 137 1
                                    

Hai...
Terimakasih sudah mampir ke cerita ini..
Kalo ada typo, tandai aja ya..
Selamat membaca dan semoga sukaa..
-
-
-

------------------ Happy Reading ------------------

Sudah lebih dari setengah jam Askara duduk di bangku ruang tunggu rumah sakit ini. Dokter yang memeriksa memang sudah keluar dari ruangan beberapa menit yang lalu, hanya saja beliau belum membolehkan Askara untuk masuk ke dalam ruangan rawat--menjenguk Kaluna. Jika ditanya, dimana keberadaan Difa dan Liza saat ini, mereka sedang ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar sembari mengisi baterai handphone Difa.

Di sisi lain, kini Difa dan Liza tengah asik menyantap makanannya sambil bermain ponsel mereka masing-masing. Difa membuka handphonenya, ia begitu terkejut melihat begitu banyaknya notifikasi pesan dan telepon masuk dari orang tua Kaluna.

" Liz, lihat nih! Tadi waktu handphone gue lowbat, nyokap-nya Kaluna ngirim pesan bahkan sampe nelpon gue berkali-kali!" Ujar Difa.

Liza melirik sekilas layar handphone Difa dan benar saja, ada beberapa pesan dan panggilan masuk dari orang tua Kaluna.
" Ya wajar aja sih, mereka pasti khawatir banget karena anak-nya belum pulang-pulang sampe malam gini."

Difa mengangguk-anggukkan kepalanya.
" Terus, gue harus apa sekarang?"

" Telpon balik lah. Ceritain sejujurnya ke mereka, sekalian ngasih tau kalo Kaluna lagi dirumah sakit," jawab Liza.

Difa mengangguk. Ia mulai bangkit dari duduknya menjauh dari tempat makan itu dan mulai menelpon Nesha-- ibu Kaluna. Beberapa menit kemudian ia kembali ke tempat duduknya.

" Gimana? Tante Nesha bilang apa?" Tanya Liza.

" Tante Nesha sama Om Marchel bakal kesini," jawab Difa. Liza menganggukkan kepalanya.

" Yaudah yuk balik, kasihan Askara gak ada temen-nya," ujar Difa.

" Oke, tapi bentar dulu. Gue mau ambil pesanan makanan buat Askara," ujar Liza. Setelah mereka mengambil makanan pesanan untuk Askara, mereka pun kembali ke ruang tunggu lagi.

***

" Loh, Darren nya mana?" Tanya Liza begitu mendekat ke arah Askara.

Askara menoleh.
" Pulang," jawabnya singkat.

Liza menghela napasnya. Ia lalu menyodorkan kantong plastik yang ia genggam kepada Askara.
" Nih, gue beliin makanan. Dimakan dulu, biar lo gak sakit."

Askara mengerutkan dahi menatap kantong plastik itu. Tapi ia lalu menyahutnya. Bukannya dibuka, ia justru menaruhnya di bangku sebelahnya.

" Dimakan, Ka. Kita dah capek-capek beli loh," ujar Difa kesal.

Askara menyorot tajam Difa.
" Gue gak minta kalian beli. Lagian, gue gak laper," jawabnya.

" Tetep aja, lo harus makan. Seenggaknya biar lo semangat nemenin Kaluna di sini sampe dia sadar," ucap Liza.

Askara terdiam sejenak. Lalu mengangguk.
" Iya, nanti gue makan. Sekarang belum laper."

" Oh iya, nanti Tante Nesha sama Om Marchel bakal kesini," ujar Difa.

" Siapa mereka?" Tanya Askara.

Difa meringis pelan, ia lupa jika Askara belum mengetahui nama orang tua Kaluna.
" Mereka tuh bokap nyokap-nya Kaluna," jawab Difa.

" Mereka datang? Alvaro juga?" Tanya Askara lagi.

Difa mengerutkan keningnya.
" Lo kenal bang Varo?"

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang