37. Difa Berubah

2.2K 122 1
                                    

Haii..
Terima kasih sudah mampir ke cerita ini..
Kalo ada typo, tandai aja ya..
Selamat membaca & semoga sukaa..
-
-
-

------------------ Happy Reading ------------------

Hari ini Kaluna telah diperbolehkan masuk sekolah oleh kedua orang tuanya. Tetapi dengan syarat, Kaluna tidak boleh mengendarai motor sendiri selama dua Minggu. Tentu saja hal itu diberlakukan karena kedua orang tua Kaluna ingin memperketat penjagaan Kaluna sejak insiden Kaluna diculik.

Pagi ini Kaluna telah bersiap dengan seragam sekolahnya. Setelah siap semua, ia langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama anggota keluarganya.

" Pagi semua," sapa Kaluna lalu duduk di kursi depan Alvaro.

" Pagi," jawab Nesha, Marchel, dan Alvaro bersamaan.

" Udah bener-bener sehat nih, anak mama?" Tanya Nesha.

" Udah dong, Ma. Kaluna dah kangen banget sama temen-temen di sekolah," jawab Kaluna.

" Heleh, pasti kangen sama gebetan baru lo itu kan?" Tanya Alvaro.

" Dih siapa juga yang punya gebetan baru, lo kali," ujar Kaluna.

" Askara tuh, siapa lagi kalo bukan gebetan baru lo," ujar Alvaro.

" Gak nyangka gue, lo bisa kenal sama Askara. Hebat juga ya lo," lanjut Alvaro.

Kaluna menatap sinis abangnya itu.
" Diem deh lo!"

Alvaro terkekeh mendengar ucapan sinis yang keluar dari bibir gadis di depannya yang sayangnya dia adalah adiknya.

Kaluna dan keluarganya pun menghentikan percakapannya dan mulai sarapan dengan khidmat.

***

Kaluna melangkahkan kakinya dengan gontai memasukkan ruang kelasnya. Begitu sampai di kelas, hanya ada sapaan dari Liza yang menyambutnya.

" Tumben Difa gak nyapa gue," batin Kaluna menatap Difa yang hanya diam saja saat tatapan mereka bertemu.

Kaluna pun menaruh tas-nya di bangkunya. Lalu berjalan mendekati Liza dan duduk disebelah gadis itu.
" Difa kenapa, Liz? Kok tumben dia diem aja," tanya Kaluna.

Liza menoleh ke arah Difa.
" Gak tau gue. Mungkin dia masih kepikiran soal kemarin," jawab Liza.

Kaluna terdiam. Sudut bibirnya sudah berubah datar dari yang semula tersenyum.

Liza yang baru sadar dengan ucapannya, ditambah lagi dengan raut wajah Kaluna yang tiba-tiba berubah, membuatnya merasa bersalah.
" Eh gak gitu maksud gue, Kal. Lo jangan salah paham dulu."

Kaluna menggeleng.
" Engga kok Liz, gue ngerti lo tadi gak bermaksud gitu."

Liza merutuki ucapannya tadi yang terlalu gegabah dan asal ceplos saja, sampai melupakan kejadian kemarin.

" Liza," panggil Kaluna.

" Ya?"

" Menurut lo, kira-kira Difa mau gak ya berteman lagi sama gue?" Tanya Kaluna.

" Ya mau lah, Kal. Lo jangan negative thinking dulu," jawab Liza.

" Mungkin sekarang ini Difa butuh waktu sendiri buat menenangkan diri. Nanti kalo dia dah tenang, pasti bakalan main lagi sama kita," lanjut Liza. Kaluna hanya mengangguk kecil mendengar ucapan Liza. Mungkin ucapan Liza ada benarnya juga, Difa membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri. Pasti Difa masih syok mengetahui kenyataan yang Kaluna sampaikan kemarin.

***

Kaluna berjalan keluar dari kelasnya dengan lesu. Pasalnya, selepas pulang sekolah ini, ia masih ada jadwal les nanti malam. Sebenarnya les itu memang Kaluna yang meminta, karena ia ingin memiliki kelompok les yang hanya berisi dirinya, Difa, dan Liza saja. Tetapi kali ini, mengingat Difa yang masih cuek padanya, sepertinya Difa tidak akan datang ke tempat les malam ini.

" Hai," sapa seseorang begitu Kaluna berjalan di koridor kelas 11.

Kaluna menoleh dan mendapati Askara yang telah berdiri di sebelahnya.
" Hai juga, btw lo belum pulang?"

" Baru selesai juga nih. Eumm, pulang bareng, gimana?" Tanya Askara menawari Kaluna.

Kaluna terdiam sejenak untuk berpikir. Liza baru saja pulang, sedangkan Difa pasti tidak ingin pulang bersamanya. Tapi jika ia pulang bersama Askara, sopir-nya pasti akan mengadu pada kedua orang tuanya.

" Jadi gimana?" Tanya Askara lagi karena Kaluna tak memberi respons atas pertanyaannya.

" Eumm, gak dulu deh. Sopir gue kek nya dah mau nyampe. Lo pulang duluan aja, hehe," jawab Kaluna sambil menyengir.

" Ooh gitu, yaudah deh gue balik duluan ya," ujar Askara.

Kaluna mengangguk.
" Hati-hati."

Askara hanya meresponsnya dengan tersenyum, menyakinkan Kaluna bahwa ia tidak marah dengan penolakannya itu. Askara pun melenggang pergi meninggalkan Kaluna.

Setelah Askara menjauh, Kaluna lalu berjalan ke arah luar gerbang sekolah. Ternyata di sana ada Difa. Meskipun hatinya terasa berat untuk mendekati Difa, namun kakinya justru dengan entengnya melangkah ke arah Difa berada. Hingga kini Kaluna berdiri di sebelah Difa.

Difa sepertinya tak menyadari keberadaannya, atau mungkin memang berpura-pura tidak menyadari. Pandangan mata Difa hanya fokus pada jalanan di depannya, ditambah dengan raut wajahnya yang datar. Dia bukanlah Difa yang selama ini dikenalnya.

" Hai, Difa," sapa Kaluna

Difa menoleh sekilas. Melihat Difa yang menoleh ke arahnya, cepat-cepat Kaluna memberikan senyuman termanis-nya. Tetapi, tak sampai lima detik, Difa langsung mengalihkan lagi pandangannya ke depan. Tak berniat menjawab sapaan Kaluna sedikit pun. Kaluna menghela napas panjang. Entah kenapa rasanya sungguh sesak jika diabaikan oleh Difa seperti ini. Padahal Difa adalah sahabat dari pemilik tubuh yang ditempati Kiana saat ini, alias Kaluna Adiba Loovi. Tapi kenapa ia juga merasakannya? Apa mungkin ia sudah menganggap Difa sebagai sahabatnya juga?

" Difa, gue gak tau kenapa lo marah sama gue. Apa karena yang ada di sebelah lo ini Kiana bukan Kaluna sahabat lo?" Tanya Kaluna.

" Gak ada yang pengen semua ini terjadi, termasuk gue. Gue juga gak pengen nyasar ke tubuh Kaluna kek gini. Tapi takdir berkata lain. Kalo gue disuruh milih, milih mati atau berada di tubuh yang bukan hak gue-- tentu gue lebih milih opsi pertama. Gak ada seorangpun yang mau hak-nya diambil orang lain gitu aja."

" Kalo lo jadi benci sama gue-- Kiana, seenggaknya lo tetep anggep gue sebagai temen lo. Temen lo selama Kaluna enggak ada," lanjut Kaluna.

Difa seperti tercekat. Tubuhnya terlihat tegang.

" Apa segitu bencinya lo sama gue?" Tanya Kaluna.

Difa masih terdiam. Tapi Kaluna dapat melihat perubahan raut wajah Difa kini.

Tiba-tiba tampaklah sebuah mobil mendekat ke arahnya. Kaluna tersenyum. 
" Difa, gue balik duluan ya. Lo kalo belum dijemput, nunggu di dalam gerbang aja biar aman," ujar Kaluna pada Difa.

Lagi-lagi Difa masih terdiam. Kaluna tetap berusaha tersenyum.
" Yaudah, kalo gitu. Bye," lanjutnya sambil melambaikan tangan ke arah Difa meskipun Difa sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Kaluna pun mulai berjalan mendekati mobilnya, meninggalkan Difa yang masih terdiam di tempatnya.

Difa menatap Kaluna yang mulai memasuki mobilnya.
" Bye juga, Kiana," ujar Difa dengan senyum kecutnya.

-





Haii..
Terimakasih sudah membaca cerita ini..
Jangan lupa follow akun author dan vote cerita ini ya..
Don't be a silent readers, ygy..

Salam, author ❤️❤️

21 Desember 2022




Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang