43. Ditembak Nico?

1.8K 110 1
                                    

Haii ...
Terima kasih sudah mampir ke cerita ini..
Jika ada typo, tandai aja ya..
Selamat membaca dan semoga sukaa..
-
-
-

------------------ Happy Reading ------------------

Esoknya Kaluna, Hanna, dan Ervan berada di rumah sakit tempat Kiana dirawat. Kaluna sudah bertemu dengan kedua orang tua kandungnya tadi, dan kini sudah berangkat bekerja. Sekarang ini, Kaluna, Hanna, dan Ervan berada di ruang rawat Kiana sambil menunggu sosok orang yang merupakan pelaku tabrak lari Kiana itu datang.

" Kenapa dia gak datang-datang sih? Apa jangan-jangan orang itu gak datang hari ini?" Tanya Hanna.

" Sabar dulu aja, mungkin dia lagi nunggu waktu yang tepat atau memang belum di suruh datang ke sini," jawab Kaluna.

" Kal, emangnya lo ada musuh atau ada orang yang punya masalah sama lo?" Tanya Ervan.

" Gue rasa enggak ada ada sih. Gue gak akan nyari musuh kalo bukan orang lain duluan yang buat masalah," jawab Kaluna.

" Aneh ya. Kalo lo gak ada masalah sama siapapun, terus orang itu siapa? Apa ada sesuatu yang gak lo tahu?" Tanya Ervan.

Kaluna terdiam sejenak mencerna pertanyaan Ervan. Apa benar ada sesuatu yang tidak ia ketahui? Tapi tentang apa? Mengapa ia tidak tahu?

" Udah deh gak usah mikir yang aneh-aneh. Kita tunggu dulu aja di sini, siapa tahu orang itu datang," ujar Kaluna. Ia berusaha mengenyahkan pikiran yang buruk di kepalanya. Tidak mungkin ada yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya darinya.

Tak terasa hari sudah mulai sore. Kaluna harus segera pulang ke Jakarta, karena ia takut keluarga Kaluna yang asli akan curiga padanya.
" Udah jam setengah tiga sore nih, gue harus balik ke Jakarta. Kalo gak, nanti keluarganya Kaluna yang asli curiga sama gue. Sementara kalian dulu yang ngelanjutin, nanti kalo ada waktu gue ke Bandung lagi."

Hanna dan Ervan hanya bisa mengangguk.
" Iya sih, lo bener juga. Entar malah keluarganya Kaluna yang asli jadi curiga sama lo. Yaudah, lo ke bandaranya naik apa? Gue anter aja," ujar Hanna.

" Boleh deh, thanks ya," ujar Kaluna dan langsung diangguki oleh Hanna.

***

Jakarta~

Kaluna tiba di Jakarta hari sudah malam. Kedua orang tuanya pun sudah pulang bekerja. Awalnya kedua orang tuanya selalu menanyakan kepentingannya pergi ke Bandung dan sempat mencurigainya. Namun akhirnya, Kaluna bisa meredam pertanyaan bejibun yang dilontarkan Marchel dan Nesha dengan menjawab bahwa ia menginap di rumah teman lamanya yang pindah ke Bandung. Padahal ia sudah meminta izin pada Alvaro sebelum berangkat ke Bandung, namun ternyata lelaki itu justru tidak menyampaikan pesannya kepada Marchel dan Nesha. Benar-benar kakak yang tidak bertanggung jawab!

Kini Kaluna tengah duduk di bangku meja belajarnya dengan kepala yang bertumpu di kedua tangannya. Ia menatap kosong suasana malam ini dari kaca jendela transparan di kamarnya. Ia masih memikirkan ucapan Ervan tadi siang. Apa benar, ada sesuatu yang disembunyikan kedua orang tua kandungnya dari dirinya? Tapi apa?

Kaluna mengacak rambutnya frustasi. Hari-hari belakangan ini, semuanya membuat kepala Kaluna menjadi pusing. Ia menelungkupkan kepalanya di meja belajarnya, berusaha menenangkan pikirannya.

DRRRTTT

Ada sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Kaluna membuka layar handphonenya dan melihat ada nama " Nico" yang tertera di atas layar.
" Nico?" Tanyanya. Memang, belakangan ini Nico cukup sering meneleponnya. Kaluna pun langsung mengangkatnya.

" Halo Nico, assalamualaikum."

" Waalaikumsalam, hai Kaluna."

" Ada apa, Nico?"

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang