14. Terasa Berbeda

5.9K 299 9
                                    

------------------ Happy Reading ------------------

Pagi ini Kaluna berangkat ke sekolah lebih awal. Bukan karena ia piket, karena kenyataannya hari ini Kaluna tidak ada jadwal piket. Ia sengaja berangkat lebih awal karena agar bisa bersantai di sekolah.

Jam baru menunjukkan pukul 06.35 WIB. Masih ada waktu sekitar dua puluh lima menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Kaluna pun memilih untuk bersantai di rooftop. Udara pagi yang sejuk akan sangat terasa jika berada di rooftop yang cukup tinggi itu.

Sesampainya ia di rooftop, keadaannya seperti biasa. Sepi dan sunyi. Kaluna tersenyum. Lalu ia mendudukkan tubuhnya di bangku rooftop. Ia memejamkan matanya menikmati angin segar yang berhembus.

Ia lalu membuka layar handphonenya dan menyetel lagu yang ia pasang ke headset. Ia lalu mengganti posisinya menjadi tiduran di bangku itu.

" Emang paling enak tuh ya rebahan sambil dengerin musik sama nikmati angin pagi kek gini," gumamnya.

***

Darren berjalan santai menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas, sudah ada Nawa. Ia hanya cuek saja melewati Nawa. Nawa yang mengetahui itu pun juga hanya terdiam. Ia berjalan mendekati Darren.

" Darren. Kamu marah sama aku?" Tanya Nawa.

" Gak, gue gak marah sama lo," jawab Darren.

" Terus kenapa kamu cuek gitu ke aku?" Tanya Nawa lagi.

Darren membuang muka. Ia menghela nafasnya.
" Lo masih inget kan? Kita itu cuma pura-pura pacaran, gak lebih dari itu. Lo juga masih inget kan alasan gue minta Lo buat jadi pacar boongan gue?" Tanya Darren.

Nawa terdiam ditempat.
" Iya, aku sadar kok. Aku cuma pacar boongan kamu biar Kaluna gak deket-deket sama kamu terus. Tapi sekarang Kaluna dah gak deket-deket kamu lagi, apa kita gak pacaran beneran aja?" Tanya Nawa.

" Yakin banget lo bakal pacaran sama gue? Itu gak akan pernah terjadi!" Ucap Darren penuh penekanan lalu berjalan meninggalkan Nawa dengan tergesa.

Ya, Darren dan Nawa hanyalah berpura-pura pacaran untuk memanas-manasi Kaluna, dan agar Kaluna tidak selalu menempeli ia lagi.

Sebenarnya Darren dan Kaluna dahulu ada sepasang sahabat. Mereka sudah bersahabat sejak TK. Darren pun sebenarnya sudah menyukai Kaluna sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Tetapi ia tidak mau merusak persahabatannya dengan Kaluna yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini.

Tapi ternyata, ketika mereka berada di bangku sekolah menengah pertama, Kaluna secara terang-terangan menyatakan perasaannya pada Darren. Darren saat itu senang, karena ternyata gadis yang ia sukai juga menyukainya. Tetapi ia juga kesal karena bukan dirinya yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya. Sebagai seorang lelaki, harga diri Darren pun jatuh karena harus ditembak duluan oleh sang perempuan.

Sejak saat itulah Darren bersikap seolah-olah membenci Kaluna, agar Kaluna berhenti mengejarnya. Ia ingin dia lah yang mengejar sosok yang ia sukai, bukan justru sebaliknya. Hingga akhirnya Darren berpacaran dengan Nawa untuk membuat Kaluna benci padanya.

Walaupun begitu, Darren sebenarnya masih tetap menyayangi Kaluna. Hanya saja, cara dia yang salah dalam memperlakukan Kaluna.

Kini Darren sedang berjalan menuju ke rooftop. Sesampainya di rooftop, ia melihat sosok perempuan sedang tiduran di bangku rooftop. Darren tersenyum tipis melihat wajah gadis itu yang terlihat tenang.

" Ekhem," Darren berdehem pelan.

Kaluna yang merasa terusik pun membuka matanya. Ia menatap Darren dengan tatapan datarnya.
" Kenapa lo disini?" Tanyanya cuek.

" Emm lagi pengen kesini aja, eh ternyata ada lo," jawab Darren.

" Yaudah lo duduk di situ aja. Gue lagi gak mau diganggu," ujar Kaluna ketus.

Darren menghela nafasnya pasrah. Ia menatap Kaluna dengan tersenyum miris. Ia membayangkan kejadian masa lalu dimana Kaluna selalu menempeli nya setiap saat. Tapi kali ini, Kaluna justru tidak mau ia dekati. Dada nya terasa sesak mengingat semua memori itu.

" Kenapa semuanya terasa berbeda? Apa lo gak bisa nerima gue lagi, Kal? Apa kita gak bisa sedekat dulu lagi?"  Tanyanya dalam hati.

***

" Udah berapa kali gue, bilang? Jangan gegabah!" Teriak seorang lelaki dengan suara menggelegar di sebuah ruangan yang luas. Lelaki itu adalah Askara.

Nafas lelaki itu memburu karena amarah yang sudah memuncak. Sedangkan yang lain hanya terdiam dengan kepala menunduk.

" Kita gak tau kalo beberapa anggota ALLEGRA ada yang ngeroyok Rangga," ujar salah seorang lelaki.

" ALLEGRA gak akan ngeroyok Rangga kalo kalian gak nyerang mereka duluan!" Bentak Askara.

" Udah lah, Aska. Yang terpenting sekarang kita lihat kondisi Rangga dulu," ujar Wira berusaha menenangkan Askara.

" Oh iya, gue denger-denger bakalan ada balapan motor. Kita ikut?" Tanya Theo memecah keheningan.

Askara yang mendengar ucapan Theo pun langsung menoleh.
" Kapan acaranya? ALLEGRA ikut gak?" Tanyanya balik.

" Acaranya 3 hari lagi. Menurut informasi yang gue dapet, ALLEGRA bakalan ikut balapannya, malah Darren si ketua ALLEGRA langsung yang ikut balapan," jawab Theo.

Askara tersenyum miring.
" Kita juga. Gue yang bakalan ikut balapannya."

Semua yang ada disitu pun mengangguk.

***

Kaluna menguap lebar lantaran terasa mengantuk. Mata pelajaran matematika di jam terakhir membuatnya mengantuk dan berakhir dengan tidak masuknya materi kedalam otaknya.

Kaluna mengetuk-ngetukan bolpoin di kepalanya. Rasanya kini ia sungguh tidak kuat lagi menahan kantuk yang menyerangnya itu.

Perlahan ia meletakkan kepalanya di atas meja. Ia memejamkan matanya. Untung saja ia duduk di bangku ketiga dari depan dan berada di pojokan, sehingga guru matematika itu kemungkinan besar tidak akan mengetahui jika Kaluna tidur. Kecuali, jika sang guru akan berpatroli dengan mengelilingi semua bangku dan mengecek semua muridnya satu persatu, Kaluna pasti ketahuan.

Tapi kini situasinya cukup aman. Sang guru matematika sibuk menerangkan dan menulis materi di papan tulis. Sepertinya si guru itu tidak akan begitu memperhatikan Kaluna yang tengah tertidur itu.

Difa yang menyadari jika sahabat nya tertidur pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia terlalu malas untuk mengadu kepada sang guru jika Kaluna tertidur dalam kelas.

Akhirnya Difa lebih memilih untuk menjahili Kaluna. Ia menggelitik pelan bagian pinggul gadis itu. Ia tahu, Kaluna sangat sensitif jika di gelitik di bagian pinggul dan telapak kaki.

Benar saja, Kaluna melenguh seperti terasa terusik dari tidurnya. Hingga akhirnya Kaluna terbangun. Ia menatap Difa kesal.

" Ganggu aja sih lo!" Kesal Kaluna.

" Hehe. Habisnya lo, sempet-sempet nya tidur di jam pelajarannya Pak Bondan, ntar kalo ketahuan lo dihukum loh," ujar Difa.

Kaluna mencebikkan bibirnya kesal. Ia lalu melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di lipatan kedua tangannya itu sambil mendengarkan penjelasan Pak Bondan. Urusan paham atau tidaknya, itu belakangan. Yang terpenting, jam pelajaran cepat berakhir dan ia bisa tertidur bebas di kamarnya.

-

Hai..
Terimakasih sudah mampir ke cerita ini..
Jangan lupa follow akun author dan vote cerita ini ya..
Salam, author..
Bye....

25 Agustus 2022

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang