45. Kejelasan

1.7K 114 3
                                    

Haii..
Terima kasih sudah mampir ke cerita ini..
Jangan lupa berikan vote dan komen kalian di setiap chapter nya ya..
Oke, selamat membaca dan semoga sukaa..
-
-
-

------------------ Happy Reading ------------------

Kaluna sampai di rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Ia memasukkan motornya ke garasi rumahnya. Lalu berjalan dengan menyeret kedua kakinya dengan paksa memasuki rumahnya.

Begitu ia membuka pintu rumah, Bi Uci langsung terkejut melihat penampilan Kaluna.
" Aduh, non Kaluna kenapa?" Tanya Bu Uci khawatir.

Kaluna tak menjawab. Tubuhnya menggigil kedinginan dengan wajahnya yang terlihat sangat pucat membuat Bi Uci semakin khawatir melihatnya.

" Ayo non, masuk dulu. Non Kaluna ganti baju dulu, biar bibi buatin bubur sama teh hangat," ujar Bi Uci sambil membantu Kaluna untuk berjalan menuju kamar.

Setelah sampai di kamar Kaluna, Bi Uci langsung menutup pintunya untuk ke dapur membuatkan bubur dan teh hangat. Sedangkan Kaluna, gadis itu segera mengganti pakaiannya.

Selesai berganti pakaian, Kaluna duduk di pinggir ranjang tempat tidurnya. Perkataan Kenzie tadi masih begitu membekas di ingatannya. Hatinya tiba-tiba terasa sesak lagi.
" Please hati, jangan sesek lagi," gumam Kaluna dalam hati.

Ia merubah posisinya menjadi berbaring. Memejamkan mata agar pikirannya menjadi sedikit lebih baik. Tetapi sayangnya, walaupun ia memejamkan mata, bayangan ucapan Kenzie di sekolah itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Tak lama terdengar suara decitan pintu bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Tampaklah seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu sambil membawakan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas teh hangat. Wanita itu adalah Bi Uci.

" Ini non bubur sama teh hangatnya. Mau bibi suapin?" Tanya Bi Uci.

Kaluna menggeleng lemah.
" Gak usah, Bi. Makasih."

Bu Uci mengangguk.
" Yaudah kalo gitu bibi keluar dulu ya, kalo ada apa-apa non Kaluna langsung panggil bibi aja."

" Iya, Bi," ujar Kaluna.

Bi Uci pun melenggang menuju ke pintu untuk keluar. Membiarkan Kaluna agar makan dan beristirahat.

Setelah Bi Uci keluar, Kaluna langsung menutup pintunya. Tubuhnya langsung meluruh ke lantai. Tangisnya seketika pecah tak tertahankan. Seluruh kekecewaannya hanya bisa ia lampiaskan dengan tangisan.

***

Di sisi lain, ada seorang lelaki yang baru saja sampai di sebuah bangunan dengan plang yang bertuliskan " Litosver". Lelaki itu adalah Kenzie. Begitu masuk, ia langsung mendapati beberapa anggota geng Litosver yang sudah berada di situ-- termasuk juga Askara.

Kenzie menatap Askara takut-takut. Meskipun begitu, ia tetap mendekat ke arah lelaki itu.
" Aska," panggil Kenzie.

Askara menoleh ke samping. Dilihatnya Kenzie yang berdiri di sebelahnya dengan wajah menunduk.
" Kenapa lo?"

" Kita duduk dulu," bukannya menjawab, Kenzie justru mengajak Askara untuk duduk terlebih dahulu. Askara mengernyitkan dahinya heran, namun ia tetap menuruti ucapan Kenzie. Askara duduk di sofa yang masih kosong dan Kenzie duduk di seberangnya.

" Ada apa, Ken?" Tanya Askara.

" Tapi lo gak bakal marah, kan?" Tanya balik Kenzie. Askara langsung menggeleng mendengar pertanyaan Kenzie.

Kenzie mengembuskan napas berat.
" Tadi di sekolah gue ketemu Kaluna, dia lagi nunggu hujan reda soalnya dia bawa motor terus gak bawa jas hujan. Nah, terus kan Kaluna nanyain keberadaan lo, ya gue jawab kalo lo mungkin dah pulang. Terus, gue gak sengaja kasih tau kalo mantan lo udah balik ke Jakarta. Kaluna awalnya kaget soalnya dia bilang kalo lo gak ngasih tahu tentang mantan lo ke dia. Apalagi saat gue kasih tahu namanya itu Freya, muka dia langsung berubah. Tiba-tiba dia langsung naik motor terus pergi, padahal saat itu masih hujan. Ya jadi Kaluna hujan-hujanan," ujar Kenzie menjelaskan.

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang