8. LITOSVER

7.8K 448 1
                                    

------------------ Happy Reading ------------------

Semalam sejak pertemuannya dengan Hanna, ia langsung balik ke Jakarta. Kaluna takut jika orang tua Kaluna yang asli curiga dengannya.

Untung saja esok paginya adalah hari Minggu, jadi Kaluna bisa santai seharian penuh.

Tapi sungguh diluar dugaannya. Pagi-pagi sekali, Alvaro justru membangunkannya dan mengajaknya bersepeda pagi di taman. Sungguh, Kaluna sangat lelah saat ini. Tapi Alvaro juga tak kalah kekeuh nya untuk mengajaknya bersepeda pagi mengelilingi taman.

" Please deh bang, gue ngantuk banget. Gak bisa Minggu depan aja?" Tanya Kaluna yang terus saja menawar pada Alvaro.

" Gak, gak ada besok-besok. Harus sekarang. Lo sekarang udah gak pernah olahraga, ntar jadi gembrot loh. Mau?" Ujar Alvaro menakut-nakuti Kaluna.

" Duh kenapa jadi bawa-bawa gembrot? Gak bakal juga sih gue jadi gembrot, dari kecil udah langsing soalnya," ujar Kaluna sombong.

Alvaro berdecih.
" Bukan langsing lo mah, tapi kerempeng kayak lidi," tawa Alvaro pun meledak.

Kaluna hanya menatap Varo dengan datar.
" Jadi gak sepedaan nya? Sebelum gue berubah pikiran."

" Eh jadi dong," jawab Varo cepat.

" Lo kenapa ngebet banget pengen sepedaan gini? Pasti ada sesuatu," Kaluna memicingkan matanya curiga.

" Udah gak usah curiga. Gue bener-bener cuma pengen sepedaan doang sama adek gue ini," jawab Varo.

" Yaudah yuk," Varo lalu menggandeng tangan Kaluna.

***

Kini Kaluna dan Alvaro telah sampai di taman kota. Tidak hanya mereka saja yang berada disitu, tetapi ramai orang yang juga bersepeda pagi disana.

Mata Kaluna tiba-tiba menangkap sosok lelaki yang ia kenali.
" Itu kan Askara? Dia juga ada disini?" Batin Kaluna.

" Eh gue mau nyamperin temen gue. Lo mau ikut gak?" Tanya Varo.

" Kesempatan gue buat nyamperin Askara," gumam Kaluna dalam hati.

" Gak ah. Males gue ikut lo ketemu temen-temen lo itu. Mending gue sepedaan sendiri aja,"  jawab Kaluna, ia berharap Varo mengizinkan dan tidak curiga.

" Yaudah. Tapi hati-hati. Jangan jauh-jauh, ntar diculik," ujar Alvaro.

" Iya-iya," jawab Kaluna. Akhirnya Alvaro berjalan menjauh. Kaluna pun mulai mendekati ke arah Askara.

" Hai. Ketemu lagi," sapa Kaluna pada Askara.

Askara menatap Kaluna tanpa ekspresi.
" Hmm, hai juga."

" Lo disini sendiri?" Tanya Kaluna.

" Enggak. Bentar lagi temen geng gue datang. Mau gue kenalin?" Tanya Askara.

Kaluna mengangguk senang.

Ternyata benar saja, tak lama datang sekitar empat lelaki menggunakan sepeda ke arah Askara. Kaluna juga dapat melihat ada Wira disitu.

" Hai. Eh ada siapa ini?" Tanya seorang lelaki yang baru turun dari sepedanya.

" Ini cewek yang ada di tempat tawuran kita waktu itu kan?" Celetuk lelaki yang lain.

" Iya. Wih bisa kebetulan ketemu lagi gini," sahut laki-laki yang satunya.

" Berisik!" Wira menghentikan ocehan ketiga temannya.

" Lo bertiga bisa gak sih gak usah kepo?" Lanjut Wira. Sedangkan ketiga lelaki langsung menundukkan kepalanya.

Askara mengode pada Kaluna untuk memperkenalkan dirinya. Kaluna pun mengangguk paham.

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang