33. Terbongkar?

2.7K 141 2
                                    

Haii..
Terimakasih sudah mampir ke cerita ini ...
Kalo ada typo, tandai aja yaa..
Selamat membaca dan semoga sukaa..
-
-
-

------------------ Happy Reading ------------------

" Kaluna," lirih Askara dan Darren bersamaan.

Gema yang masih sadar itu perlahan bangkit untuk duduk. Ia tersenyum sinis menatap dua lelaki yang tengah menangisi seorang gadis itu.
" Gue seneng liat lo menderita, Darren."

Darren menoleh menatap Gema.
" Siapa lo sebenarnya? Gue gak kenal dan gak ada urusan sama lo."

Gema terkekeh.
" Mungkin lo emang gak kenal gue, tapi lo kenal Nawa, bukan? Semua urusan Nawa juga urusan gue."

Darren menatap Gema dengan tatapan rumit. Ia merasa tak ada masalah dengan Nawa maupun lelaki di hadapannya ini.

Tiba-tiba Nawa datang.
" Haha, gue seneng banget liat lo menderita, Darren."

" Apa masalah lo sama gue, Hah? Sampe lo menculik Kaluna kek gini?" Tanya Darren penuh emosi menatap Nawa.

" Sebenarnya ini belum impas dengan semua penderitaan yang keluarga gue dapet dari bokap lo," ujar Nawa.

" Maksud lo?" Tanya Darren.

" Bokap gue meninggal, nyokap gue jadi sering sakit setelah bokap gue meninggal. Dan itu semua-- gara-gara keluarga lo! Keluarga lo penyebab semua penderitaan gue, DARREN!" Sentak Nawa.

" Maksud lo apa nuduh keluarga gue sebagai penyebab itu semua, Hah? Lo gak tau apa-apa tentang keluarga gue!" Ujar Darren tak terima.

" LO YANG GAK TAU APA-APA!" Teriak Nawa. Gema yang melihat kekasihnya sudah diambang emosi pun berusaha mendekati dan menenangkannya.

" Asal lo tau-"

" Gue saudara sepupu lo. Bokap lo-- Barata sialan itu gak pernah cerita kalo lo itu punya saudara sepupu," ujar Nawa dengan napas memburu. Darren menganga tidak percaya mendengar ucapan yang keluar dari bibir Nawa.

" Tenangkan diri kamu dulu, sayang," ujar Gema mengelus lembut punggung Nawa.

Nawa menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya.
" Pernikahan bokap dan nyokap gue gak direstui bokap lo. Barata-- dia benci banget sama nyokap gue, bahkan sampe gue lahir di dunia ini pun, dia tetep benci. Hingga akhirnya ketika gue berumur 4 tahun, bokap gue mengidap penyakit kanker otak. Bokap lo malah ngusir keluarga gue dari rumah keluarga besar Bagaskara, padahal gue juga keturunan Bagaskara, apalagi saat itu bokap gue lagi sakit. Bertahun-tahun bokap gue menderita karena penyakitnya, hingga akhirnya dua tahun yang lalu, bokap gue meninggal. Nyokap gue juga sakit-sakitan terus sejak itu."

" Apa selama ini lo pernah tau tentang Yudha bokap gue? ENGGAK KAN?!" Lanjut Nawa. Kelopak matanya menggembung bersiap mengeluarkan air mata. Dan benar saja, sedetik kemudian air mata Nawa berlomba-lomba menetes membasahi kedua pipinya.

Darren terpaku di tempatnya. Melihat Nawa yang menangis seperti saat ini, meyakinkan dirinya bahwa ucapan Nawa benar adanya.

" Nawa," lirih Darren.

" Gue gak tau tentang semua ini. Bokap maupun nyokap gue gak ada yang pernah cerita ke gue," lanjutnya. Ia menundukkan kepalanya menatap ke lantai.

" Sama aja, bangsat! Disaat umur gue 4 tahun, lo dah 5 tahun, Darren! Apa mungkin lo bener-bener gak inget semua kejadian di usia segitu?" Tanya Nawa dengan menggebu.

Darren menggeleng lemah.
" Gue bener-bener gak inget."

Nawa menatap penuh emosi pada Darren. Ia berjalan mendekat ke arah Darren, lalu menarik kerah baju Darren hingga Darren seperti tercekik.
" Kalo lo gak tahu apa-apa, KENAPA LO GAK NYARI TAU, HAH?!"

Kaluna or Kiana [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang