Perasaan Tara tengah campur aduk, pasalnya gadis itu sejak tadi merasakan tatapan Calvin padanya. Lelaki itu tak bisa berhenti memberikan senyuman miringnya pada gadis itu, seakan tengah meledeknya setelah mengetahui kalau mereka berkuliah di tempat yang sama, bahkan lebih buruk lagi, menjadi junior Tara di kampus mereka.
Calvin malah dengan bangganya terus maju, hingga hampir keluar dari barisan, mendekatkan diri dengan seseorang yang terus saja menunduk sejak tadi.
"Heh, mundur lo. Jangan keluar dari barisan". Seru Ken dari dekat podium saat melihat Calvin terus merangsek maju.
Calvin menoleh sekilas dan melengos, tak mengidahkan perkataan Ken barang sedikitpun, membuat Ken pada akhirnya berjalan mendekat dan berdiri tepat di hadapan Calvin, memisahkan Tara dan Calvin disana. Mata mereka saling menatap picing.
"Gue bilang mundur. Lo lagi di kampus, bukan di arena balap lo, lo bukan siapa-siapa disini". Desis Ken.
Tara bersumpah, baru pernah melihat Ken mengeluarkan sisi menyeramkannya sekarang.
Calvin menatap malas dan terkekeh sinis. "Right, my bad. Sori jagoan".
Lelaki itu melenggang kembali ke barisan dan menatap kearah Ken dan Tara dari kejauhan. Ia melihat bagaimana Ken mendekat pada gadis itu dan berujung dengan gadis itu menyandarkan kepalanya pada dada Ken.
Calvin memainkan lidahnya menyentuh bagian dalam pipinya, mengira-ngira apa kira-kira hubungan keduanya. Tak lama kemudian, lelaki itu tertawa sendiri. Jika memang keduanya berpacaran, bukankah jauh lebih menarik? Pasalnya, gadis itu masih virgin sampai terakhir Calvin merebutnya.
Bayangkan betapa menariknya merebut virginitas seorang gadis sebelum kekasihnya sendiri yang melakukannya?
Calvin bersumpah, ia jadi semakin bersemangat mengejar Tara, menaklukan hati gadis tomboy yang sejak tadi bahkan tak mau menatapnya itu. Persetan dengan hubungannya sendiri dengan kekasihnya sekarang, toh ia tak pernah serius memacari seseorang.
Ia bisa putus kapan saja tanpa memikirkan perasaan sang pacar, seperti yang sudah-sudah.
———
Ken membiarkan Tara menyandarkan kepala di dadanya. "Lo sakit? Muka lo pucet banget".
"Nggak, cuma pusing aja. Gak apa-apa kok". Balas Tara.
"Kalo pusing duduk aja dulu, gak usah ikutan. Gue bilangin ke yang lain nanti biar gantiin lo". Ucap Ken lagi.
Otak Tara akhirnya berpikir, sepertinya ini alasan yang baik untuk segera kabur dari sini. "Gue ke UKS aja kali ya, Ken? Gak apa-apa gak?".
Ken mengangguk. "Gak apa-apa, gue yang izin ke Bian nanti. Lo kesana aja, gue nyusul kalo udah kelar".
Tanpa basa-basi lebih panjang, gadis itu langsung berjalan cepat menuju ke UKS, tanpa memedulikan mata Calvin yang tengah mengekori langkahnya dengan cengiran yang tak usai.
Sesampainya di UKS, gadis itu melepas topinya dan merebahkan diri. Entah panas hari itu atau memang permasalahannya dengan junior yang sempat menjadi teman tidurnya yang menjadi pemicu sakit kepalanya, ia juga tidak tahu.
Tara sepertinya benar tertidur, karena selanjutnya ia hanya bisa mendengar sayup-sayup suara saat tirai penutup dibuka. Gadis itu sampai harus menggosok matanya karena penampakan dihadapannya seperti mimpi. Calvin berdiri disamping kasurnya, menatapinya dengan tenang.
"Shit. Am I dreaming or is the evil really standing beside me?". Keluh gadis itu sembari menutup matanya.
Calvin terkekeh rendah, memutuskan untuk duduk di sisi Tara yang sedang terbaring dan menumpukan wajahnya di satu tangannya, menatapi Tara dari dekat. Gadis itu akhirnya menoleh dan tatapan mereka bertemu.
"Masa iya lo sampe mimpiin gue sih, Kak?". Ucap Calvin, membuat seluruh tubuh Tara merinding dengan panggilan barunya.
Tara akhirnya tersadar 100%, gadis itu sampai terlonjak di tempat tidurnya. "Lo ngapain ngikutin gue terus sih? Anak setan".
Calvin tertawa kencang melihat ekspresi kaget di wajah Tara. "Kan gue udah bilang di chat, gue mau ngejar lo? Aneh lo".
Tara membenarkan posisi duduknya. "Gak usah macem-macem deh, lo tuh masih kecil. Gak ada yang mau sama lo".
Ego Calvin tersentil saat mendengar hal itu, ia bangkit dan mendekatkan dirinya pada Tara. "Masih kecil? Gak salah ngomong lo? Gak inget lo sampai minta gue hancurin malam itu, Kak?".
Calvin sengaja memberikan penekanan pada kata 'Kak', menimbulkan efek yang entah mengapa luar biasa di tubuh Tara, apalagi saat lelaki itu makin mendekatkan dirinya hingga ujung hidung mereka bersentuhan.
"Padahal lo punya pacar, tapi malah milih tidur sama gue. Masih bisa mulut lo bilang gue anak kecil?". Ejek Calvin.
Tara tidak lagi bisa berfokus, matanya hanya mampu menatap ke satu titik; bibir Calvin, yang dengan sengaja membentuk senyuman saat melihat efek magisnya menyihir Tara diam.
Nafas mereka saling bertemu, Calvin makin memberanikan diri saat mendengar deru nafas Tara yang kian memberat. "Kenapa diem? Bener kan semua kata-kata gue? Pasti sekarang pun lo keinget malam itu kan? Waktu lo ninggalin noda di kasur gue karena kita ngelakuin itu? Waktu lo ngelakuin kali pertama lo sama gue?".
"Tutup mulut lo". Desis Tara, namun tubuhnya tidak mau diajak bekerjasama dengan baik, seluruh tubuhnya seperti dialiri sengatan listrik ketika berada di dekat Calvin.
Darimana Calvin belajar membaca pikiran?
"Go on, Kak. Tutup mulut gue, dari tadi liatin bibir gue terus, you wanna kiss me so bad, huh?". Balas Calvin lagi.
Sial. Setan sialan ini benar-benar tidak berhenti membacakan mantera di pikiran Tara.
Gadis itu sampai menundukkan wajahnya agar mampu memutus koneksi mata mereka, ia memejamkan mata, berupaya mengusir pikiran jahatnya yang ingin menyerah dan mencium bibir plumpy milik Calvin.
"Okay, kalo lo gak mau, biar gue aja yang mulai". Ucap Calvin sebelum merebut ciuman dari Tara.
Dimulai dengan keterkejutan, tidak berbalas, dan berakhir dengan begitu panas. Tara sampai terduduk di ujung sisi kasur dengan kaki menggantung, terbuka untuk Calvin berada diantaranya. Tangan lelaki itu memeluk pinggang Tara erat, mendekatkan tubuh mereka hingga tidak ada jarak yang memisahkan.
Tara hampir kehabisan nafas rasanya mengikuti pergerakan Calvin yang tergesa, lelaki itu melepas pagutannya sejenak. "You're getting better at kissing, Kak. Damn.. Who taught you? Me?".
Tara mengedipkan matanya repetitif, tidak menyadari akan kemahirannya dalam berciuman yang kemarin mendapat komentar buruk itu. Belum sempat menjawab, Calvin sudah kembali memagutnya, tangannya memaksa masing-masing kaki Tara untuk melingkar di pinggang lelaki itu.
Tara melenguh dalam ciuman mereka saat merasakan benda keras itu menekan dibawah sana, lenguhan kecil yang tak sengaja keluar karena merasakan rasa yang familier dengan malam itu.
"Gimana gue bisa lepasin lo kalo udah gini? Gak akan bisa, Girisha". Bisik Calvin rendah.
———
Mantap, Vin. Lanjutkan 🥵👍🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/316916905-288-k722851.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomanceGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...