CHAPTER 41 - In Each Other's Arms

2K 127 4
                                    

🔞🔞🔞

Gunjang ganjing di pelukan dua orang berbedahhhhhh dimulai 🫠🫠🫠🫠

Yang gakwat bole nafas dulu krn memang ini ceritanya agak extreme 🤣🤣🤣

———

Tara mengatur nafasnya yang mulai terengah, sekujur tubuhnya terasa sensitif bukan main lantaran sudah lama tidak tersentuh siapapun. Kakinya bahkan tak merasa nyeri saat Ken menggendongnya ke kamar tadi, sebab lelaki itu begitu lembut, memastikan pergelangan kaki Tara tidak terbeban apapun.

Ciuman mereka kian menuntut, Tara bahkan tanpa sengaja sudah mengeluarkan lenguhannya saat Ken mencumbu area rahang dan lehernya perlahan, meninggalkan bercak kemerahan di kulit putihnya. Jemari Tara menelusup kedalam kaus yang Ken kenakan, merasakan hangat punggung Ken yang keras karena dihiasi otot di sekitaran permukaannya.

Ken adalah yang lebih dulu melepas, menatap Tara dengan tatapan gelap, matanya memuja wajah cantik Tara yang bahkan masih dihiasi luka dan bengkak di beberapa sisi. "Kiss and nothing more, okay? Kalo aku udah ngerasa gak tahan, kita stop. Jangan dilanjutin".

Kening Tara berkerut mendengar ucapan Ken. "Kenapa? Kamu gak mau?".

Sang lelaki menjatuhkan kepalanya di pundak Tara frustasi, menghela nafasnya dalam. "God. How do I explain this?".

"Semalem juga kamu berhenti tiba-tiba.. Cuma meluk aku sampai tidur, padahal kita udah telanjang". Ucapan Tara membuat kepala Ken makin pusing, entah sisi polos sang gadis yang masih tersisa itu sengaja bangkit atau memang selalu seperti itu.

Ken terus membiarkan kepalanya disana, bersandar di pundak Tara guna menghindari pandangan polos sang gadis padanya. Lelaki itu akhirnya menjawab. "Kamu ngerti gak sih kamu masih sakit? Badanmu masih sakit, Tara. Kakimu juga gak boleh banyak terguncang".

"Emang harus sampai terguncang?". Tanya Tara polos, membuat Ken sampai menggeram frustasi.

Sialan. Mengapa sulit sekali menahan pikiran kotor saat bersama Tara?

Ken mendekatkan bibirnya pada telinga Tara, berbisik dengan suara parau. "Sepelan-pelannya aku lakuin itu ke kamu, kakimu akan tetap sakit. Lagipula, aku gak yakin aku bisa lakuin itu pelan-pelan. I might end up lost control and fuck you hard. Udah lama kita gak lakuin itu.. Otakku gak beres, Tara".

Tara merasakan nafasnya kembali tercekat, wajahnya pasti sudah merah bukan main. Tanpa sadar, ia sampai menggigit bibirnya sendiri. "Tapi aku kan butuh distraksi.. Sentuhan kamu.. Bisa distraksi aku".

Ken makin frustasi mendengar nada bicara Tara yang kian merengek, apalagi tangan mungil sang gadis yang masih setia bergerilya dibalik kaus yang ia kenakan. Posisinya yang berada diatas Tara sama sekali tak membantu. Sang gadis kembali merengek, kali ini dengan tatapan memohon. "Aku bisa tahan sakitnya, aku janji. I can handle pain well, Ken".

Bangsat.

Sialan.

Gadis dibawahnya saat ini memang terlalu polos. Kata-katanya barusan benar-benar bisa diartikan lain dalam situasi penuh gairah ini, Ken benar-benar pusing dibuatnya.

"No.. Not until you're fully recovered. Aku bukan cowok bajingan yang gak tau situasi". Balas Ken tegas.

Ken bahkan sampai memisahkan diri dari Tara, hendak bangkit dari atas tubuh sang gadis namun terhenti karena Tara menariknya kembali. Gadis itu menatap dalam, rautnya terlihat begitu serius. "Aku mau tau rasanya lakuin seks dengan cinta, Kenneth. I want to know how make love feels like, bukan cuma seks biasa".

Ken merasakan bagaimana tembok pertahanannya tengah dirubuhkan perlahan. Tatapan Tata berpadu dengan nada memohon itu.. Rasanya betul menyiksa kontrol dirinya. "Tara, baby. I'll gladly give it all to you. Semua. I'll worship you, make love to you, kasih tau kamu gimana rasanya disentuh dengan cinta. Tapi gak sekarang. Aku gak akan tega liat kamu kesakitan apalagi membahayakan kesehatanmu".

A MILE AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang