Ken memperhatikan bagaimana Tara tertidur di sofa rumahnya dikarenakan lelah menunggui Ken selesai mengerjakan tugas kuliah. Bulumata gadis itu begitu cantik menghiasi mata indahnya, pipinya tertekan karena ia tak sengaja tertidur disana, bibirnya pun manyun tanpa sadar.
Ken menyentuh wajah itu pelan, berupaya tak membangunkannya, tatapannya melembut. Disaat seperti ini, gadis itu terlihat menggemaskan, ingin rasanya Ken terus melindunginya. Lelaki itu tak tahan untuk tidak menunduk dan memberi kecupan di puncak kepala Tara.
"Gue akan jaga lo, Tara. Gak akan ada yang boleh nyakitin lo, siapapun orangnya". Ucap Ken pelan.
Selanjutnya, Joan masuk kedalam rumah dalam keadaan basah kuyup. Ia memergoki Ken yang tengah mengecup dan mengelus kepala Tara dan menempel bersandar ke tembok. "Lo suka sama adek gue?".
Ken melonjak, kaget akan kehadiran Joan disana. "Jo? Sejak kapan disitu?".
"Dari tadi, lumayan lama sampai liat berapa kali lo ciumin kepala adek gue". Balas Joan lagi.
Wajah Ken pucat pasi, tak menyangka akan ada orang yang memergokinya. "Gue.. Eng...".
Joan menghela nafasnya. "Gue ini dari kecil protektif banget sama Tara, jadi gak akan sembarangan kasih izin dia buat pacaran".
Ken meneguk salivanya, kerongkongannya tiba-tiba saja terasa kering. "Iya gue ngerti".
"Tapi kalo orangnya lo, gue mungkin kasih izin. Gue kenal lo dari kecil, gue tau lo gimana". Balas Joan lagi.
Ken mengerjapkan matanya berulang kali, seperti tidak percaya akan pendengarannya. "Gimana, Jo?".
"Just promise me you'll never hurt her, dia adek gue satu-satunya. Kesayangan gue. Kalo lo sampe sakitin dia, lo tau berhadapannya sama siapa". Pesan Joan lagi sebelum beranjak berlalu.
Ken masih belum bereaksi, bahkan sampai Joan meninstruksikan. "Suruh dia tidur di kamar gih. Disini nanti masuk angin dia, kasian. Gendong aja kalo gak bangun, gue mau mandi dulu kuyup nih keujanan diluar".
Dengan itu, Joan melenggang masuk kedalam, membuat Ken makin terbengong. Ia kemudian berupaya mencolek pipi Tara agar gadis itu terbangun. "Tar, bangun.. Pindah tidurnya jangan disini".
Gadis itu hanya bergumam singkat sebelum mengubah posisi tidurnya dan makin dalam tenggelam di alam mimpi. Ken masih belum menyerah, lelaki itu kini mencubit kecil pipi Tara.
"Ish, apa sih, ngantuk". Balas Tara.
Ken terkekeh, gemas dengan perilaku gadis itu. Ia kemudian memilih untuk menggendong tubuh mungil itu, membawanya kedalam kamar Tara yang memang sudah sering ia masuki itu. Ken menaruh Tara dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan putri tidur itu dari mimpinya. Tak lupa ia menarik selimut di tubuh gadis itu, menutupinya agar tetap hangat.
"Gue pulang ya, mimpi indah". Ucap Ken sebelum bergerak keluar dan mematikan lampu kamar.
Dan disana, mata Tara akhirnya terbuka. Gadis itu mendengar semuanya, merasakan semuanya, bahkan perlakuan Ken padanya.
Ia tahu.
———
Hari orientasi kedua itu dimulai dengan drama salah seorang calon mahasiswa yang masuk ke barisan tiba-tiba saat semua tengah masuk ke pembuatan yel-yel. Makhluk cuek bernama Calvin itu merangsek dan langsung ikut berbaris disana, tanpa memperdulikan dan tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Calvin yang tergabung dalam regu B berjalan dengan sedikit sempoyongan, dan berdiri oleng di barisannya, membuat mata Bian menangkapnya. "Hoi! Calvin, siapa suruh langsung masuk barisan? Maju sini".
Yang dipanggil tidak menuruti, malah menundukkan kepalanya karena sepertinya kepalanya masih terasa berat. Lelaki itu mabuk berat semalam, sisa mabuknya masih terasa jelas sampai sekarang, membuatnya terus limbung tak karuan.
Ken menangkap bagaimana perilaku menjengkelkan itu terjadi didepan matanya, ia menunggu sampai Bian menyerukan kembali nama anak itu, sebelum merangsek kedalam barisan dan menariknya keluar dari barisan. Calvin yang tengah dalam kondisi setengah sadar itu tak mampu mencerna dengan baik perlakuan Ken, hanya terheran memandangi calon ketua HIMA itu di hadapannya.
"Ada apa ya, bos? Ada yang salah?". Celoteh Calvin pada Ken yang masih memandangnya dengan mata elang.
Ken terkekeh. "Lo nginjekin kaki disini aja udah salah".
Sisi liar dalam tubuh Calvin merasa tertantang, lelaki itu maju selangkah. "Oh ya? Sebut dimana salahnya, Tuan sempurna? Karena nyaingin kepopuleran lo?".
Calvin menurunkan volume suaranya hingga hanya mereka berdua yang bisa mendengar. "Atau karena gue rebut keperawanan cewek lo?".
Ken naik pitam, matanya menggelap saat mendengar hal itu dan langsung meraih kerah baju Calvin hingga lelaki itu hampir terangkat karenanya. "Apa maksud lo? Ngomong sekali lagi lo?!".
Tara yang melihat keduanya langsung menarik Ken agar mundur. "Ken, stop. Lo diliatin satu kampus, stop".
Ken tidak mengidahkan, ia malah menantang Calvin lebih lagi. "Ngomong lo bangsat, perlu gue hajar dulu lo biar ngomong?".
Calvin malah meludah kesamping. "Kasian lo, gak tau kan lo betapa enaknya cewek lo?". Ujar Calvin sembari melirik kearah Tara dibelakang Ken.
Netra Tara membesar mendengarnya. Ternyata sejak tadi Calvin tengah membicarakannya. Satu pukulan akhirnya mendarat di pipi Calvin, Ken masih terus merangsek bahkan saat Calvin sudah terjembab di tanah. Kondisi kepalanya yang masih berdenyut itu membuatnya tak mampu melawan.
Ken menendang perut Calvin. "Bangun lo, bangsat!".
Beberapa orang langsung bergerak menahan tubuh Ken, lelaki itu seperti kesetanan, ia nampak seperti oranglain di mata Tara. Tara tak tahu apa yang membuatnya pada akhirnya berlari untuk memeluk tubuh Ken guna menahan lelaki itu berbuat lebih jauh.
"Udah, Ken. Udah.. Please, stop". Ujar Tara memohon pelan.
Ken menatap wajah ketakutan Tara dan entah bagaimana ceritanya, ia bagai disiram air dingin seketika. Emosinya luntur saat melihat betapa takutnya Tara padanya saat ini, tapi ditengah ketakutannya pun, gadis itu tetap memeluk Ken erat.
Ratusan pasang mata menonton kejadian gratis ini, Ken pada akhirnya memilih menyingkir, mundur dari sana dan memilih pergi. Jujur saja, ini sebuah langkah yang salah untuknya, dengan perlakuan kasarnya barusan pada Calvin, lelaki itu bisa terancam digagalkan mencalon sebagai ketua HIMA, bahkan di DO.
Namun siapa yang bisa menahan emosi saat mendengar kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Calvin?
Merebut keperawanan pacar Ken? Pasti maksudnya Tara kan?
Tara yang selalu ia jaga sejak dulu? Yang bahkan ia selalu hindari sentuhannya karena takut akan menyakitinya?
Bajingan.
Ken benci menghadapi ini, benci mengetahui kalau Tara-Nya diperlakukan menyedihkan seperti itu.
Dan ia benci baru mengetahuinya sekarang.
———

KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomantizmGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...