Chapter 5 - Bad Timing

3.5K 213 14
                                    

Tara melihat bagaimana Ken mulai tertunduk di mejanya, sepertinya efek alkohol sudah mulai menggerogotinya. Kepala lelaki itu sudah mulai terasa berat. Melihatnya, Tara terkekeh, bahkan mencoba mencolek punggung Ken yang nampak tenang.

"Woy, masa udah nunduk aja jam segini?". Ucap Tara cekikikan.

Ken mengangkat tangannya, menghalau tangan Tara yang tak henti mencoleknya. "Tar, diem. Gue pusing".

Tara semakin cekikikan melihatnya. Lelaki itu kemudian mengeluarkan dompetnya dan melemparnya pada Tara. "Bayar, Tar. Gue udah KO nih, balik sekarang deh, sebelum tepar".

"Gue masih mau disini". Ucap Tara.

Ken berupaya menaikkan kepalanya guna menatap Tara, ia bersumpah pandangannya goyang. "Gue down, anjir. Nanti kalo gue tepar gak ada yang jagain lo. Mumpung gue masih sadar".

"I can take care of myself, udah gak usah bawel deh". Balas Tara, sembari mengunyah kentang truffle nya.

Ken memilih menyerah dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja, mencoba menetralkan pandangannya yang masih berputar. Tara memasukkan kentang terakhir kedalam mulutnya sebelum bangkit, hendak bergerak kearah toilet.

"Gue ke toilet bentar". Ucap Tara pada Ken.

Lelaki itu hanya mampu mengangkat telunjuknya, kemudian menurunkannya.

Tara berjalan kearah toilet dengan sedikit goyang, pasalnya, tak bisa dipungkiri, keseimbangannya juga mulai goyang. Wajar, apalagi meningat ia dan Ken menghabiskan hampir 2 botol full vodka. Gadis itu bahkan sempat menambah 2 shot tequilla tadi.

Dalam perjalanannya ke toilet, Tara beberapa kali menabrak orang di sekitarnya, membuatnya limbung. Pada akhirnya, ia memilih untuk berpegangan pada dinding, dan menyusuri hingga ke dalam toilet yang hanya dilengkapi dengan penerangan lampu remang berwarna kebiruan, membuat Tara harus menyipitkan matanya guna melihat dengan jelas.

Gadis itu hanya perlu mencuci mukanya, ia butuh menyegarkan diri. Jadi, ia bergerak kearah salah satu westafel terdekat dan membuka kran. Hingar bingar suara musik terdengar redam disini, membuatnya jauh lebih tenang. Tara mendengar salah satu bilik toilet dibelakangnya dibuka, membuatnya kembali memicingkan mata kearah cermin, ia menangkap bayangan seorang lelaki disana.

Lelaki itu mengenakan kaos hitam dengan celana senada, membalas tatapannya melalui cermin. Mata mereka bertemu begitu saja, terkunci bagai magis. Tara mengerutkan keningnya, mengapa mereka harus bertatapan? Mengapa juga ada laki-laki di toilet ini? Apa jangan-jangan toiletnya mix untuk lelaki dan perempuan.

Lelaki itu terlihat tersenyum kecil, sebelum melangkah makin dekat pada Tara. Gadis itu bersumpah bahkan bisa merasakan nafas hangat di tengkuknya. "Look who it is".

Tara mengenali suara ini. Tapi ia tidak bisa mengidentifikasi siapa, sirkuit otaknya seakan mampet. Gadis itu memilih berbalik, dan menemukan sepasang netra yang menatap tajam kearahnya, membuat Tara mengerutkan kening, dimana ia pernah bertemu lelaki ini?

"Oh, udah lupa sama gue? Mau gue ingetin gimana lo ketemu gue?". Tanya lelaki itu, berdiri di hadapan Tara dengan jarak yang lumayan dekat.

Lelaki itu kemudian melangkah mendekat, mengunci tubuh Tara hingga menempel pada westafel. "Bad, bad timing, girl. Pas banget gue lagi horny".

Tara bersumpah, dirinya bagai sedang disihir saat bibir mereka bertemu. Gadis itu tidak menyadari bagaimana lelaki dihadapannya menarik lehernya mendekat dan menciumnya tiba-tiba. Hanya sebentar, karena Tara tidak merespon ciumannya. "Fuckin bad kisser".

Otak Tara masih tak berfungsi, apalagi saat lelaki itu mengangkat tubuhnya untuk duduk diatas westafel. "Ikutin gerakan gue, cium balik".

Tara tidak tahu, iblis mana yang berhasil merayap di dirinya. Karena kali ini, ia menuruti. Tara membalas ciuman itu dengan sama panasnya, gadis itu bahkan sempat mengeluarkan rengekan kecil saat lelaki yang menciumnya mulai menelusupkan lidahnya.

A MILE AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang