Chapter 13 - Atensi

2.5K 183 7
                                    

Idk why, mood nulisku hari ini anjlok bgt 🥲

Maaf kalo jadi hambar ceritanya wkwkwk

———

Tara mendekat pada Ken yang tengah duduk di mobilnya, sepertinya lelaki itu tengah menenangkan diri. Tara tadi sungguh terkejut, lantaran Ken berlaku bak seseorang yang bahkan gadis itu tidak kenali. Dengan takut, Tara mengetuk kaca mobil Ken, berharap lelaki itu membukakan pintu untuknya.

Ken membuka kunci mobil itu tanpa melirik sekalipun pada Tara, emosinya sedang sama sekali tidak stabil. Gadis itu segera membuka pintu dan masuk kedalam mobil, memilih duduk terdiam disana setalah menutup pintunya. Ia bingung harus memulai dari mana.

Lama mereka terdiam, hingga akhirnya Tara memulai obrolan. "Gue tau lo marah sama gue Ken, gue tau lo kecewa. Maafin gue karena gak cerita".

"Yang dia omongin bener?". Tanya Ken tanpa basa-basi. "Yang dia maksud cewek gue itu lo kan?".

Tara menelan pahitnya, gadis itu terbata, hampir membuka mulutnya untuk berbicara namun urung.

"Lo dulu janji sama gue, Tar. Lo janji bakal lari ke gue kalo ada masalah yang nimpa lo. Kenapa gini?". Tanya Ken, berupaya menjaga nada bicaranya agar tetap rendah.

"Gue cuma.. Takut. Gue takut mengakui itu, Ken". Balas Tara singkat.

Lama sekali mereka terdiam, sibuk tenggelam dalam pikiran masing-masing, hingga saat Ken membuka mulutnya lagi. "Turun".

Tara terkejut dan menoleh pada Ken. "Lo mau kemana?".

"Gue bilang turun, Tara". Balas Ken dingin.

Tara melihat bagaimana kerasnya rahang Ken saat itu, ia sendiri takut melihat perubahan sikap Ken yang tidak biasa ini. Jadi, gadis itu memilih menuruti dan turun dari mobil, menyaksikan bagaimana mobil itu bergerak mundur dan menghilang dengan kecepatan tinggi.

Gadis itu memeluk dirinya sendiri, merasa asing dengan dirinya sendiri yang diperlakukan seperti itu oleh Ken. Airmatanya mulai terjatuh, padahal ia bukan makhluk cengeng.

"Udah putus, sayang?". Satu suara mengagetkan dari arah belakang, membuat Tara berbalik dan menemukan Calvin berdiri disana dengan rona kemerahan di sebelah pipinya.

Sudut bibirnya bahkan berdarah, sepertinya robek karena pukulan Ken tadi. "Kenapa nangis? Pacar lo mutusin lo?".

Kali ini gantian Tara yang mendorong Calvin hingga lelaki itu mundur beberapa langkah. "Lo bener-bener iblis! Mau lo apa sih?".

Calvin menatapi wajah Tara yang memerah karena emosi, lelaki itu malah melangkah kembali mendekat. "Lo. Gue mau lo, Girisha Triastara Briel".

"Gak akan pernah". Desis Tara, giginya sampai bergemeletuk karena menahan emosi.

Calvin malah menertawainya, melihat ekspresi itu dari jarak yang cukup pendek. "Lo bener-bener seksi banget kalo lagi marah".

Tara kembali menggeretak. "Lo denger ya, Calvin Pramudya Morritz, gue bakal bikin lo hancur sehancur-hancurnya. Lo bakal ada di lowest point dalam hidup lo, dan itu karena gue. Inget".

Calvin terpesona sepanjang gadis itu mengancamnya, seakan tersihir akan penampakan Tara yang tengah marah padanya, lelaki itu malah mengecup singkat bibir Tara, mengabaikan rasa sakit di sudut bibirnya. "I'll be waiting for that moment, sayang. By the way my name sounds better coming from your mouth".

Lelaki itu memilih pergi setelah mengucapkan hal tadi, meninggalkan Tara yang masih melongo karena Calvin berhasil mencuri satu lagi ciuman dari bibirnya tanpa ia sadari.

A MILE AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang