Chapter 59 - The Heartbreaking Moment

1K 91 4
                                    

Suhu tubuh Ken panas bukan main, wajahnya pun kian memerah. Lelaki itu bahkan sampai tergeletak tak sadarkan diri di kasurnya. Tara bersusah payah membopongnya hingga kedalam, sebab tubuh Ken sungguh lemah, seakan tulang sudah dicabuti begitu saja dari sang lelaki.

Raut bersalah dan khawatir itu tergambar jelas, bagaimana kekasih Tara sendiri bahkan tak mendapat perhatian yang seharusnya dan harus di kebelakangkan karena beberapa lama ini Tara terlalu berfokus pada Calvin.

Sejak kapan tulang pipi Ken jadi semenonjol itu?

Batin Tara bak tertonjok. Sepertinya lelaki di hadapannya itu kehilangan bobot tubuh yang cukup drastis dan Tara bahkan tak menyadarinya sedikitpun. Sang gadis menyentuh dahi Ken dengan hati-hati.

Panas. Suhu tubuh Ken begitu panas.

Meskipun Tara sudah menggantikan pakaian Ken ke pakaian baru yang hangat dan kering, lelaki itu tetap menggigil bak kedinginan. Terlihat begitu menyedihkan jika disaksikan mata. Tara duduk lemas di samping kasur milik sang lelaki, menatap sendu kearah tubuh yang tengah tak berdaya itu.

Keputusan bersama dengan Ken, apakah ini hal yang salah?

Lelaki itu mungkin selama ini memendam perasaan tak dihiraukan, apa lagi memang sifatnya tidak banyak menuntut. Tapi, apa pantas Tara memperlakukan Ken seperti ini? Padahal ia selalu mendapatkan semua hal yang ia butuhkan dari sang lelaki, terutama cinta dan perhatian.

"Are you suffering because of me, Kenneth?". Ucap Tara lemah.

Tak terasa, air mata Tara sudah menumpuk di ujung matanya, dan akhirnya mengalir juga. Hubungan yang usianya belum lama itu, apakah menyiksa bagi Ken? Apa seharusnya sejak awal mereka tak usah bersama?

Ponsel Tara berdering tak henti, namun sang gadis tak sedikitpun menghiraukannya. Pikirannya tengah kacau. Kalau seandainya tadi ia tidak gegabah dan memilih menolak ajakan Calvin, mungkin saat ini ia dan Ken seharusnya sudah bersenang-senang, merayakan malam dan mungkin berakhir di pelukan masing-masing.

Tapi kini, sebaliknya yang terjadi.

Tara sungguh kalut, hingga tak menyadari bahwa yang sejak tadi meneleponnya adalah Calvin. Gadis itu sama sekali tak menghiraukan.

———

Calvin memelintir ujung bajunya dengan gelisah, perkara Tara yang begitu buru-buru pulang dan menghilang setelah mereka bertemu sungguh mengganggu pikirannya. Pasalnya, Tara sampai tak menghiraukan Calvin yang ingin mengantarnya pulang, gadis itu buru-buru mencegat taksi yang lewat dan menghilang tak bisa dihubungi setelahnya.

Kemana perginya sih, Tara?

Hanya kata itu yang terus terulang di kepala Calvin, lelaki itu begitu uring-uringan, berulang kali bergerak
gelisah diatas kasur apartemennya, tangannya tak henti memencet ponsel guna memanggil Tara, namun nihil, sang gadis mengabaikannya.

Calvin benci kondisi seperti ini, dimana amarah dan rasa takut dalam dirinya perlahan merayap hingga menggerogoti isi kepalanya. Lelaki itu bangkit dari tidurnya, bergerak gelisah kearah lemari dan mencabut satu persatu baju yang tersusun rapi hingga berakhir berantakan di lantai. Jemari Calvin akhirnya menemukannya, sebungkus bubuk yang sudah lama ia hindari karena perintah Tara yang memintanya menjauhi obat terlarang.

Calvin sempat berkontemplasi sejenak, sebelum akhirnya membuka bungkusan itu.

"I need you to shut my mind up right now". Ucap Calvin pada bungkusan kokain di tangannya. Ia sangat membutuhkan ini, sebab kepalanya sekarang berisik sekali.

———

Tara baru sempat mengecek ponselnya saat waktu menunjukkan pukul tiga. Gadis itu sempat ketiduran di lantai saat menjaga Ken, berulang kali ia mengganti kompres di kepala sang lelaki dan betapa bersyukurnya ia ketika mengetahui bahwa demam Ken mulai mereda, walau belum sepenuhnya sirna. Hatinya lega, karena bahkan wajah sang lelaki tak semerah tadi, walau masih pucat pasi.

A MILE AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang