"Kenapa mukanya panik gitu sih?". Satu suara membuat Tara tersentak.
Lelaki itu berdiri disana dengan mengenakan kaus dan celana pendek berwarna hitam. Calvin berjalan santai kearah Tara dan menunduk untuk memberi kecupan di bibir sang gadis. "Mon amour".
"I'm not your love, asshole". Sembur Tara, sembari mengambil bajunya yang tergeletak di lantai.
Calvin menunjukkan senyumnya. "Back to normal you, huh? Galak. I like it".
Lelaki itu memilih membuka pintu kearah balkon dan memilin sesuatu, sebatang rokok. Selanjutnya, ia menyalakan rokok tersebut dan mulai menghisapnya. Tara menyaksikannya dari belakang, memandangi punggung itu yang membelakangi.
"Anterin gue balik". Titah Tara setelah resmi mengenakan pakaiannya kembali.
Calvin terkekeh. "Ngapain gue harus anter lo balik? Balik aja sendiri".
Gadis itu berdecak dan berjalan mendekat kearah Calvin, berdiri dihadapan sang lelaki yang jauh lebih tinggi darinya. Perbedaan tinggi mereka membuat Tara harus berdongak agar dapat melihat sang lelaki dengan baik.
"Anterin gue balik, Calv". Ulang Tara, mendongak dengan bertolak pinggang dihadapan Calvin.
Calvin menaikkan sebelah alisnya. "Calv sounds really good coming from your mouth, lilttle miss bossy".
Gadis mungil itu berdecak. "Lo nih budeg apa gimana sih? Gue mau pulang".
Calvin merunduk untuk kembali mendekatkan dirinya ke wajah cantik itu dan gantian bertitah. "Yang baik ngomongnya, Kak". Lelaki itu mengangkat dagu Tara dengan jari telunjuknya. "Buka mulutnya".
"Mau ngapain?". Dengus sang gadis.
"Buka mulutnya, mau pulang gak?". Balas Calvin lagi.
Gadis itu akhirnya menurut dan membuka mulutnya, matanya otomatis terpejam saat merasakan kepulan asap rokok yang Calvin hembuskan kedalam mulutnya sebelum menciumnya, membuat Tara harus melepasnya lebih dulu karena terbatuk.
"Lain kali, kalo minta apa-apa ke gue, ngomongnya yang baik. Kalo nggak, gue gak mau". Balas Calvin sambil berlalu, meninggalkan Tara yang masih sibuk terbatuk.
Lelaki sialan.
———
Tara berupaya membuka pintu mobil yang ternyata masih terkunci. Saat ini, ia sudah berada didepan rumahnya, Calvin pada akhirnya menuruti permintaannya untuk diantar pulang. Gadis itu berdecak dan menoleh ke samping, tempat Calvin berada.
"Ck. Buka dong pintunya, gue mau turun". Ujar Tara sebal.
Calvin menoleh kearahnya. "Gak ngerti juga ya udah dibilangin? Minta yang baik sama gue, Kak".
"Lo bukan orangtua gue, ngapain gue harus ngomong baik-baik sama lo". Sembur Tara balik.
Calvin meraup sisi kanan dan kiri pipi Tara dengan tangannya dan mendesis. "Lo kadang bikin gue pengen ludahin lo tau gak? Atau gue tampar sampai mohon ampun. Lo harusnya bersyukur gue tergila-gila sama lo, Kak. Kalo gak, mungkin muka lo udah babak belur".
Lelaki itu kemudian melepas wajah Tara dengan kasar dan membuka pintu mobil. Tanpa pikir panjang, gadis itu turun dan membanting pintu mobil mewah milik Calvin. Mobil itu langsung tancap gas, meninggalkan Tara disana yang masih bersungut-sungut.
Ken tanpa sadar tertidur di sofa ruang tamu rumah Tara, lelaki itu tertidur dengan posisi duduk, nampaknya terlalu lelah menanti Tara yang tak kunjung pulang. Tara menatap bagaimana lelahnya wajah itu, memeluk buku mata kuliah dengan ditemani sepiring martabak manis kesukaan Tara.
Gadis itu berjongkok di hadapan Ken, menatapi wajah polosnya yang sedang tertidur. Wajah itu terlihat damai, tak sama sekali menyadari kehadiran Tara disana. Hingga akhirnya mata Ken mengerjap dan terbuka, menampilkan raut bingung ketika mendapati Tara ada di hadapannya.
Ken langsung membenarkan posisi duduknya. "Lo udah pulang, akhirnya.. Berapa lama gue ketiduran?".
Tara menggeleng sembari tersenyum. "Gak tau, gue baru aja sampe. Lo udah tidur disini".
Ken melirik kearah martabak di piring. "Martabaknya udah dingin..".
"Gak apa-apa, makan bareng yuk? Lo tadi lagi belajar ya?". Tanya Tara balik.
Sang lelaki mengangguk. "Iya, cuma ketiduran tiba-tiba. Gak ngeh gue".
Tara menyamankan diri di lantai, duduk dengan memeluk lututnya. Gadis itu mengambil sepotong martabak dan mulai mengunyahnya pelan. Ken yang melihat itu akhirnya ikut bergabung dan duduk di lantai.
"Lo pulangnya gimana tadi?". Tanya Ken tiba-tiba, sembari mengambil sepotong martabak juga.
Tara hampir saja tersedak mendengar pertanyaan itu. "Dianter Gio".
Bohong.
Lagi-lagi ia berbohong. Banyak juga bohongnya Tara.
"Sejak kapan kalian deket?". Tanya Ken.
Tara menatap horror kearah lawan bicaranya. Dekat dengan siapa? Calvin? Masa iya Ken tahu?
"Deket sama siapa?". Balas Tara takut.
Ken menatap malas. "Ya Gio itu lah, emang lagi ngomongin siapa lagi?".
"Oh". Respon Tara, bernafas lega karena topik obrolan mereka ternyata bukan Calvin. "Gak deket juga sih, cuma karena gue mutusin buat join, jadi ya ngobrol aja. Sementara gue bakal latihan pake mobil dia juga".
"Motif lo join tuh apa sih? Modus? Deketin pembalap". Semprot Ken tiba-tiba.
Hal itu menuai pukulan di belakang kepala Ken. "Sembarangan aja lo, sejak kapan gue demen tebar pesona apalagi nyari cowok? Gue kan udah bilang, gue tertarik. Lagian gue punya 1 tujuan lagi yang cuma bisa terlaksana kalo gue jadi pembalap".
"Apaan?". Tanya Ken sembari mengunyah martabaknya.
Gadis itu tersenyum sinis. "Bikin hancur Calvin".
Kunyahan Ken terhenti. "Ngapain sih, urusan sama orang gila itu? Yang ada lo bahayain diri lo sendiri dengan ikut-ikut race, Tar".
Tara mengacungkan jemari telunjuknya dan menempelkannya di bibir Ken. "Sst! Sebelom lo bawel. Gue janji bakal jaga diri baik-baik. Lo tenang aja. Lagian, udah telat juga kalo lo baru larang gue sekarang. Cause I'm already on progress doing it".
Ken mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?".
"Nanti lo lihat aja, jangan heran kalo Calvin sampai bertekuk lutut kejar-kejar gue. Dan hancur berantakan kayak pecundang di akhir". Balas Tara penuh kebencian, dihiasi dengan senyuman jahat di wajahnya.
Ken menarik nafas panjang. Lelaki itu mengelap kedua tangannya dengan tisu dan menggenggam sebelah tangan Tara. "Ya udah, terserah lo aja. Yang penting, jangan sampai lo kenapa-kenapa. Kalo lo diapa-apain sama bajingan tengik itu, lo bilang gue. Jangan tutupin apapun lagi dari gue, Tara. Oke?".
Tara menatap kearah genggaman Ken di jemarinya, mempelajari satu hal; Bila Tara pada akhirnya akan bertemu dengan seorang lelaki yang tulus mencintainya suatu saat nanti, bayangan lelaki itu rasanya paling dekat perwujudannya dengan Kenneth, sahabatnya yang ia sudah ketahui memiliki perasaan untuknya itu.
———
![](https://img.wattpad.com/cover/316916905-288-k722851.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomantikGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...