⚠️Mention of drug use!
Slight 🔞———
Calvin terbangun dari tidurnya saat pagi mulai menjelang. Pukul 4 dini hari, ia melangkah keluar kamar dan memantik rokoknya. Lelaki itu menghisap dalam rokok dan menghembusnya, sebelum bergerak kearah mini bar dan membuka tutup botol vodka miliknya. Calvin menenggak satu shot vodka, sebelum membawa satu shot lagi untuk diminum.
Lelaki itu kemudian mengambil gulungan kertas dari dalam laci mini bar yang sebelumnya ia kunci. Dengan teliti, Calvin mengisi lembaran kertas wrapper itu dengan satu benda yang tidak diperbolehkan negara untuk digunakan bebas dan menggulungnya dengan hati-hati, menjilat ujungnya untuk merekatkan. Calvin membuang rokoknya yang baru setengah dihisap, dan berganti membakar benda tersebut dan menghirupnya dalam. Ia menghela nafasnya panjang, merasakan zat adiktif itu mulai mengikat di aliran darahnya, membuat perasaan senangnya kembali hadir dan menemani euphorianya setelah memenangkan Tara di ranjangnya.
Calvin tengah menenggak kembali isi slokinya saat suara itu memanggilnya. "Calv? Lo ngapain?".
Itu suara Tara, Calvin kenal betul. Pengelihatannya mulai memudar saat menyaksikan figur mungil itu mendekat. Dengan sisa kesadaran yang setipis benang, Calvin menghentikan pergerakan Tara yang mendekatinya. "Jangan deket-deket, Kak. Jangan kesini, nanti lo kena asapnya".
Tara menghentikan langkahnya, menatap heran kearah Calvin yang sedang mencoba memfokuskan pengelihatannya. "Lo lagi ngapain sih?".
Calvin menggeleng. "Bukan hal yang patut lo tau, Tara. Udah, sana balik ke kamar. Jangan disini".
Bukan Tara namanya jika memilih menurut. Gadis itu malah berjalan mendekat dan melirik kearah gulungan yang terdapat di jari Calvin. "Itu apa sih?".
Calvin yang mulai imajinatif akibat efek zat terlarang itu, jadi merasa tertantang. "Lo mau coba?".
Tara mengerutkan keningnya saat Calvin menyodori satu shot vodka untuk kembali diminum. "Gue bukan mau minum".
"Minum dulu kalo mau coba, biar gak kaget. Biar badannya rileks dulu". Balas Calvin lagi.
Entah setan jenis apa yang merasuki Tara malam itu, sebab ia berakhir menuruti, menenggak shot tersebut hingga habis dalam satu kali. Selanjutnya, Calvin mendekat untuk menyodorkan lintingan yang sudah terbakar tersebut kedepan mulut Tara. Sang gadis sempat menatap kearah Calvin yang sedang menggigit bibirnya sendiri, menanti dengan wajah tertarik pada sang gadis.
"Hisap, sayang. Lo kan jago". Ucap Calvin, menantang Tara. Ia tahu betul kalau gadis itu mudah ditantang.
Tara mengapit lintingan tersebut di bibirnya dan menghirupnya pelan, jujur saja, merokok saja ia tidak pernah, apalagi mencoba hal seperti ini. Ia terbatuk sesaat setelah menghirup dan merasakan sensasi seperti tertusuk di area tenggorokannya. Gadis itu terus terbatuk sampai berulang kali, seakan paru-parunya menolak keberadaan benda asing kedalam tubuhnya.
"Pelan-pelan, dihirup, tahan, terus hembusin. Jangan ditelen asapnya". Ucap Calvin sembari menepuk punggung sang gadis pelan.
Tara mengernyitkan keningnya, merasakan kepalanya tiba-tiba saja terasa lebih enteng dari biasanya. Gadis itu dengan antusias menarik kembali tangan Calvin dan menghisap lintingan dengan lebih mahir, kali ini ia tidak terbatuk, dengan mudah menghirup dan menghembuskannya tanpa kendala.
"Pinter.. Pinter banget sayangku". Puji Calvin saat melihat gadis itu menyelesaikan misinya dengan baik. Calvin tersenyum saat menyaksikan bagaimana nampaknya efek zat adiktif itu sudah mulai mengikat aliran darah Tara, membuat gadis itu menunjukkan cengirannya.
Tara memegangi kepalanya. "Kok kepala gue ringan banget ya? Terus kayak... Aneh. Rasanya aneh".
Calvin mengambil alih sisa lintingan dan gantian menghirupnya. Alih-alih menghembuskan asapnya di udara, Calvin meniupkannya kearah Tara, menambah kadar adiksi bagi sang gadis yang dengan polos menghirupnya. Tara tertawa saat merasakan perasaan baru di dalam dadanya, ia merasa begitu.. Bahagia, seakan tengah berada diatas dunia dan seisi bumi adalah makhluk kecil dibawah kakinya.
"Gue kenapa seneng banget ya, Calv?". Tanya Tara heran, gadis itu sampai terkekeh tak henti, memejamkan mata karena rasa bahagia yang membuncah.
Calvin memfokuskan pandangannya yang kabur pada figur Tara yang masih sibuk terkekeh di hadapannya. "Apa yang kamu liat, sayang?".
"Kamu". Balas Tara responsif, balik menatap Calvin dengan tatapan yang menyiratkan.. Ketertarikan.
"Damn". Satu umpatan lolos dari bibir Calvin karena terkejut. Gadis di hadapannya memiringkan kepala kekanan dan kekiri dengan lucu.
Tara menyipitkan matanya. "Aku liat muka kamu, ada 5, Calv. Lucu. Mau aku makan semuanya".
Entah efek dari ganja yang ia hisap, atau vodka, atau perpaduan keduanya serta sikap Tara yang tiba-tiba menggemaskan, Calvin merasakan jantungnya berdebar kencang tak mau henti. Ia bahkan bisa merasakan denyutan jantung itu di kedua telinganya, berdentum hebat bagai dipicu gelora.
"Aku mau dimakan? Emang bisa makan aku?". Ucap Calvin dengan nada menggoda, ia bersumpah saat ini ia masih dalam keadaan setengah sadar, hingga pikirannya mau tak mau bertuas pada sikap Tara yang berubah drastis setelah menghisap benda tadi.
Tara mengangguk dengan semangat dan tertawa renyah. "Bisa!". Gadis itu melompat turun dari kursi bar dan terjatuh, namun tetap tertawa kencang. Sedetik kemudian, Tara bangkit dan menghampiri Calvin dan mengalungkan tangannya di leher sang lelaki, berjinjit guna menggigit pipi Calvin dengan gemas.
"Tuh aku makan". Ucap Tara lucu, bergelayut sempoyongan sampai Calvin harus memegangi pinggangnya.
Netra Calvin sibuk meneguk wajah yang tak henti tersenyum itu, sesekali bahkan wajah cantik itu menyunggingkan tawa lucu, membuat Calvin makin terpikat, terjerat begitu dalam dengan elegi yang memusingkan batinnya. Secara sadar maupun tidak. Calvin membuang sisa lintingannya sembarangan dan beralih menakup wajah Tara dengan rakus, sebelum memagut bibirnya penuh perasaan.
Ciuman yang panas, dalam, dan penuh kekehan dari dua manusia yang bertaut itu terasa begitu menyenangkan. Calvin mengelus pipi Tara berulang kali saat ciuman mereka terurai, menyaksikan bagaimana gadis itu terpejam seakan menanti untuk kembali dicium. "Liat kamu lagi begini, bikin aku jadi ngerasa kamu udah jadi punyaku, Tara".
Tara membuka mata bulatnya perlahan, seakan tengah menganalisa maksud kata dari Calvin. "Bukannya kamu bilang, aku memang punyamu?".
"Kamunya kan gak mau". Balas Calvin lagi, lelaki itu memberi kecupan selembut kapas di bibir sang gadis. "Emang mau jadi punyaku?".
Tara menyipitkan matanya, satu gestur yang menunjukkan bahwa gadis itu tengah sibuk berpikir. "Hmm.. Mau aja".
Calvin yang masih ditengah keadaan high, menggelengkan kepalanya agar tersadar. "Coba ulang lagi".
"Aku mau".
Kali ini, Calvin menekankan nada bicaranya. "Ngomongnya yang bener, bilang kamu mau jadi punyaku, Tara".
Tara tertawa kencang menanggapinya, tubuhnya limbung kearah Calvin tanpa bisa ditahan, kepalanya mungkin terasa begitu ringan hingga terus terhuyung kedepan. Gadis itu mendongak dan menatap kearah Calvin dengan pandangan yang berpendar.
"Mau, Calvin. Aku mau jadi punyamu".
———
Hayoh~
Syok gak 😛
Hahahahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomanceGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...