Sejak bangun dari tidur, Calvin benar-benar merasa bagai makhluk paling bodoh di muka bumi. Lelaki itu terbengong di kasur, meratapi dirinya yang baru tersadar dari efek high semalam tadi. Semalam, rasanya ia mendengar suara Tara, tapi apakah itu mimpi?
Dengan segera, Calvin mengecek ponsel dan membelalakkan mata. Semalam ia benar menelepon Tara, mereka sempat bercakap selama satu menit lima belas detik. Tapi, percakapan jenis apa yang terjadi, Calvin bersumpah ia sama sekali tidak ingat.
Persetan. Kokain sialan, kuat sekali godaannya!
Lelaki itu coba menghubungi kembali nomor Tara, namun kali ini, ia bahkan tidak bisa menelepon sang gadis, panggilannya selalu terputus, seakan Tara memblock akses ke ponselnya. Calvin tak kehabisan akal, lelaki itu mencoba mengirim pesan, namun seluruh pesan itu bahkan tidak terkirim.
Tara resmi memblokirnya.
"Bangsat bangsat bangsat!". Dengan terburu, Calvin segera membersihkan diri dan memilih baju asal, sebelum bergegas menuju ke kampus, berharap bisa menemui Tara di tempat biasanya.
Di saat seperti ini, Calvin berdoa pada tuhan, semoga semalam ia tak melakukan kebodohan dan berbicara macam-macam yang bisa menyebabkan Tara menjauhinya.
Semoga ia tidak ketahuan kembali menggunakan obat terlarang, tepatnya.
Dan seperti yang sudah diduga, Tara tidak ada disana, di sudut ruang perpustakaan tempat mereka biasa bertemu. Kepala Calvin langsung mau pecah, berisik hingga membuat telinganya berdengung. Lelaki itu kalut, takut sampai hal yang ia takutkan terjadi. Pasalnya, Calvin ingat Tara pernah mengancamnya suatu hari, bahwa gadis itu akan meninggalkan Calvin sewaktu-waktu jika Calvin kembali menyentuh obat terlarang.
"Fuck". Umpat Calvin, merasakan gelisah di keseluruhan hatinya.
Lelaki itu menunggu dan terus menunggu, dari pagi hingga menuju ke malam. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, setengah jam sebelum perpustakaan dan kampus mereka ditutup, tapi, Calvin belum juga bergerak dari sana.
"Maaf, perpus sudah mau tutup. Bisa datang lagi besok ya". Ucap sang penjaga perpustakaan, mencoba mengusir Calvin secara halus.
Calvin menggeleng. "Saya nungguin Tara, dia belum datang hari ini. Saya disini aja".
"Tara? Girisha Triastara itu? Seharian ini dia gak kesini, kayaknya gak masuk. Biasanya dia selalu kesini". Balas sang penjaga perpustakaan.
"Terus saya harus cari dia kemana? Saya harus tunggu dia disini. Kita biasa ketemu disini". Ujar Calvin bersikeras.
Sang penjaga perpustakaan menghela nafasnya. "Maaf ya, tapi tempat ini sudah harus clear, sebentar lagi kampus tutup. Kenapa kamu gak datangi rumahnya aja? Kalian saling kenal kan?".
Rumah Tara ya? Kenapa rasanya berat sekali ya?Calvin ingat kala itu ia harus menanti Tara di depan rumahnya dalam keadaan ketidak tahuan, jelas sekali itu sejarah buruk untuknya.
Tapi sekarang, rasanya tidak ada pilihan lain, ia harus pergi kesana menemui Tara.
———
"Pergi? Kemana?". Tanya Calvin frustasi, jantungnya seakan copot saat itu juga.
Joan, Kakak Tara, mengedikkan bahunya. "Katanya sih mau liburan".
"Kuliahnya gimana? Kan sebentar lagi masa skripsi?". Tanya Calvin lagi dengan nada gelisah.
Joan menunjukkan raut berpikir. "Kalau gak salah sih katanya mau skripsian sekalian liburan. Pokoknya kemarin bawa baju banyak banget, terus bilang bakal pulang lagi sekitar sebulan".
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomanceGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...