Chapter 1 - Calvin Pramudya Morritz

4.7K 254 23
                                    

Calvin menginjak pedal gasnya dalam-dalam, membanting stir saat mobil mencapai ke tikungan pertama. Ia menarik rem tangan tiba-tiba, menimbulkan bunyi berdecit dari ban yang tiba-tiba menyeret beberapa centi, menimbulkan jejak ban disana. Tanpa menunggu lebih lama, Calvin menginjak gas lagi, memacu mobil yang ia kendarai hingga mencapai kecepatan maksimal, menimbulkan denging disekitaran mobil itu. 

Mobil berwarna hitam itu melaju tak terelakkan, meninggalkan beberapa mobil lain dibelakangnya. Calvin berfokus pada satu titik, garis finish yang letaknya diujung sana. Silahkan sebut dia ambisius, sebab apapun yang ia inginkan pasti akan diupayakan secara mati-matian.

Sorak sorai penonton di sekitar arena sirkuit ramai menanti kedatangan mobil Calvin yang sudah hampir sampai di garis finish, sudah yakin kalau lagi-lagi sang juara bertahan akan bertahta di podium nanti. Teriakan akhirnya pecah saat tiga mobil berturut-turut melintasi garis finish, dengan dipimpin oleh Calvin tentunya.

Lelaki itu memarkirkan mobil hitam miliknya Asal, kemudian melepas helm dan turun dari mobil, disambut dengan seruan dari supporter pendukungnya berikut tim yang setia mendampinginya.

"All hail, Calvin Pramudya! Juara bertahan kita". Seru Tian, coach Calvin yang tak henti memberikan apresiasi pada lelaki yang masih tersenyum bangga dan menyandarkan tubuhnya di pintu mobil itu.

Dua opponen lainnya yang juga meraih posisi 3 tertinggi turut merayakan kemenangan mereka masing-masing. Calvin tersenyum sinis menatapnya. "Apa yang mereka rayain, sih? Udah jelas-jelas kalah".

Tian menepuk pundak Calvin pelan. "Let them have their own euphoria, man. Yang terpenting lo lagi-lagi di peringkat 1".

"Calvin!". Ujar seorang gadis dengan rambut panjang dan paras cantik.

Gadis itu merangsek kerumunan dan berjinjit untuk memeluk figur Calvin erat. "Congratulation, baby! Keren banget kamu".

"Thanks, babe". Ucap Calvin memeluk balik.

Gadis itu ialah Sara, kekasih Calvin yang sudah 5 bulan ini bersamanya. Banyak yang bilang, mereka adalah pasangan sempurna. Calvin si bad boy yang dikenal di arena balap, dan Sara yang merupakan model pendatang baru. Keduanya bagai cerita di buku novel atau film remaja yang biasa ditonton banyak orang, terasa fiktif saking sempurnanya.

Calvin memeluk pinggang Sara, membawa gadis itu bersamanya. "Malem ini, party di tempat biasa, gimana? Kita rayain bareng-bareng". Ucap Calvin semangat pada tim disekitarnya.

"We're in, boss!!". Sahutan kompak terdengar dari masing-masing orang disana, membuat gelak tawa menghiasi wajah Calvin.

———

Calvin Pramudya Morritz, anak terakhir dari keluarga Morritz itu sudah terkenal di kalangan anak seusianya sebagai role model sekaligus figur bad boy yang sebenarnya. Terlahir di keluarga Morritz yang notabene-Nya adalah keluarga pebisnis, tidak membuat Calvin ingin menjadi seperti sang kakak, Claire Morritz, yang pada akhirnya memulai bisnisnya sendiri setelah mengurus bisnis ayah mereka.

Ia memilih hal yang sudah ia cita-citakan sejak kecil, menjadi pembalap dengan bermodalkan nekat di awal. Namun, bakatnya memang tidak bisa berbohong. Lelaki itu dengan mudah mempelajari teknik-teknik kegiatan balap dalam waktu singkat. Ia memiliki candu pada 'adrenaline rush' yang ia dapatkan ketika memacu mobil dengan kecepatan tinggi.

Tidak dapat dipungkiri, alasan lain Calvin memilih kegiatan itu sebagai salah satu tujuan hidupnya, ialah sebagai pelariannya. Memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi membuatnya lupa sejenak akan apapun yang tengah ia alami, membuat batinnya menggebu tak terkendali.

Keluarga adalah sebab pertama Calvin membutuhkan pelarian. Keluarganya mengalami perpecahan hebat di saat usianya masih menginjak 8 tahun. Calvin sejak kecil bersama sang Mama, sedangkan Claire sejak kecil tinggal bersama Papa mereka. Hal itu membuat kedua kakak-beradik itu tidak memiliki koneksi yang cukup kuat. Mereka bahkan jarang bertemu.

A MILE AWAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang