Rebound?
Entah.
Entah apa namanya, Tara pun tidak tahu.
Selama ini pun, Tara tidak pernah berhasil mengekstraksi perasaannya untuk Calvin maupun Ken. Dua manusia yang bagai kutub berbeda, dimana Calvin adalah sisi negatif, dan Ken di sisi positifnya. Bedanya, mereka tidak saling tarik-menarik, melainkan Tara adalah titik tengahnya, tertarik kearah keduanya tanpa bisa dihentikan.
Ruang luas di hatinya kini kelabu, entah siapa yang mengisi. Namun, nalurinya jauh lebih cerdas dalam mengambil keputusan. Pilihan menjadikan Ken sebagai kekasih sepertinya pilihan terbaik saat ini, dimana hatinya tengah berada diambang kebingungan, namun Tara tahu bahkan dibawah kesadarannya, bahwa ia harus menjauhi Calvin dan menghentikan segala jenis percikan yang sempat terjadi diantara mereka. Lelaki itu sungguh berbahaya, nyawa Tara kini mungkin bahkan menjadi bahan lelucon baginya.
Dan untuk itu, Tara membutuhkan Ken.
Seseorang yang bisa memagari pergerakan Calvin dengannya, sekaligus menjaganya dari kematian yang mungkin akan merenggut jika Tara terus-terusan berhubungan dengan Calvin. Tara membiarkan Ken memiliki hak atas dirinya, membuatnya satu-satunya lelaki yang akan menyentuh Tara, tanpa melecehkannya seperti yang Calvin lakukan.
Ken itu lembut, ia tidak akan pernah menyakiti Tara, tidak akan pernah melukai sang gadis dalam bentuk apapun.
Biarlah urusan dendam Tara pada Calvin berjalan nantinya, setelah segala torehan di mental Tara betul sembuh. Tara bahkan berjanji, sebelum Calvin berlutut di hadapannya dan memohon, ia tidak akan pernah berhenti berupaya membalaskan dendamnya.
Tapi itu urusan nanti, sebab rasanya sekarang, dengan melihat wajah Calvin saja Tara akan menangis ketakutan. Perasaannya masih belum stabil untuk bertemu dengan sang biang kerok.
"Tidur, Tara". Suara lembut itu menyapa telinga Tara, pelukan hangat di pinggangnya mengerat, alunan nafas milik sang Ken menyapa lembut.
Tara mendongakkan wajahnya, berada di pelukan Ken selama berjam-jam memang membuatnya merasa nyaman, tapi tak mampu menyihirnya sampai tertidur. "Gak bisa, gak ngantuk".
Ken membuka matanya, menatap Tara yang kini tengah menatapinya. "Gimana mau ngantuk kalo gak merem, mikirin apa sih?".
"Banyak..". Jawab Tara singkat.
Ken berujung menempelkan dahinya dan dahi Tara, kemudian memejamkan kedua matanya. "Mau dibagi gak pikirannya? Biar gak kepenuhan kepalanya terus bisa tidur".
Tara menggeleng pelan. "Susah..".
"Lo belom percaya sama gue ya, Tara? Padahal dulu lo cerita semua ke gue". Ucap Ken pelan.
Tara otomatis ikut menutup matanya. "Percaya. Gue percaya banget. Tapi.. Gue cuma bingung menjabarkan isi pikiran gue karena terlalu kusut, Ken".
Ken akhirnya mengerti, ia tak berhak memaksa.
"Okay. Gue ngerti. But just in case you need to share it, go on and tell me.. Okay?". Balas Ken, masih setia menempelkan keningnya di kening sang gadis.
Tara mengangguk disertai senyum. "Iya".
"Terus gimana caranya biar lo tidur? Ini udah menjelang pagi. Lo perlu istirahat, Tara. Gue buatin susu hangat mau?". Ucap Ken lagi, penuh afeksi.
Kini, Tara menghela nafasnya. "How bout.. Kiss?".
Otomatis, mata Ken terbuka, bertemu dengan indahnya netra sang gadis untuknya. "Mau dicium lagi? Sakit gak bibirnya? Kan masih luka".
KAMU SEDANG MEMBACA
A MILE AWAY
RomanceGirisha Triastara Briel, Tara, gadis yang bahkan dijuliki si tomboy di kampusnya punya hobi mendatangi aktivitas drifting berkat ajakan sang kakak. Di arena balap itulah, Tara menemukan trigger dan juga ketertarikan. Di arena balap itu juga lah, Cal...