"Kanda Seta, ini saya!" panggil orang itu lagi. Suara itu sangat jelas milik seorang wanita.
Banyak Seta dan kedua anak buahnya semakin curiga. Seorang wanita mendatangi rumah lelaki lajang di saat hari gelap adalah sangat tidak wajar bagi masyarakat Singasari. Lagipula, sejak kematian Kuwuk tempo hari, mereka memasang serangkaian kelintingan kuningan yang dimantrai di semua pintu, termasuk pintu gerbang pekarangan. Bila ada orang membuka gerbang tanpa persetujuan penghuni rumah, kelintingan itu niscaya akan berbunyi.
Bukankah sedari tadi tidak terdengar bunyi gemerincing dari kelintingan? Berarti ketiga tamu ini tidak melewati pintu gerbang melainkan meloncati pagar. Mungkinkah orang yang punya niat bertamu baik-baik akan datang dengan meloncati pagar? Sekadar tahu saja, pagar rumah Banyak Seta terbuat dari tembok bata merah setinggi lelaki dewasa. Perlu usaha keras bagi seorang wanita untuk meloncati pembatas pekarangan itu.
Kemungkinan lain, mantra mereka berhasil ditangkal sehingga kelintingan tidak berbunyi ketika orang-orang itu melewati gerbang. Bila itu yang terjadi, pastilah ketiga tamu ini memiliki ilmu sangat tinggi. Mereka tidak boleh gegabah.
Tok! Tok! Tok!
"Kanda Seta mendengar suara saya? Di luar cukup dingin, Kanda. Tolong segera bukakan pintu!" pinta wanita itu lagi. Kali ini, nadanya semakin manja.
Banyak Seta mengenali warna suara dan gaya bicara yang renyah namun tegas itu. Ia hampir yakin itu adalah suara Gayatri. Namun bila dipikir lagi, bagaimana mungkin Gayatri keluar dari keputren saat pagi buta? Ia tahu gadis itu memiliki ilmu bela diri cukup tinggi, namun tidak yakin Gayatri akan senekat ini. Seorang putri raja bisa memanggil prajurit seperti dirinya kapan saja bila dibutuhkan tanpa perlu repot-repot menyelinap keluar istana. Mungkinkah ini sebuah jebakan?
Kambang membuat isyarat dengan memutar jari telunjuk di atas kepala kepada Banyak Seta. Tanda itu berarti ia akan mengambil jalan keluar memutar untuk memeriksa situasi di luar secara diam-diam. Banyak Seta mengangguk kecil, menyetujui langkah itu. Dengan cepat, Kambang pun menghilang melalui pintu belakang.
Sebagaimana kebiasaan Singasari, area tempat tinggal penduduk dikelilingi pagar batu bata dengan satu gerbang berbentuk gapura mini di bagian depan yang menghadap ke barat. Di dalamnya, bangunan-bangunan didirikan mengelilingi pekarangan. Bangunan utama yang berada di sisi utara adalah sebuah rumah kayu berlantai bata merah yang lantainya paling tinggi di antara bangunan lain. Ada tiga anak tangga menuju pintu depan. Rumah itu digunakan untuk tempat tinggal Banyak Seta dan menyimpan barang berharga. Di sisi lain pekarangan, dibangun pendopo kecil berlantai kayu tempat penghuni rumah beraktivitas bersama sehari-hari. Sedangkan di sisi barat, berdekatan dengan gapura, terdapat rumah untuk menerima tamu. Semalam, Sarba dan Kambang menginap di tempat ini.
Kambang menyelinap tanpa suara melewati celah sempit di antara rumah utama dan pagar. Setelah itu, ia menyusuri dinding ke arah depan untuk bersembunyi di dekat rumah untuk tamu. Gerakannya ringan dan halus karena telah berlatih bertahun-tahun di kadewaguruan Mpu Nadajna. Tidak semua orang berbakat mempelajari ilmu bela diri dan taktik pertempuran. Kambang dan kakaknya adalah dua dari segelintir manusia langka yang sanggup menerima ilmu tingkat tinggi sehingga Banyak Seta tidak ragu mengangkat mereka sebagai orang kepercayaan.
Bersembunyi di balik dinding rumah untuk tamu, Kambang dapat mengintip bagian depan kediaman Banyak Seta. Ia menajamkan penglihatan untuk mengamati tamu mereka. Ketiga sosok itu memang sangat mirip wanita. Ada tonjolan membusung di bagian dada sebagai petunjuk bahwa mereka bukan lelaki.
Wanita yang berdiri paling dekat dengan pintu memutar tubuh. Tangannya memberi isyarat kepada yang lain, seperti memberi perintah. Kedua orang itu bergerak menjauhi rumah utama untuk memeriksa seisi pekarangan. Salah satu dari mereka mendatangi dapur yang berupa bangunan terpisah di sisi selatan. Sialnya, di dalam tungku masih membara sisa-sisa kayu untuk memasak. Orang itu segera berlari memeriksa bangunan di sisi dapur, yaitu gudang stok bahan makanan seperti jagung, ubi, dan waluh, serta lumbung gabah. Karena tidak menemukan apa pun, wanita itu bergegas kembali kepada junjungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyasa Lebu - Letter of Dust
Historical FictionSandaya Lebu, surat terakhir dan teramat rahasia dari Kertanagara, telah mengubah hidup Banyak Seta selamanya. Peristiwa bermula ketika panglima muda pasukan elite Singasari itu menemukan bukti-bukti pengkhianatan Jayakatwang dari Kediri dan hendak...