Grha Lebu - Spoiler

499 40 22
                                    


Buat Djadoelers yang penasaran tentang kelanjutan hidup Banyak Seta, Dyah Wijaya, Gayatri, dan dua abdi setia: Sarba dan Kambang, sekuelnya udah tayang di Karya Karsa.

Intip dulu sopilernya, yuk!

====

Gayatri yang tetap manja-manja pada Banyak Seta:

"Kanda!" panggil Gayatri saat tahu lelaki di depannya mulai melamun.

"O-oh, hamba, Paduka?" Banyak Seta mengangkat wajah dengan kaget.

"Duh, Kanda! Belum apa-apa Kanda sudah melamunkan dia. Siapa namanya? Seperti apa dia? Cantikkah?" Gayatri memberondong Banyak Seta dengan pertanyaan sehingga pemuda itu hanya bisa melongo.

"Namanya Nari, Paduka."

Gayatri manyun. "Kanda ternyata begitu. Diam-diam bertunangan dengan gadis lain."

======


Misteri kalung Mpu Sambi:

"Tuan, manik-manik yang berwarna merah membentuk tulisan!" seru Sarba. Telunjuknya mengarah pada rangkaian huruf yang berbunyi,

grha lebu

"Grha lebu? Rumah debu?" gumam ketiga orang itu.

"Mengapa mirip dengan Sandyasa Lebu?" ucap Sarba.

======


Hujan tangis saat Banyak Seta mengunjungi orang tua Piyung dan Nari di Tarik:

Banyak Seta meraih kotak kayu berukir tempat meletakkan seserahan, lalu mengangsurkannya ke depan ayah Piyung. "Bapa, seperti pernah dibicarakan oleh mendiang Kakak Piyung, saya datang untuk meminang Nari. Mohon maaf bila kedatangan saya hanya ditemani ketiga rekan ini. Bapa dan paman saya ikut tiada dalam pralaya tempo hari."

Mendengar perkataan itu, ibu Nari langsung menangis keras. Begitu pula suaminya, tertunduk sambil menghela napas berat. Suasana kembali sendu dan hal itu membuat Banyak Seta bingung sekaligus merasa bersalah.

"Saya mohon maaf bila datang terlambat. Sebelum ini, saya harus pergi berkeliling negeri untuk menjalankan perintah Paduka Wijaya," ucap Seta.

=====


Banyak Seta di Sedayu, tempat pembuatan jung:

"Aku penasaran dengan benda ini," sahut Banyak Seta sambil masih menerawang medali itu. "Konon, kita bisa melihat apa yang ingin kita lihat melalui batu bening ini."

"Apa yang Tuan lihat sekarang?"

"Hanya tiga jung yang belum jadi, laut, dan cakrawala."

"Nah, benar sekali. Bukankah itu yang ingin Tuan lihat saat ini?"

Banyak Seta mengalihkan sudut pandang ke arah muka Sarba. "Tapi, aku sama sekali tidak ingin melihat wajah kala kirtimukha."

Kambang yang sedari tadi hanya diam karena tengah mengamplas ukiran kepala kala yang akan dipasang di ujung haluan sontak terbahak. "Wah, Tuan sudah pandai bercanda rupanya! Apakah angin pantai utara membuat Tuan lebih santai?"

=====


Banyak Seta di Gurun, tahun 1221 Saka:

Banyak Seta menunggu istrinya di luar rumah dukun bayi. Kedua putrinya, Wijil, enam tahun, dan Campa, empat tahun, duduk memeluknya dari kiri dan kanan. Sementara itu di dalam bilik, sang istri tengah berjuang melahirkan anak ketiganya.

"Ibu tidak apa-apa, Bapa?" tanya Wijil. Wajahnya sangat mirip Banyak Seta. Anak ini lahir sebulan sebelum jung buatan Sedayu diluncurkan.

Banyak Seta mengelus kepala putrinya. "Ibu akan baik-baik saja."

"Sungguh? Mengapa Ibu berteriak-teriak?" tanya Campa. Gadis kecil ini seperti cetakan ibunya. Benar-benar versi mungil sang ibu. Ia lahir saat jung mereka berlabuh di Campa. Karena itu, Banyak Seta memberinya nama Campa.

"Ibu berteriak karena akan mengeluarkan adikmu."

///////

Hayoooo, siapa ibu anak-anak Banyak Seta?

Buat Sobat Pembaca yang menyukai Sandyasa Lebu dan ingin dukung Fura, silakan mampir di Karya Karsa dan membuka gembok Grha Lebu.

Pertama, buat dulu akun di Karya Karsa. Nggak perlu instal aplikasi, cukup dibuka lewat web browser seperti Chrome. Beli koin, lalu langsung dukung Grha Lebu dan baca sampai tamat.

Sampai ketemu di House of Dust!

Sampai ketemu di House of Dust!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sandyasa Lebu - Letter of DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang