"Terkadang mengekpresikan luka lewat air mata adalah pilihan terbaik"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Reyhan merenung dalam diamnya, sorot mata kosong terpusat pada tenang air danau di hadapannya. Mata coklat terang itu memerah, entah berapa tetes air mata menjatuhkan pertahanan.
Duduk beralas rumput dengan kepala menyandar pada pohon tua besar tepat di pinggir danau yang tenang, tiada nampak kehidupan di sekitar nya. Tenang dan sunyi adalah hal yang ia butuhkan barang beberapa waktu.
Setelah kebenaran yang berhasil menikamnya hanya ada gulungan rasa sakit tiada tara, jalan bahagia mungkin terlalu jauh dalam hidupnya.
Bagaimana cara meraih bahagia itu?
Apa yang bisa membuat seseorang bahagia tanpa melibatkan luka?
Bisakah obat apotek menjadi 'penyembuh' rasa sakitnya?
Reyhan tak pernah menafsirkan bahwa keluarga tidak menerima hadirnya sebab ia anak yang tidak pernah mereka harapkan kelahirannya, anak yang katanya lahir dengan menghancurkan sebuah keluarga.
Boleh ia jujur? Bahkan dirinya tidak meminta seperti ini, jika saja boleh merubah takdir di masa lalu ia tidak akan memilih hadir di tengah-tengah mereka. Namun, itu hal yang mustahil karena dirinya cukup tahu bawah pada dasarnya apapun yang terjadi pasti beralasan.
Seterjal apapun jurang merintangi pasti ada jalan sampai di seberang, meski harus menggelinding menuruninya maupun terpeleset ketika menelusurinya. Cukup sadar diri jika keluarganya juga yang membuatnya bisa bertahan hidup, masih berbaik hati mengizinkan ia bernapas kala kehadirannya justru merenggut hidup bahagia seseorang.
"Setelah ini Reyhan harus apa? Sikap yang bagaimana semestinya harus di terapkan?" berucap tanpa adanya teman bercerita.
Ingin marah, tapi karena apa? Kalau memang ibunya telah menjadi duri dalam rumah tangga ayahnya dulu, lalu mengapa Alfian yang lebih di sayangi oleh wanita itu ketimbang dirinya.
Lalu, mengapa papa setega itu mengkhianati ibunya Alfian? Apa mungkin mama tidak berniat merusak keluarga ayahnya melainkan karena suatu kesalahan yang menghadirkan ia ditengah keduanya menjadi penyebab, atau memang benar mamanya yang menggoda sang papa, menjadi dasar hubungan gelap itu?
Atau mungkin sebaliknya?
Namun mau di bolak-balik pun latarbelakang hubungan kedua orang tuanya ia tetap saja menjadi anak di luar pernikahan, kasarnya anak hasil hubungan gelap.
Mungkinkah ini karma yang harus ia tanggung?
Iya, sepertinya luka hati dan ketidakbahagiaan itu memang pantas untuk manusia sepertinya.
Namun sayangnya ia tetap tidak bisa rela dengan apa yang dialami, segalanya terasa berat dan rumit.
"Kenapa sesakit ini Tuhan, kenapa?" lirih Reyhan mengacak-acak rambutnya frustasi.
Sampai pada akhirnya sebuah sengatan dingin di kedua pipi mengejutkan dirinya dengan refleks menghempas kasar benda dingin yang di tempelkan di kedua pipinya. Tangan itu juga mengusap kasar bekas air matanya, jangan sampai ada yang tahu ia menangis selayaknya orang diputus cinta.
"Reyhan! Ish eskrim nya jatuhkan jadinya!" seru gadis yang kini turut mendaratkan bokong di samping Reyhan.
Cowok itu tercengang mengetahui siapa gadis yang duduk di sampingnya, memperhatikan pakaian seragam yang serupa dengan yang ia kenakan masih melekat tapi di tubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...