36

2K 152 36
                                    


"Ia yang dibanggakan kini berujung mengecewakan"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_









Happy Reading

***







Alfian Darian Ivander lelaki pemilik surai hitam legam itu menunduk dalam, netra kelamnya menitihkan luka, hati menjerit menahan pedih atas apa yang baru ia ketahui.

Apa yang didengarnya adalah kebenaran yang tersembunyi, kenyataan pahit ditelan menanamkan rasa sakit.

Kenapa harus seperti ini? Ia pikir mereka sama tapi nyatanya berbeda.

Kehadiran sosok nya penyebab awal ia kehilangan, sosok yang kini berhasil ia ketahui perannya memicu luka terdalam di hidupnya.

Sekarang ia mengerti mengapa semua orang tidak menyukai adiknya, ia paham dengan perlakuan tidak adil keluarganya.

Bingung harus bersikap seperti apa ia sekarang, di saat hatinya menerima kebenaran yang begitu menyesakkan tidak akan mudah berlapang dada seolah semua baik-baik saja.

Semakin ia terisak pilu menangisi kenyataan yang membawanya dalam ruang kebimbangan, kenapa sekejam ini yang diterima.

"Semua ini gara-gara Reyhan!" desis Alfian mengusap kasar air matanya.

Yang ada di pikirannya hanya melampiaskannya emosi, menganggap Reyhan yang bersalah atas luka yang di terima.

Tanpa berpikir panjang di bawanya langkah kaki meninggalkan kamar menuju ruang peristirahatan adiknya, dalam emosi tidak terkendali menerjang pintu kamar Reyhan.

Netranya langsung menangkap keberadaan adiknya tengah berbicara lewat sambungan telepon, gelak tawa remaja itu memenuhi gendang pendengaran.

"Iya, nanti kita pergi ke sana"

Alfian menajamkan sorot mata, entah apa yang membuat dirinya terbakar mendengar suara tenang sang Adik.

"Apa sayang?" ucap Reyhan mendayu-dayu dalam percakapannya.

Alfian mengepalkan tangan kuat kala ucapan menyakitkan yang beberapa saat lalu dibeberkan memenuhi isi pikiran.

"Karena keras kepala mama kamu 'dia' meninggalkan kita semua, karena kehadiran Reyhan 'dia' mengakhiri hidupnya. Semua ini karena anak itu, keluarga kita akan bahagia jika saja Reyhan tidak pernah lahir!" Kalimat itu terputar bak kaset tak kasat mata.

"Reyhan!" bentak Alfian menggebu, melayangkan hantaman keras mengenai pelipis Reyhan tepat karena remaja itu menoleh.

Terkejut? Tentu saja, Reyhan bahkan sampai menjatuhkan ponselnya. Ia hanya berdiam diri tidak melakukan apapun lalu tiba-tiba mendapat bogem dari orang yang membuatnya kesal sepanjang waktu.

"Lo punya masalah hidup apa sih, bangsat!" maki Reyhan memungut handphone milik nya.

"Ada apa Rey? Kamu gak papa kan?" suara di seberang sana terdengar khawatir.

"Gak pa-pa, nanti aku telpon lagi" tanpa menunggu balasan ia memutuskan sambungan telepon sepihak.

Alfian merampas benda pipih sejuta fungsi itu lalu melemparkannya sembarang arah, Reyhan membelalakkan matanya lebar kala benda pipih canggih itu sudah tak berbentuk.

"Lo punya masalah apa sama gue hah?!" Mendorong bahu Alfian kasar, ingat Reyhan adalah orang yang mudah terpancing emosi.

"Kamu tanya ada masalah apa? Banyak! Kakak muak dengan kamu Reyhan! Pantas mereka membenci dan mengabaikan kamu, harusnya kakak juga melakukan itu sejak dulu!" cecar Alfian melampiaskan beban emosi dalam dirinya.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang