9

2.1K 133 36
                                    

"Seringkali orang-orang terlalu over dalam menyuarakan kata, hingga hal yang seharusnya di sharing justru terucap tanpa perasaan"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_






Happy Reading


***






Detik demi detik berlalu hentak tik tok jarum jam memecah sunyi, remaja 15 tahun itu masih setia membolak-balik balik buku catatan mempelajari rumus serta mencermati contoh soal yang terhubung dari rumus fungsi aljabar dan antek-anteknya.

Memulai belajar hingga melewatkan waktu makan malam, membuat ia sangat lelah tapi mau bagaimana lagi ia tak mau terus-menerus dianggap tak berguna, Reyhan tidak ingin membuat sang ayah kecewa yang berujung luka menyakitkan yang ia terima.

Aritmatika dengan geometri adalah materi yang kini tengah ia baca dan coba resapi, belum lagi himpunan, fungsi, peluang, bangun ruang serta masih ada beberapa materi yang belum di pelajari, mengingat ujian akhir sekolah bukan hanya memunculkan soal dari materi kelas 9.

Reyhan sudah belajar sejak jauh-jauh hari tapi kemampuan orang berbeda-beda di mana tidak semua materi pembelajaran mampu di ingat di luar kepala.

"Ini minus dari belahan dunia mana asalnya ya?" beo Reyhan mengetuk-ngetuk buku menggunakan pena biru di tangannya.

"Eh iya, di pindah dari kiri" ucapnya manggut-manggut.

Lalu beralih pada rumus soal berikutnya dimana ada dua huruf yang tidak asing di penglihatan, di mana perpaduan dua huruf yang berkolaborasi dengan angka itu mampu membuat migren.

Terdengar berlebihan tapi begitulah kata orang-orang, termasuk dirinya sendiri.

"Persamaan X dan Y adalah..?" gumam Reyhan.

"Ini dari tadi X dan Y terus kapan U dan W nya coba atau gak L dan R nya" sungut Reyhan tetap memperhatikan cara pengerjaan soal persamaan.






Tes




Tes






Meraih tisu di samping Reyhan mengusap cairan kental pekat berbau anyir dari hidungnya, melempar bekas darah itu kasar ia berlari menuju kamar mandi.

Ini kedua kalinya ia mengalami mimisan di hari yang sama.

Berselang beberapa menit remaja itu keluar dengan wajah yang  tampak pucat, memijit pelipis pusing di rasa.

Mungkin tidur beberapa menit mampu menghilangkan pusing yang melanda, menjatuhkan kepala pada lipatan tangan di atas meja belajar anak itu mulai tenggelam dalam istirahatnya.

Biarkan dahulu ia menutup mata dalam beberapa saat, mengumpulkan tenaga lalu terbangun dini hari melanjutkan belajarnya.


Decitan engsel pintu terdengar menampilkan seorang pria dengan piyama biru tua berjalan memasuki area pribadi anak terakhirnya.

Senyum kecil terukir tanpa sadar tangan besar itu mengusap surai coklat anaknya, anak itu tertidur sangat pulas.

Pandangan itu jatuh pada buku yang masih terbuka, bukan apa isi buku menjadi fokusnya melainkan bercak merah merenggut atensinya, ditambah bekas tisu tercecer ternodai warna yang sama. Pancaran sinar mata meredup, sendu ia menatap anaknya yang tertidur.

"Apakah kamu sakit Rey?" lirih Khaisan mengusap lembut rambut Reyhan.

Bukan maksud membuat sang anak merasa asing, di balik prilakunya selama ini ia memendam sebuah alasan, alasan yang tidak mungkin di utarakan. Meskipun itu berawal kesalahannya sendiri.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang