39

1.9K 146 8
                                    

"Sudut pandang yang berbeda menghasilkan persepsi yang berbeda jua"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_

Happy Reading

***




"Tidak semua yang dipikirkan adalah kebenaran, terkadang manusia itu terlalu pasif dalam berlogika. Mau melihat dan mendengar itu juga penting untuk bisa bersikap lebih bijak" ucap gadis yang rambutnya di cepol asal.

Melirik sekilas laki-laki yang memandang lurus pada patung air  mancur. Awalnya ia berniat menyendiri di taman sekolah tapi justru mendapati seorang laki-laki yang tengah menangis, ia tak berminat menertawai atau mengejek karena dirinya sendiri tahu seseorang yang menangis itu pasti memiliki alasan.

Namun, hal aneh rasanya mengetahui siapa manusia yang menangis bak anak kecil kehilangan permennya.

"Tapi pikiran ini terlalu jahat Ra, sudah kucoba mengendalikannya tapi sulit. Setiap kali aku melihat mama maupun Reyhan aku seperti kehilangan kendali atas diriku sendiri" Laki-laki yang tak lain adalah Alfian menghela napas panjang.

Terbayang bagaimana sakitnya dulu posisi ibunya harus melihat penghianatan sang ayah dan yang lebih parah merelakan ayahnya menikah kembali. Bingung sebenarnya harus seperti bersikap apa pada mama juga adiknya, karena jika di pikir-pikir ia tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang.

"Gue gak tahu pasti masalah internal diantara kalian, tapi melihat Reyhan yang seperti tidak terlalu menyukai lo, gue jadi berpikir bahwa masalah kalian itu berat. Terlebih apa yang lo ceritakan, pastinya akan memberi pengaruh besar terhadap persaudaraan kalian" Alara meminum susu kotak rasa coklat yang sempat ia beli di kantin.

"Iya kamu benar, sekarang kami bahkan terlihat seperti orang asing" balas Alfian.

"Dan lo senang?" sambar Alara membungkam cowok di sampingnya.

"Orang tua lo memang salah menutupi hal ini dan kalau memang mama lo merusak pernikahan kedua orang tua lo itu memang salah, tidak bisa dibenarkan. Kecewa ataupun marah itu wajar karena ini hal yang berat untuk lo terima begitu saja" ucap Alara menatap lawan bicaranya.

"Namun, kalau lo benci lo maki-maki mama lo terus lo limpahkan semua kesalahan itu pada Reyhan. Rasanya itu kurang tepat karena lo sendiri bilang kalau selama ini lo tidak pernah kekurangan kasih sayang seorang ibu, sekalipun bukan dari ibu kandung" Pemuda itu terhenyak, apa ucapannya sudah keterlaluan.

Bahkan kata tak pantas ia lontarkan dengan begitu mudah tanpa memikirkan perasaan si pendengar, tanpa ia sadari telah sangat berdosa dalam berkata-kata.

Penafsiran yang belum jelas merubah pola pikir mematikan akal sehat, Khaisan padahal meminta dirinya bersabar menunggu waktu yang tepat untuk menerangkan segalanya.

"Tetap aja kan dia bukan orang yang melahirkan aku" sangkal Alfian.

"Iya lalu? Dari apa yang lo ceritakan gue menyimpulkan kalau lo belum memvalidasi kenapa nyokap lo bisa meninggal, karena bisa saja ibu kandung lo meninggal karena kecelakaan atau sakit, kita gak tahu. Seluk beluk pernikahan mama papa lo masih belum pasti. Apa yang lo katakan hanya asumsi lo sendiri kan?" papar Alara.

Cowok itu terdiam merasa tertampar dengan perkataan gadis itu, tidak ada yang salah dari apa yang dikatakan Alara karena sejatinya dirinya hanya tahu jika, Sandra bukan ibu kandungnya lalu kematian ibunya dikait-kaitkan dengan wanita itu. 

Hanya sebatas itu, lalu pikirannya lah yang berkelana memupuk prasangka buruk tanpa ada niatan lebih memvalidasi situasi.

Haruskah ia meminta maaf?

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang