53

2.1K 139 27
                                    

"Beberapa hal yang terjadi itu simpel sebenarnya, tapi pikiran kitalah yang membuatnya menjadi rumit."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_






Happy Reading

***






"M-maksud mama apa, Ma?" Suara pemuda berhidung mancung itu bergetar.

Apa yang Ibu tirinya maksud dengan 'wanita' yang Papanya nikahi tiga bulan setelah pernikahan mereka?

Alfian berusaha kuat menepis segala kesimpulan yang otaknya susun, ia berharap apa yang baru saja didengar bukan suatu kebenaran. Jika, semua itu benar berarti dia telah salah selama ini, Ia telah salah menghujani seseorang yang tidak patut ia guyur dengan kalimat-kalimat menyakitkan.

Menghina dan membenci orang yang menyayanginya karena beranggapan mereka telah menghancurkan pernikahan kedua orang tuanya.

"Ma, jawab Al. Apa maksud ucapan Mama tadi?"

Sandra memalingkan wajah, meski anak itu bukan darah dagingnya tetap saja ia sangat menyayanginya dengan tulus. Namun, perkataan pedas Alfian masih membekas di relung hati. Kasih sayang yang dirinya beri seakan tiada artinya, bagi anak itu.

"Tanya pada Kakek, Nenek, atau Papa kamu. Mereka yang paling bisa kamu percaya kan? Silahkan minta mereka yang menjelaskan, karena kamu tidak akan percaya dengan apa yang Mama katakan," seloroh Sandra berdiri di samping anak kandungnya.

Reyhan melirik ibunya yang seperti berusaha menahan luapan emosi dalam dirinya. Ia ingin menanyakan segalanya, tapi sepertinya diam menyimak jauh lebih baik untuk saat ini. Toh, Alfian pasti menyampaikan segala rasa penasarannya.

"Apa yang Mama bilang itu tidak benar kan, Pa? Ibuku bukan seorang perebut kan? Dan aku bukan anak di luar pernikahan. Iya kan, Pa?" suara Alfian bergetar. Menggoyangkan lengan sang Papa berharap pria itu memberi jawaban jujur.

"Kamu bukan anak diluar nikah, kamu memang putra sulung di keluarga ini. Siapapun tidak bisa membantah fakta itu," ujar Khaisan menatap pancaran sendu di wajah putranya itu.

Alfian merasa lega mendengar penuturan Ayahnya. Dari dengung kata yang menyusup kedalam telinga bolehkah di simpulkan sebagai bantahan atas perkataan Sandra?

Jawabannya adalah, tidak. Karena klarifikasi Khaisan selanjutnya berhasil menampar keras jiwanya dan menginjak-injak segala persepsi buruk yang tumbuh dalam hatinya.

"Namun, Ibu kamu bukan istri pertama Papa. Dia Papa nikahi atas dasar sebuah perjanjian," aku Khaisan tanpa berani menatap anaknya.

"Hah? Perjanjian?" sambar Reyhan memastikan.

"Iya, perjanjian. Papa berjanji akan menuruti keinginan Kakek kamu tanpa bantahan, asalkan...." Khaisan menarik napas dalam, memberi jeda pasa ucapannya.

"Asalkan mau merestui hubungan Papa dan Mama kamu."

Reyhan mengumpulkan emosi pada kepalan tangannya. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran orang yang di panggilnya Papa itu? Bisa-bisanya ia melakukan sebuah perjanjian konyol macam itu.

Menikahi seorang perempuan di saat dirinya sudah beristri, yang paling membuatnya geram adalah perjanjian itu di lakukan sebelum Mama dan Papa menikah.

Jadi, sejak awal pria itu memang ingin menduakan Mama nya? Bajingan!

"Berarti sejak awal Papa memang ingin menduakan Mama, Kan? Papa tidak memikirkan perasaan Mama waktu itu? Papa benar-benar brengsek!" damprat Reyhan menyorot tajam Papanya.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang