"Segalanya telah usai saat dimana menyerah menjadi pilihan"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Ada masanya orang akan memaksa berjalan pada pilihan yang mereka tentukan, tidak ada rasa percaya pada orang lain. Selalu mengutamakan apa yang menurut pandangannya benar padahal hal itu belum tentu berdampak baik, sekalipun hal itu membuat orang sakit hati asalkan keinginannya tercapai maka, tidak jadi masalah.
Kali ini remaja itu kembali di hadapkan pada rasa sakit, dulu ia bisa menahan begitu kuat tapi sekarang ia tidak se sabar itu, mulutnya ingin membalas tiap rasa sakit tapi hati mengingatkan jangan sampai ucapan kelewat batas dan melukai orang lain.
Ucapan papa yang mengatakan harus pindah tempat tinggal benar adanya, buktinya bertepatan saat mata itu terbuka pakaiannya sudah di pindahkan ke dalam koper, buku-buku pelajaran masuk ke dalam tas.
Mereka mengatakan dirinya beban, mereka mengatakan hanya mempermalukan keluarga tapi mengapa tidak mau melepaskannya.
Reyhan menghela napas panjang, di depan sana kedua orang tuanya berdiri bercengkrama dengan orang tua siswa lainnya. Ia tahu mereka datang pasti untuk sang kakak, mengesampingkan bisnis hanya untuk anak sulung.
Membaca pesan dari Aliza membuatnya sedikit kecewa, wanita itu mengatakan tidak bisa hadir di acara HUT Sekolah sebab masih ada pekerjaan penting yang tidak dapat ditinggalkan. Padahal tantenya itu berjanji datang, mewakili undangan orang tua.
"Perkenalkan ini anak saya Alfian, kebetulan dia baru pindah dari sekolah lamanya" samar Reyhan mendengar suara antusias sang ayah memperkenalkan putra sulungnya.
"Wah, jadi ini yang namanya Alfian itu? Gak nyangka saya bisa ketemu orangnya secara langsung, biasanya saya lihat di koran sama berita-berita kamu sering juara olimpiade kan. Salut om sama kamu" ujar pria dengan jas maroon.
"Anda pasti bangga memiliki anak seperti dia" timpal pria lainnya.
"Bisa dikatakan dia kebanggaan keluarga, dia ini yang bisa saya andalkan. Kalau ditanya bangga atau tidak, pastinya saya sangat bangga dengan anak saya ini" sahut Khaisan.
Reyhan tersenyum tipis, ternyata memang benar Alfian bisa membuat keluarga bangga sedangkan ia tak ada satu prestasi yang bisa di setarakan dengan sang kakak.
Juara matematika tidak, IPA tidak, ikut olimpiade pun tidak pernah. Ia hanya pernah memenangkan satu ajang perlombaan vocal musik antar sekolah dua bulan lalu, tetap saja tidak biasa menandingi Alfian yang berulang kali mempersembahkan mendali kemenangan.
Terkadang kenyataan memang menyakitkan, dan ia tidak bisa bersembunyi di balik ekpektasi terlalu lama.
"Kamu anak tunggal?" pertanyaan itu kembali mengambil fokus Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
AcakSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...