"Jangan abaikan lukamu jangan juga tutupi bahagia mu"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Sesuai dengan apa yang telah dijanjikan sebagai permintaan maaf telah membatalkan rencana sebelumnya, cowok dengan jaket jeans hitam dipadukan kaus putih bergambar itu duduk di sofa ruang tamu menunggu kekasihnya berganti pakaian. Rencananya mereka akan berkencan di sore hari, mencari tempat makan atau mungkin bermain time zone.
Dengan tangan berkeringat dingin Reyhan mengedarkan pandangan menyapu sekitar, mengalihkan atensi dari seorang wanita yang duduk anggun dihadapannya. Ia merasa sangat canggung kala mata itu terus memperhatikannya seakan menilai.
Wanita yang kerap di sapa Tania itu tak mengalihkan perhatian sedikitpun.
"Besar juga nyali kamu masih berani berhubungan dengan anak saya" ketus wanita 38 tahun itu.
Pemuda itu menghela napas pelan, rupanya ibu dari kekasihnya belum berubah, masih saja sinis seperti biasanya.
"Apa yang kamu lihat dari Clarissa hanya ilusi? Karena asal kamu tahu saja sebenarnya anak saya hanya menganggap kamu mirip Daniel, dia takut kehilanganmu bukan karena cinta tapi karena kamu mirip mendiang kakaknya saja" ujar Tania ringan.
Reyhan memusatkan atensi pada Tania, benarkah seperti itu? Namun, sikap Clarissa selama ini idak menunjukkan hal demikian.
"Clarissa tidak mungkin seperti itu, selama ini dia tidak pernah mengangagap Reyhan orang lain" bantah Reyhan memperoleh kekehan kecil dari Tania.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak, bukan hal penting juga untuk saya" acuh mengedikkan bahu.
"Mau tahu satu rahasia kenapa saya membiarkan kamu masih berhubungan dengan Clarissa tidak?" tawar Tania tersenyum penuh arti.
Reyhan menunggu lanjutan dari ucap wanita itu penasaran, karena wanita itu selalu berseru tidak menyukai dirinya tapi tidak penah lagi meminta menjauhi Clarissa. Apalagi jika dikaitkan awal wanita itu mengetahui hubungannya dan Clarissa lebih dari sahabat, Tania adalah orang yang sangat-sangat menentang.
"Karena setelah masa SMA kalian usai Clarissa akan bertunangan dengan Alfian, perjodohan itu tidak pernah dibatalkan. Membiarkan mereka menikmati masa SMA bahkan berpacaran dengan siapapun tidak akan jadi masalah sebelum pertunangan itu di gelar. Jadi, ya. jangan berharap lebih" ujar Tania berterus terang.
Reyhan terhenyak, apa maksud semua ini. Setahunya perjodohan itu sudah di batalkan beberapa bulan setelah dirinya meninggalkan Semarang. Tantenya sendiri yang mengatakan hal itu, tidak mungkin kan Aliza berbohong.
"Tidak mungkin, perjodohan itu kan sudah di batalkan. Tante Za yang bilang kok" sangkal Reyhan lebih mempercayai Aliza yang tidak akan mungkin berbohong kepadanya.
Wanita berpakaian ala seorang pemimpin perusahaan menghentikan langkah kala seseorang mencekal pergelangan tangannya, dengan masal membalikkan tubuh menatap kakak iparnya. Keduanya kini masih berada diambang pintu utama. Saling beradu pandang dengan arti yang berbeda.
"Za, jauhi Reyhan tolong untuk kali ini saja" pinta wanita yang menjadi istri kakaknya.
Aliza terkikik geli mendengar nada permohonan kakak iparnya. Ayolah, dia yang ingin dekat dengan anaknya kok malah dirinya yang diminta menjauh. Segitu tidak mampukah mengambil perhatian Reyhan jika ada dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
AcakSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...