54

2.1K 171 48
                                    

"Siapkanlah barang sedikit ruang untuk menampung rasa kecewa oleh orang yang dipercaya."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_





Happy Reading


***






Mengikis jarak dengan wanita berkisar 33 tahun, perlahan tangan berurat itu tergerak meraih jemari dingin wanita itu. Segaris senyum terbit dari bibir tipisnya berbanding terbalik dengan netra yang memancarkan kesenduan.

Intuisi menepis tutur kata yang menyelinap masuk lewat telinga, hati meyakini pengakuan wanita itu hanya candaan semata. Karena sejak kecil ia tidak pernah mendapati satu moment pun di mana sang Tante menyakitinya.

"Tante lagi bercanda kan? Gak mungkin Tante berniat buruk sama Rey, Alfian, ataupun yang lainnya," ucap Reyhan, berharap wanita yang paling dirinya percayai memberi jawaban sesuai yang ingin ia dengar.

Aliza melepaskan genggam tangan keponakannya, ia membisu tak memberi jawaban apapun, tidak ada pancaran kasih yang seperti biasanya. Hal itu menciptakan kekhawatiran dalam diri remaja kelas sebelas SMA itu.

"Tante gak se-"

"Tante tidak sebaik yang kamu kira, kamu hanya bahan pelampiasan segala luka kehilangan yang Tante alami. Tanpa kamu sadari, Tante memberi arahan agar kamu semakin tenggelam dalam penderitaan." Aliza menyela ucapan keponakannya.

"Kamu pikir siapa yang menyarankan kepindahan kamu ke Jakarta? Siapa orang yang membuat kamu tidak memiliki teman sejak kecil? Di sekolah kamu di hina, di pandang sebelah mata, dianggap sampah dan beban. Itu karena Tante," tutur wanita itu menyakiti perasaan.

"Masih ingat kenapa semua pekerja di rumah tidak menyukai kamu? Itu atas perintah dari Tante. Tante tidak membiarkan siapapun berada di sisi kamu, Tante membuat mereka semua menjauh dan memandang rendah dirimu. Sehingga kamu hanya bergantung pada Tante."

"Bahkan kamu tidak menyadari, Tante lah yang mendorong pikiran buruk kamu kepada mereka berdua, membuat kamu jauh dari kasih sayang yang kamu dambakan," ungkap Aliza tanpa ekspresi yang berarti.

Pemuda itu menggeleng kuat, menepis segala kata yang menerobos gendang telinga. Rongga dada serasa menyempit hingga napas yang berhembus begitu menyesakkan. Aliza, dia orang yang paling bisa mengerti dirinya.

Tanpa keraguan segenap rasa percaya ia beri pada wanita itu, meyakini bahwa tidak akan pernah dikhianati. Namun, fakta yang terkuak sangat melukai fisik.

"Papa kamu baik sebenarnya, dia sangat menyayangi kamu. Setiap hari dia meluangkan waktu untuk memastikan kamu baik-baik saja, dari kejauhan dia melindungi kamu, diam-diam dia memastikan kamu tidak kekurangan apapun. Dibalik hukuman yang kamu terima tiap kali melakukan kesalahan Papa kamu menjerit dalam tangisannya."

"Saat kamu sakit Mama kamulah orang yang paling khawatir sebenarnya, dia yang akan membuatkan kamu bubur, begadang untuk merawat kamu, memastikan kamu minum obat. Dia bahkan menjadi orang yang paling antusias menyambut kedatangan kamu dari sekolah. Tanpa kamu sadari kamu telah menyakiti perasaan orang tua kamu, Rey." tutur Aliza.

Ia mengusap pipi Reyhan lembut, air mukanya tidak berubah sama sekali, masih datar.

"Coba kamu bayangkan sesakit apa Mama kamu dulu, saat mengandung kamu. Dicekoki obat-obatan berbahaya, dimaki-maki, pernah di dorong sampai jatuh dari tangga. Untungnya dia masih bisa bernapas sampai sekarang." Aliza tertawa pelan melihat keponakannya yang menunduk dalam.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang