"Pertemuan ini membawa babak baru dalam hal melukai hati, menghancurkan alur cerita"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Bola berwarna oranye dengan garis hitam melambung tinggi dalam hitungan detik melesat tepat pada ring yang bertengger setinggi 3,05 meter. Berulangkali mendribble bola kemudian melemparkannya bak orang profesional, dia bukan termasuk anggota tim basket atau seorang atlet.
Keringat membasahi wajah, napas memburu tak beraturan ia tak henti memainkan bola basket itu seorang diri, memilih lapangan indoor sebagai tempat melampiaskan kegundahan hati.
Entah wejangan suci dari mana yang mampu menumbuhkan aura positif sehingga ia menghadirkan diri ke sekolah pagi-pagi sekali, dimana baru ada beberapa siswa yang hadir diantaranya anak OSIS serta siswa piket.
Reyhan si spesialis langganan BK karena sering terlambat kini tengah bermain basket tanpa tim.
Semalaman ia terjaga pikirannya berkelana pada kedua orang tuanya, entah mengapa sejak semalam ia rasa tidak tenang. Seperti akan terjadi sesuatu, pemikiran negatif pun tak lepas menambah gelisah.
Apa di sana baik-baik aja?
"Arghh! Shit!" geramnya memantulkan bola yang tak berdosa itu kasar.
Mengacak rambut kesal, ia terlihat seperti orang gila sekarang, mengumpat, berteriak juga berbicaralah seorang diri.
"Bebani terus, bebani terus ketenangan gue. Fucking shit!" kesal
Reyhan tertelan hembusan angin.Terheran bagaimana bisa ia masih merasakan rasa sakit tiap kali membayangkan sosok keluarga, padahal mereka tidak lagi berjumpa, tidak pula tinggalkan di tempat yang sama.
Apa karena rasa sakit itu sudah tertanam sejak kecil, ia berusaha menghapus luka tapi tidak bisa.
"Tenang, tenang gak usah di pikirin lagi" gumam Reyhan menenangkan pikirannya.
Ia tak mau hal itu terus bersarang di otak hingga membuatnya stres.
Laki-laki itu berjalan ke pinggir lapangan, di mana kemeja biru beserta tas ia letakkan, memang Reyhan hanya mengenakan atasan kaos putih, melirik kaos yang ia kenakan basah dengan keringat, perlukah ia mandi di sekolah?.
Mengambil barang-barangnya lalu berlalu tuk mengganti pakaian saja.
Memasuki bilik toilet remaja itu mengganti pakaiannya, sebelum keluar dari toilet ia menyempatkan diri bercermin memastikan tidak ada hal aneh di wajahnya.
"Di telusuri lebih jauh gue emang cakep dari segala sisi, kalau punya pacar lagi no problem kan, yang satu di sini satunya lagi di sana" ucapannya terhadap diri sendiri.
Tak ingin semakin terlihat tidak waras Reyhan keluar dari dalam toilet. Satu tangan masuk ke dalam saku celana, ia berjalan santai menyusuri koridor menuju ruang kelasnya.
Sekeliling cukup ramai siswa-siswi berlalu lalang dengan urusannya masing-masing.
Reyhan menghentikan langkah kala seseorang memeluknya dari belakang spontan ia menghempas kasar tangan seseorang yang melingkar di perutnya.
"Apa-apaan sih anjir! Gak punya adab banget jadi orang!" damprat Reyhan membalikan badannya.
Reyhan terbelalak mendapati seseorang berdiri dengan senyum lebarnya, ia rasa matanya ingin terlepas dari tempatnya. Otaknya tidak sinkron mencerna situasi ini, wajah itu bagaikan nuklir yang membombardir motorik hingga kepekaan mencerna situasi tidak lagi berfungsi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
De TodoSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...