"Ada belum tentu menetap, berlari kencang tidak berarti akan terjerembab. Karena, yang terprediksi belum tentu itu yang akan terjadi."
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Apa yang ada dalam pikiran seseorang ketika dipuncak emosi? Kecewa dan amarah menyatu dalam wadah panas meluap-luap, akhirnya perasaan yang melebihi kapasitas mengalir deras di setiap denyutan nadi.
Beberapa orang bisa mengendalikan diri dengan baik, beberapa orang memilih diam agar kata yang terucap tak menyakiti hati si pendengar. Namun, tidak sedikit orang memilih melampiaskan segala rasa yang menyesakkan dada, entah dengan menangis atau bahkan tanpa sadar melakukan tindakan yang di sesali ketika emosi itu mereda.
Sama persis yang gadis bermanik hazel itu lakukan, dalam keadaan emosi tidak stabil ia berlari ke arah parkiran dengan tas berwarna pastel dijinjingnya. Guratan emosi tertampak jelas lewat tajam mata itu memandang, keras terdengar bantingan pintu mobil tertutup kala si pemilik telah duduk di kursi pengemudi.
Tanpa mengenakan safety belt sebagai perlindungan diri ketika mengemudi, Clarissa melajukan kendaraan roda empat di atas kecepatan rata-rata meninggalkan area sekolah. Entah di sengaja atau tidak, gerbang tinggi pemberi akses keluar-masuk sekolah terbuka lebar. Clarissa tak mau ambil pusing mengenai kemanakah satpam sekolah pergi sekarang.
Clarissa terus menancap pedal gas dengan kobaran api membuncah dalam dirinya, gadis itu seakan lupa jalan raya bukan miliknya seorang. Ada banyak pengendara juga pejalan kaki yang bisa dalam bahaya akibat aksi ugal-ugalan nya.
Yang ada di pikirannya hanya mencari kesunyian jauh dari dari jangkauan siapapun, ia tak mau bertatap muka dengan orang-orang yang ia kenal , setidaknya untuk beberapa waktu ke depan.
"Alara!" gadis itu menggeram kesal saat bayangan gadis itu berhasil mencuri seluruh atensi Reyhan.
Clarissa tidak suka jika ada yang mengusik dirinya termasuk apa dan siapa yang ia genggam. Ia sudah kehilangan Daniel di depan matanya sendiri lalu sekarang ia harus melepaskan Reyhan bersama gadis lain begitu? Oh, tidak bisa.
"Demi perempuan itu Reyhan berani menampar aku! Tahu begini aku tidak akan pernah berbaik hati memaklumi kedekatan mereka Kalau Daddy tahu!" Clarissa membelokkan mobil tanpa mengurangi kecepatannya. Dia persis orang yang kesetanan.
"Sial!" umpatnya menatap rambu lalulintas saat menunjukkan warna mereka.
"Ayo pacaran." Kalimat yang berhasil memancing sisi gelapnya mencuat ke permukaan. Reyhan berani mengajak gadis lain berpacaran padahal dengan tegas dan bertubi-tubi dirinya sampaikan, bahwasanya kata putus belum ia setujui.
"Lihat apa yang bisa aku lakukan pada kamu Alara!" Clarissa mencap kembali pedal gas bertepatan dengan lampu hijau menyala.
Ketukan pada kaca mobil mengundang motorik merespon suara, spontan kepalanya menoleh ke samping. Netra hazelnya memandang datar seorang laki-laki yang tak henti berteriak memintanya berhenti. Tak mau menuruti keinginan cowok yang sangat dikenalinya, Clarissa menambah kecepatan mobilnya.
"Clarissa!" teriak Reyhan tat kala kendaraan kekasihnya melaju semakin kencang.
"Shit!" umpatnya turut meningkatkan laju motor merah yang dikendarainya.
Tadi ia melihat saat Clarissa bergegas masuk kedalam kendaraan roda empat itu, dari gerak-geriknya ia mengetahui gadis itu benar-benar marah. Lalu tanpa banyak berpikir Reyhan mengeluarkan motor dari parkiran guna menyusul Clarissa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
De TodoSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...