51

1.9K 124 22
                                    

"Terlalu banyak kepura-puraan dalam diri manusia."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_



Happy Reading

***







"Kamu gak capek ganggu kak Alara terus? Berulang kali aku peringatkan untuk berhenti bersikap seperti itu, kamu masih belum mengerti Clarissa?!" lontar Reyhan menumpukkan tangan pada besi pembatas jembatan.

Semenjak peristiwa di kantin beberapa waktu silam, Clarissa tanpa ragu menunjukkan taringnya. Setiap memiliki kesempatan gadis itu akan mengusik Alara, sampai berakhir masuk ruang BK karena terpergok berkelahi.

"Aku hanya bermain-main," sahut gadis itu cuek.

"Tapi kamu sudah sangat keterlaluan Clarissa. Aku kan sudah bilang, kalau kamu marah luapkan ke aku saja bukan ke sahabat aku!"

Reyhan sangat kesal dengan perempuan di sampingnya itu, keras kepala dan tidak mau kalah menyangkut hal yang tidak mau dilepaskannya. Namun, entah kekuatan magnetik apa yang dimiliki gadis itu sehingga dirinya tak bisa berpaling dan akan selalu tertarik pada cinta yang sama.

Clarissa itu super posesif sebenarnya, jiwa obsesif nya juga tidak kurang sehingga terlihat benar-benar egois. Walaupun begitu, gadis itu sebenarnya sangat perhatian, pengertian, dan penyayang.

Reyhan akui, ia telah terjerat oleh pesona seorang Clarissa, juga dengan senang hati terjerat berulang kali oleh orang yang sama.

"Dia benar-benar pengganggu, Rey. Aku tidak menyukai dia yang selalu mencuri perhatian kamu!" sentak Clarissa.

"Kak Alara sahabat aku Rissa, dia sudah seperti kakakku. Wajar bila aku perhatian padanya dan menyayanginya. Jangan merespon berlebihan seperti ini," balas cowok bersurai pirang itu.

"Iya, aku mengerti itu. Menerima semua sangkalan kamu. Lalu kamu berkata, mau jadi pacar ku Alara. Saat itu aku benar-benar tidak terima. Sadar gak sih, dia itu orang ketiga diantara kita." Gadis bermanik hazel dengan varsity merah muda itu berucap sinis.

Reyhan menarik tubuh Clarissa menghadap kearahnya, mengungkung tubuh perempuan itu pada besi pembatas. Netra keduanya bertemu, beradu pandang oleh binar rasa yang masih terikat erat.

Sepasangan remaja keras kepala, terkurung dalam jalinan asmara di satukan oleh bahasa cinta yang berbeda.

"Dari awal kamu memang tidak suka aku berteman dengan Kak Alara kan? Kenapa huh? Kenapa kamu sangat egois, Clarissa?!"

"Iya, aku memang egois Reyhan! Aku tidak suka kamu lebih perhatian pada orang lain!" sentak Clarissa.

Clarissa tipikal yang sangat sensitif bila menyangkut perasaan. Selain itu, ia juga paling sulit menyembunyikan ekspresi ketidaksukaan nya. Cemburu ia katakan langsung, marah secara langsung ia utarakan.

"Sejak kecil aku terbiasa diprioritaskan oleh kamu Reyhan. Semua perhatian dan pengertian itu kamu limpahkan padaku, Rey. Aku tidak mau membagi itu kepada siapapun! Tidak Alara apalagi orang lain."

"Aku bisa menjadi sangat egois untuk diriku sendiri, aku bahkan tidak segan menghancurkan siapapun yang berani mengusik posisi aku," tutur Clarissa mengulang senyum picik.

Sudah ia katakan, apapun yang sudah dalam genggaman tidak semudah itu dilepaskan, sekalipun itu sebuah layang-layang putus, ia akan mengikatnya kembali. Jika, sudah dikatakan Reyhan tidak boleh pergi maka sejuta cara akan ia lakukan agar keinginannya terwujud.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang