1

7.6K 358 12
                                        

"Perlahan menjalar mengikat hati hingga rasa sakit terus menggerogoti"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_







Happy Reading

***


Mengusap wajah pelan seorang anak berkisar 15 tahun memandang sayu wanita dengan kue di tangannya, senyum lebar terbit dari wanita yang menjadi adik dari ayahnya.

Menoleh ke sekeliling dengan mata lilinnya mengharap sosok lain juga turut terekam netra tapi tidak, lagi dan lagi hanya ada tante Aliza di sana tak ada yang lain.

Sejak dahulu ia berharap mama lah yang berdiri memegang kue lengkap dengan lilin angka menyala di atasnya, papa yang berdiri dengan bingkisan kado di tangannya, kemudian nyanyian selamat ulang tahun oleh keluarga yang menjadi pengiring.

Namun, agaknya itu semua hanyalah angan semata, bukan karena ia tak bersyukur jika yang memberikan kejutan di setiap malam ulang tahun hanyalah sang Tante.

Ia hanya ingin seperti kakaknya, di mana setiap waktu seluruh anggota keluarga sangat berantusias memberi kejutan spesial memperingati hari kelahiran kakaknya.

"Happy birthday Reyhan, happy birthday, happy birthday, happy birthday Reyhan" nyanyi Aliza dengan bahagia.

"Sekarang Rey tiup lilinnya tapi sebelum itu seperti biasa make a wish dulu" titah wanita itu lembut.

Laki-laki bernetra coklat terang itu tersenyum lebar mengubur harapan lain dadi lubuk hatinya.

Menuruti ucapan Aliza anak itu menyatukan tangan memejamkan mata merapalkan harapan di usianya yang tepat ke 15 tahun.

"Tuhan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya doa Reyhan semoga keluarga ini selalu bahagia dan semoga Reyhan bisa di sayang seperti kak Alfian" ucap Reyhan dalam hati.

Lilin itu padam seirama dengan terpaan angin dari bibir Reyhan, laki-laki itu tersenyum setelahnya, semoga Tuhan mengabulkan doanya di tahun ini.

Aliza menatap dalam sang keponakan, ia memang tak bisa mendengar harapan anak itu, tapi ia tau apa yang selalu di inginkan Reyhan.

Di setiap doa ia tau apa isi harapan itu tapi ia tak bisa berbuat apapun selain menjadi satu-satunya orang yang peka terhadap anak itu.

"Sekarang potong kuenya dulu" titah Aliza duduk di atas kasur king size Reyhan.

Menggenggam pisau pemotong kue ia menggores membentuk segitiga lalu mengambil potongan pertama dan, satu-satunya.

"Potongan pertama untuk wanita yang paling spesial, Tante Aliza" Aliza terkekeh, membuka mulut menerima suapan dari pangeran kecilnya.

Dalam hati Reyhan menghela napas dalam, ia bahagia sekaligus sedih di waktu bersamaan, seandainya yang berada di kamarnya saat ini bukan tantenya saja pasti ia akan menjadi sosok paling bahagia.

"Sekarang hadiah Rey mana?" pinta anak itu menaik turunkan alisnya.

"Kali ini jangan aneh-aneh lagi ya" sambung Reyhan terdengar bak sindiran.

Aliza tertawa mendengar kalimat itu tersusun dari bibir Reyhan, sepertinya anak itu masih mengingat hadiah-hadiah yang ia beri di hari ulang tahunnya.

Satu set pakaian Barbie berwarna pink yang sangat cerah sebagai hadiah ulang tahun satu tahun yang lalu atau sebuah sepatu berwarna kuning dengan bunyi 'ngok ngik ngok ngik' ketika di langkahkan.

Namun, semua itu berkesan dalam hati anak 15 tahun itu, terutama sebuah boneka Teddy bear besar yang menempati sisi lain tempat tidurnya.

Hadiah ketika usianya menginjak 6 tahun, yang tentunya diberikan oleh Aliza Aurellia Hanasta katanya agar ia tidak akan kesepian di kamar ini.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang